New York City
Rere's POV
Tidak kusangka kalau takdir yang sedang ku tantang ternyata mempermainkanku lebih berat dan hebat lagi.
Aku hamil.
Ya, aku hamil anak Alvero.
Anak Alvero ada di dalam rahimku.
Jadi arti dari mimpiku tempo hari, Alvero memberitahuku kalau ada Janin yang sedang tumbuh di dalam perutku, dia memintaku untuk menjaganya.
Tapi aku malah terpuruk begitu lama, tidak menjaga keseimbangan giziku, yang mungkin membuat Alvero mengkhawatirkanku.
Begitu aku tiba di New York dan sampai di Apartemen yang ku sewa, tubuhku merasa tidak enak dan limbung.
Kuperiksakan diriku ke dokter dan hari itu juga aku dinyatakan hamil. Saat itu kandunganku masuk ke usia 6 minggu.
Aku hanya bisa menangis mendengar kabar yang seharusnya membahagiakan itu mengingat nasib Ayahnya yang masih koma di sana.
Aku tidak mau kembali ke sana ataupun Dakota, karena anak di dalam rahimku hanya akan dicap sebagai Aib karena aku maupun Alvero belum menikah, bahkan restu saja baru satu pihak.
Memikirkan untuk menggugurkannya? Gila! Aku begitu mencintai ayahnya, dan anak di dalam rahimku, seakan seperti pemberian dari Tuhan agar aku memiliki semangat untuk melanjutkan hidupku demi anakku. Bukan malah terpuruk dan terus menangis, dan tidak memikirkan giziku dan janinku.
Dan karena alasan kehamilan ini, aku tidak lagi mengambil beasiswaku, melainkan bekerja paruh waktu disini.
Tidak bekerjapun tidak masalah, karena Butikku yang di LA masih terus berjalan dibawah kendali orang kepercayaanku. Aku bahkan memintanya untuk tutup mulut mengenai kemana aku pergi dan hanya mengirimi draft gambarku padanya untuk keperluan butik.
Tapi aku tidak mau berdiam diri dan terus memikirkan Ayah dari bayiku yang aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Itu malah akan membuatku semakin terpuruk dan kasihan janinku nanti.
Awalnya, semua baik-baik saja. Hingga saat kehamilanku masuk ke bulan tua, dan banyak keinginanku yang tidak bisa kupenuhi sendiri.
Bahkan ada satu saat dimana aku terbangun tengah malam dan menangis meraung ingin melihat Alvero. Rasanya kangen sekali ingin melihat wajahnya, membelai rambutnya, ingin tangannya membelai perutku yang sudah membulat itu, dan menciumnya.
Tapi satu-satunya yang aku punya menyangkut Alvero adalah buket bunga kering yang sudah ku pigura dengan apik, dan kemeja yang dulu ku ambil dan sampai sekarang, hampir setiap hari kupeluk tanpa pernah kucuci.
Ponselku, aku tinggal diapartemen Alvero saat aku memutuskan untuk ke New York. Dan Laptopku? Aku tidak menyimpan foto apapun di dalam sini selain foto draft gambarku. Aku juga tidak memiliki media sosial apapun.
Jadi aku benar-benar tidak bisa melihat wajah Alvero selain mengingat dari apa yang tersisa di otakku.
Aku hanya bisa bertahan dengan keadaan, memenuhi keinginanku sendiri, hamil tua tanpa suami ataupun ayah dari anakku hingga saat aku harus melahirkan, tidak ada yang berada disampingku.
Hingga putriku lahir kedunia ini, tanpa seorang ayah. Tanpa ayah yang membelai kepalanya, menciumnya sebelum tidur, atau menggendongnya setiap malam.
Alleira Theresa Lee. Ku ambil nama tengah Kak Adera sebagai penanda kalau Al adalah bagian dari keluarga Bramantyo, dan kugunakan nama belakangku sebagai marga untuknya.
Anak kami, putri kami yang cantik.
Mengingatkanku akan wajah Ayahnya. Wajahnya sangat mirip dengan wajah ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated! [#DMS 2]
Romance(TELAH DI BUKUKAN. BISA DI TEMUKAN DI TOKO BUKU KESAYANGAN KALIAN 😊) Sequel Dirty Marriage - Anindana Orang bilang, Pertemuan PERTAMA adalah kebetulan, Pertemuan KEDUA adalah kepastian, dan pertemuan KETIGA adalah TAKDIR. "Aku hanya bisa bertanya k...