Chapter 18

9.8K 406 9
                                    

Hari telah berganti, setelah seminggu berlalu hari itu perasaanku campur aduk seandainya kalau aku bertemu justin. Aku merasa menyesal karena sudah menolak dia.

"Gina, ayo berangkat ke sekolah nanti kamu terlambat lagi" (Papa)

Lamunan ku terhenti ketika papa memanggilku

"Aku harus siap apa pun yang akan terjadi pada hari ini" (Gina)

Aku dan papa pun masuk ke dalam mobil dan tidak lupa memasang safety belt, perlahan mobil kami meninggalkan garasi rumah dan melaju dengan cepat.

Ingin aku bercerita tentang kejadian kemarin aku bertemu dengan ka giselle.

"Pa, kemarin aku ketemu ka giselle" (Gina)

"Dimana?" (Papa)

"Dipinggir jalan ga jauh dari sekolah aku tapi pas aku samperin dia..." (Gina)

"Dia marahin kamu?" (Papa)

"Iya tapi ini juga salah aku kok pa" (Gina)

"Kok bisa?" (Papa)

"Jadi gini, soal perjodohan ka giselle sama justin, ka giselle suka sama justin tapi justin ga suka sama ka giselle dan ka giselle bilang kalau aku yang ngerebut justin dari dia. Aku udah coba jelasin tapi ka giselle ga mau denger" (Gina)

"Perjodohan itu semua mama yang ngatur, Papa dengan papanya justin berteman baik awalnya papa ga setuju dengan perjodohan itu tapi mama kamu yang terus memaksa. Dulu kami punya janji jika suatu saat anak kita cewe dan cowo kami akan menjodohkannya" (Papa)

"Terus kenapa papa ga setuju?" (Gina)

(Papa seperti berat untuk menceritakannya)"Jadi gini awalnya itu papa menjodohkan kamu dengan justin tapi mama ga setuju dan memilih giselle, tapi papa tau sebenernya justin lebih memilih kamu dibandingkan giselle, justin itu bener-bener saya sama kamu. Dia janji ke papa dia akan jagain kamu sampai kapanpun dia juga akan nemenin kamu melewati masa-masa sulit kamu"

"Justin bilang itu ke papa? Tapi aku ga mau dia kecewa pa, umur aku udah ga akan lama lagi, ga mungkin. Aku sayang sama dia dan berusah untuk menjauhi dia demi kebaikan dia juga. Aku mohon papa biarkan perjodohan antara justin dan ka giselle terjadi, itu semua udah cukup bagi aku" (Gina)

"Nak, dengerin papa umur, jodoh dan rejeki itu semua udah ada yang ngatur. Kamu ga boleh ngomong kayak gitu. Kamu harusnya bersyukur punya orang yang bener-bener tulus mencintai kamu jadi kamu ga perlu mengorbankan perasaan kamu demi orang lain sekarang papa mau tanya kamu apa dengan kamu melakukan semua itu giselle mau baik sama kamu? Enggak. Kamu itu anak kesayangan papa percaya sama papa kamu bisa ngelewatin semua ini. Kalau papa diposisi justin papa ga akan melepaskan orang yang papa cintai dengan begitu saja, papa akan terus berjuang demi orang itu. Jadi sekarang kamu jujur sama diri kamu sendiri dan bilang ke justin karena kasian dia" (Papa)

Aku tidak menyangka kalau justin akan ngomong ini ke papa, perasaanku makin bingung entah harus apa. Tapi aku ingin berbicara dengan justin ketika di sekolah.

Tidak terasa akhirnya aku sampai disekolahan dan aku turun dari mobil. Pandanganku terarah pada sekumpulan orang banyak dekat aula, aku berjalan ke arah orang itu hendak mencari tau apa yang terjadi.

"Hei hei guys kalian tau ga sih kalau justin kemarin kecelakaan" (salah satu temanku)

"Dimana?"

"Dimana?"

"Dijalan deket mall A, katanya sih mobil dia di tabrak truk dan sekarang lagi di rumah sakit di deket situ juga"

Aku kaget mendengar itu dan ingin rasanya menemui dia tapi aku tidak tau dimana dan gimana keadaanya sekarang. Tanpa berpikir panjang aku langsung lari keluar gedung sekolah lalu pergi dengan menggunakan taksi

"Pa ke rumah sakit harapan ya" (Gina berbicara dengan supir taksi)

Aku tidak sabar untuk menemui justin untuk memastikan kondisinya. Aku terus berdoa agar tidak terjadi apa dengan dia

Setelah sampai di rumah sakit, aku langsung berlari ke bagian informasi setelah mengetahui nomor kamar. Aku berlari dengan cepat menuju lift jantung ku terasa berdebar kencang.

Dilantai 5 aku mencari kamar justin dan aku menemukan kamarnya setelah aku membuka pintu itu benar saja justin nampak terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Kamu temannya Gina" (Mama justin)

"Iya tante, maaf tadi kurang sopan langsung buka pintunya" (Gina)

"Iya ga apa-apa, kamu tau darimana justin di sini" (Mama justin)

"Tadi aku denger disekolah banyak yang ngomongin justin" (Gina) "Tante aku turut sedih, tante harus kuat ya jangan nangis lagi. Aku yakin justin bisa lewati semua ini"

"Iya makasih Gina." (Mama justin)

"Kok tante tau nama aku?" (Gina)

"Justin selalu ceritain kamu ke tante dan dari tadi dia selalu manggil-manggil nama kamu. Tante mohon kamu satu-satunya orang yang bisa bikin justin bahagia" (Mama justin) "Justin koma selama seminggu dan tante ga tau lagi harus gimana dia anak satu-satunya anak tante"

Air mata ku tak sanggup terbendung lagi, aku merasa bersalah karena aku yang ninggalin dia begitu aja semua ini karena salah aku. Aku yang buat dia begini.

Aku berusaha untuk mendekat ke arah justin dan mengajaknya berbicara

"Justin ini gue gina, gue mohon lo bangun... gue sama sekali ga tega ngeliat lo kayak gini, lo itu..... lo itu.... orang yang berharga bagi hidup gue dan gue ga mau sampai kehilangan lo lagi. Gue mohon lo bangun demi gue.... gue sayang sama lo please... " (Gina)

Entah kenapa hatiku terus menangis, apa ini benar kalau sebenarnya aku benar-benar mencintai dia tapi aku mendengar suara yang tidak asing bagi ku

"Gin...."

"Gue mohon lo bangun jus please..."

"Gina ini gue" (justin)

"Ah justin lo.... lo udah bangun" (Gina sangat senang)

"Gue mimpiada seseorang yang bilang sayang sama gue dan sekarang gue mau denger itu langsung dari mulut orang itu" (Justin)

"Gue sayang sama lo dan gue akan selalu ada di samping lo sampai kapanpun. Promise" (Gina)

Justin tampaknya sangat bahagia saat aku mengatakan hal itu, sekarang dia akan selalu ada disampingku ternyata aku baru menemukan kebahagian bila ada di samping dia.

Setelah 2 hari berlalu kita berdua sekarang menjadi sepasang kekasih dan kabar bahagianya justin sekarang keadaannya sudah mulai membaik lalu diizinkan pulang

Bersambung

Vote dan comment ya

Terima kasih



Kenapa Aku yang Selalu di SalahkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang