BAB 11

3.5K 384 4
                                    

*Rheel's POV

Aku baru saja maju satu langkah saat ada sesuatu yang menahan jubahku. Aku segera melihatnya tanpa membalikkan tubuhku seutuhnya.

Rin berdiri sambil menunduk. Tangan kanannya memegang jubahku dan tangan kirinya di sebelah badannya.

"Ada apa?" tanyaku dengan nada yang agak dingin.

Dia diam cukup lama dan saat dia berbicara, dia menatapku dengan mata birunya yang cerah. "Bisakah kita bersama sebentar saja? Sudah lama aku tidak cerita berdua denganmu."

Aku cukup terkejut mendengarnya. Walau sudah 10 tahun Rin tetap tidak berubah. Tetap polos dan langsung ke pokok pembicaraan.

Aku mendesah pelan dan berbalik. Dia segera melepaskan genggamannya dari jubahku.

Kalau berdiri seperti ini, kepalanya hanya setinggi leherku. Aku menatap mata birunya yang cerah dan indah. Sudah lama sekali aku tidak melihat mata itu lekat – lekat. Tidak, sebenarnya aku sudah beberapa kali melihatnya dengan lekat setelah dia kembali tapi aku tidak pernah bosan melihatnya.

Aku maju untuk meraih gagang pintu di belakang Rin. Saat tanganku menyentuh gangang pintunya, Rin berada sangat dekat denganku. Aku bahkan dapat merasakan kalau dia menahan napasnya di leherku. Kalau ada orang yang melihat posisi kami pasti mereka mengira kalau aku dan Rin sedang berpelukan.

Karena tubuhku di Aswald sangat peka, aku bahkan bisa mendengar suara detak jantung Rin yang sangat cepat.

Begitu pintunya terbuka, Rin langsung lari masuk ke kamar dengan cepat.

Reaksi yang memang sudah kuprediksi.

"Kau sengaja ya?!" dia setengah berteriak. Wajahnya merah membara sampai ke telinganya.

Aku menutup pintu dengan pelan kemudian berkata. "Tidak. Kebetulan saja kau ada di sana."

Tak sengaja suaraku jadi kurang dingin seperti biasa. Aku harus mengaturnya agar emosiku tidak keluar. Tapi begitu aku melihatnya tersenyum, mungkin untuk sebentar saja tidak apa – apa kalau begini. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia tersenyum seperti itu apalagi semenjak ayahnya pergi.

Kemarahan mulai menggerogoti tubuhku tapi sebelum api hitam itu muncul aku sudah menenangkan diriku sendiri dalam hati.

Rin duduk di kasurnya dan diam. Aku bersandar di dinding sambil menatapnya.

"Bagaimana perasaanmu sekarang Rheel? Maksudku setelah pengangkatan dan soal Quarter 0 ini." Tanyanya.

"Bagaimana denganmu?" aku balik bertanya.

Dia terkejut lalu berpikir sedikit. Setelah itu dia tersenyum dan menatap dinding plafon dan berkata. "Menurutku semuanya berlalu sangat cepat. Tidak hanya cepat tapi juga penuh dengan kejutan. Aku yakin untuk ke depannya akan lebih banyak lagi tantangan yang lebih hebat tapi...aku sangat senang karena aku sudah pulang."

Dia tersenyum dan aku juga ikut tersenyum sedikit. Sangat sedikit dan aku yakin emosiku tidak akan keluar kalau hanya segini saja.

Dia kemudian menatapku dan kembali bertanya. "Kalau Rheel bagaimana?"

Aku balas menatap matanya dan menjawab. "Jujur saja aku bangga saat kita dinobatkan sebagai Quarter 0. Aku tidak tahu apa maksud Ketua membuat Quarter 0. Tapi, dia bilang kalau dia menaruh harapan yang besar pada kita jadi aku akan memegang kepercayaanya itu."

"Jawabanmu terdengar sangat percaya diri ya Rheel." Kata Rin melihatku.

Aku mendengus dan berkata. "Mungkin saja."

LEGEND OF ASWALD - Quarter 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang