Chapter 5

15.9K 697 1
                                    

Cahaya yang terang dan suasana yang sunyi, hanya Jarum suntik yang tertancap di tangan ku dan alat pernapasan yang terpasang di hidung ku. Ku merasakan tak mampu menggerakan seluruh tubuh ku karena badan ku sangat lemas.

Ku tersadar bahwa ku berada di ruangan dimana banyak peralatan-peralatan medis. Saat ku membuka mata tidak ada seorang pun yang menemani ku, aku berasa seperti anak yang hilang yang tak akan pernah di diinginkan.

Pintu kamar ku terbuka, aku melihat seorang perempuan memakai baju putih rapi dan membawa obat-obatan.

"Bagaimana keadaan mu nak?" Tanya suster itu.

"Ba...badan saya lemas sus, kepala saya juga pusing" jawab ku dengan suara terbatah-batah.

"Ya sudah lebih baik kamu istirahat dulu, wajar saja kamu baru saja melewati masa kritis dan kamu koma selama seminggu." Ucap suster itu yang membuat ku kaget

"A...a..apa?? Koma??? Sa...satu minggu??" Ga mungkin"

"Sus, dimana orang tua dan kakak saya" tnya ku

"Maaf saya tidak melihat orang tuan dan kakak mu yang menjenguk mu di sini tapi tadi ada laki-laki yang menjenguk kamu tapi saya tidak tau namanya" jawab suster itu yang kemudian pergi setelah menyuntikan obat-obatan ke infus ku.

Laki-laki?? Siapa??? Justin??? Aku bingung siapa yang menjenguk ku. Kalau memang justin bisa abis nanti aku sama kak giselle karena aku tau bahwa kak giselle menyukainya. Kepala ku yang semakin sakit membuat ku semakin pusing menebak-nebak siapa orang itu. Aku memutuskan untuk tidur kembali siapa tau nanti rasa sakitnya hilang.

Tapi saat aku beranjak tidur, Dokter yang menangani ku masuk dan bilang kepada ku

"Nak, dokter harus bicara dengan orang tua kamu tentang penyakitmu ini" pinta dokter itu

"Tapi....dok, saya tidak mau orang tua saya tau kalau saya punya sakit leukimia. Saya tidak mau mengecewakan mereka, jadi cukup saya saja yang tau semua penyakit ini" ujar ku dengan memohon-mohon kepada laki-laki tua itu

"Tapi nak, saya tidak tega untuk mengatakan ini ke kamu."

"Tidak apa-apa dok, saya berusaha tegar menerima semuanya. Ayo dok katakan"

"Baiklah, begini semakin lama kanker mu ini menjalar kemana-mana dan masuk ke dalam stadium akhir. Kalau terus di biarkan begini saja kamu akan......" dengan kalimat menggantung dokter itu berkata.

"Meninggal?? Tanya ku tanpa harapan

"Ada satu-satu nya jalan adalah kemoterapi tapi saya minta kamu harus tetap semangat, hal itu juga memotivasi seseorang untuk sembuh dari penyakitnya." Dengan senyuman dan dorongan yang di berikan dokter itu membuat aku menjadi semangat kembali.

"Baiklah dok, saya berusaha dan saya harus semangat" ujar ku dengan senyum di bibir ku walaupun hal itu mungkin membuat ku pesimis.

Bersambung

Nanti kan ceritanya esok hari ya

Jangan lupa di vote dan kalau ada kekurangan mohon di comment karena memberi saya masukkan agar cerita saya lebih baik.

See you tomorrow

Kenapa Aku yang Selalu di SalahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang