Satu

204K 9.2K 401
                                    

"Alvero, may i talk to you for a sec?" Tanya perempuan berambut panjang dengan wajah asianya itu.

"Tunggu ya." Jawab Alvero, laki-laki yang di panggil perempuan itu tadi.

Alvero berbicara pada teman-temannya lalu beranjak menghampiri perempuan asia itu.

"Re, kenapa?" Tanya Alvero menghampiri perempuan yang sedang memilin tas sampingnya itu.

"Not here." Jawab perempuan itu sambil menyunggingkan senyum yang menurut Alvero terlihat dipaksakan.

Alvero tahu, karena Ia sangat mengenal perempuan di hadapannya selama hampir tiga tahun menjalani tali persahabatan.

"Ok, kita ke Cafetaria." Alvero tidak tahu bagaimana dan darimana,tapi alvero seakan tahu kebiasaan Perempuan ini. Termasuk dikala tangan gadis itu tidak bisa diam dan senyumnya sedatar itu. Sesuatu mengganggu pikiran perempuan ini.

"Minum sesuatu?" Tanya Alvero saat mereka sudah duduk di salah satu bangku kosong di kafetaria.

Perempuan itu menggeleng. "Besok lo udah kelulusan ya?"

Alvero mengangguk mantap. "Akhirnya bebas juga gue dari sini. Tadi gue abis ngurus surat-surat terakhir sama say bye ke dosen." Ujarnya sambil tertawa.

"Gak say bye ke gue?" Tanya perempuan itu.

"Gak lah. Besok-besok juga masih bisa ketemuan lagi." Jawab Alvero cepat. "Ada masalah apa sih, hm?"

Mata dingin Alvero menatap perempuan yang juga tengah menatap matanya lurus.

"Gue... mau ngomong sesuatu." Perempuan itu terdengar ragu. Sedangkan Alvero menunggu lanjutan ucapan perempuan itu dengan tenang.

"Sebenarnya gue...."

***

Beep beeepp beep beeepp

Alvero's POV

Suara Alarm di nakasku berbunyi. Mimpi yang pernah menjadi memori itu kembali menyapaku. Aku tahu jelas siapa perempuan di mimpiku itu, karena kejadian itu memang pernah terjadi padaku, dan pada perempuan berwajah asia yang baru bertemu lagi denganku beberapa waktu lalu, Rebecca.

Setelah hilang kontak selama hampir satu tahun lamanya, Perempuan itu muncul kembali, membawa sejuta rasa bersalahku padanya.

Tapi satu yang ku tahu, dirinya jadi lebih ceria dibandingkan dirinya yang dulu. Dan dirinya juga terlihat lebih, cantik dan dewasa.

Saat hari pernikahan Via, Aku mengantar Rere kembali ke rumahnya. Tidak banyak yang kami bicarakan, bahkan kami seakan menghindari topik tertentu.

Beginilah jadinya kalau bersahabat dengan orang yang berbeda jenis kelamin. Setelah perasaan ikut campur di dalamnya, semua akan terasa salah dan persahabatan itu akan hancur dengan sendirinya.

Seperti aku dan Via, dan juga Rere.

Errrrgh Ya Tuhan! Pagi-pagi begini aku malah memikirkan hal itu.

Aku berjalan menuruni kasurku. Hari ini, aktivitasku di mulai lagi. Kemarin aku baru kembali ke LA bersama dengan Rere setelah sempat berlibur ke Jakarta beberapa hari untuk melihat Anak Via dan Peter.

Kalian mengharapkan perkembangan seperti Peter dan Via? Simpan saja harapan itu, karena itu semua hanya sia-sia. Aku hanya menganggap Rere sebagai sahabat. Sebagaimana aku menganggap Via sahabat dan juga adik yang perlu ku jaga.

Meskipun setelah pertemuan kami kembali di Kafe itu, kami jadi makin sering bertemu dan membahas hal hal yang telah lalu, tapi kami seperti sepakat dalam satu hal untuk menghindari topik mengenai sehari sebelum dan sesudah kelulusanku tanpa kami sadari.

Fated! [#DMS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang