DuapuluhDua

122K 5.8K 319
                                    

Rere's POV

"Ver..."

"Hm?"

"Kamu lagi sibuk?"

"Hmm sedikit..."

Aku terdiam dan menghela nafas kesal. "Terus kenapa kamu suruh aku ikut ke kantor kamu? Duduk jadi patung selamat datang begini? Dicuekin?" Tanyaku sambil mengerucutkan bibirku sebal.

Alvero dan aku baru mengantar Alle ke sekolahan. Awalnya Alle mau Alvero menemaninya, bahkan meminta Alvero untuk kedalam kelasnya. Tapi aku memberi pengertian pada Alle kalau Alvero harus bekerja dan tidak boleh di ganggu.

Tapi sekarang, malah aku yang menjadi kambing conge di kantor Alvero. Duduk di sofa sambil melihat Laki-laki itu berkutat dengan berkas-berkasnya.

Alvero mendongak dan nyengir.

"Maaf sayang. Soalnya hari ini aku seharusnya sudah kembali ke LA, tapi tidak jadi. Jadinya ku alihkan pekerjaanku kemari. Maaf ya. Sebentar lagi selesai." Ujar Alvero yang sudah tidak tahu keberapa kalinya kalau pekerjaannya sudah hampir selesai.

"Oh iya!" Alvero berdiri dan menyerahkan beberapa lembar kertas hasil print-an kepadaku.

Aku mengernyit bingung. "Sekolah? Di LA?" Tanyaku.

Alvero duduk di lengan sofa dan merangkul bahuku. Dirinya mengangguk.

"Iya. Untuk sekolah Alle nanti. Pilih saja yang menurutmu memenuhi standart yang sesuai. Tapi semua sekolah di kertas itu adalah sekolah yang berakreditasi tinggi." Ucapnya sambil membalik lembaran yang bahkan belum ku balik sama sekali.

"Nanti? Tunggu ver... kamu gak bermaksud..." Ucapanku tertahan. Alvero menatapku dengan tautan di alis di keningnya.

"Al, kehidupanku dan Alle ada disini. Kami bebas dari gunjingan atau apapun disini. Kalau misalnya kita kembali kesana, belum tentu Hubungan kita akan direstui, atau bisa saja kehadiran Alle membawa masalah baru."

Wajah Alvero berubah datar dan menatapku tajam. "Lalu kamu mau menetap disini? Begitu?"

Bukan begitu, entah kenapa memikirkan orang tua Alvero bertemu dengan Alle nanti membuatku takut. Dan mengenai kejelasan hubungan kami serta restu yang tertunda itu. Entah kenapa perasaanku tidak enak memikirkan hal itu semua.

"Kalau memang itu maumu, aku bisa memindahkan semua tugasku kemari dan kita akan mulai kehidupan baru disini. Tapi kita harus tetap ke LA untuk meminta restu dari Mom dan Dad." Ujarnya. Aku menggeleng cepat.

"Bukankah kamu mau mendapatkan restu dulu baru menikah? Atau kamu berubah pikiran dan tidak mau menikah denganku?" Tanyanya tajam.

Aku langsung menggeleng dengan cepat lagi, menepis perkataan Alvero. "Gak Ver... aku cuman takut. Alle masih terlalu kecil untuk mengerti. Aku takut kalau nanti dirinya tidak diterima oleh keluargamu atau keluargaku karena Alle hadir dari sebuah hubungan tanpa pernikahan kita. Aku takut Alle hanya akan menerima tekanan dan gunjingan."

"Gak, Re. Aku yang akan melindungi Alle dengan tanganku sendiri. Aku yang akan melindungi kamu dan Alle. Kamu percayakan sama aku?" Alvero meremas bahuku, menatap kedua mataku. "Re, lihat aku. Apa kamu melihat kebohongan dan keraguan di mataku?" Aku menggeleng. "Aku serius Re, aku mencintai kamu. Aku ingin menikah denganmu. Aku ayah kandung Alle dan hanya aku yang berhak menjadi Ayah Alle."

Aku terdiam sebentar dan menghela nafas. "Aku tahu... tapi aku hanya takut Alle terluka, Ver."

"Apa kamu mencintai aku?" Tanyanya tiba-tiba.

"Ver..."

"Jawab aja Re, Apa kamu mencintai aku?" Tanyanya lagi.

"Aku mencintai kamu."

Fated! [#DMS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang