Tujuh

110K 6.2K 184
                                    

Alvero's POV

Langkahku berat memasuki ruangan kerjaku. Begitu aku mengantar Rere ke apartemennya, aku merasa kosong. Sepi.

Setelah apa yang hampir terjadi kemarin malam, aku terus kepikiran dengan Rere. Tidak habis pikir kenapa Rere bisa sampai mabuk dan memintaku untuk.... menyentuhnya?

Dan lagi, reaksi macam apa yang kukeluarkan saat Rere berbohong kalau dia dan Ruben dan dirinya sudah melakukan Seks. Padahal, Jelas-jelas Rere mabuk mengatakan kalau dirinya ingin aku menjadi yang pertama.

Oh.... wajahku mendadak memanas.

Aku nyaris saja kehilangan keperjakaanku semalam.

Ya, sampai detik ini, aku masih perjaka. Jangan tertawa! Aku tidak malu, malah aku harus berbangga. Ditengah maraknya Free sex, aku masih bisa menahan nafsuku untuk tidak melakukan hal bodoh nan menyenangkan itu.

Kalau saja kemarin aku sampai kehilangan kendali, entah apa yang akan terjadi padaku dan Rere pagi ini.

Aku melihat sekertarisku Natasya di mejanya tengah sibuk menata berkas disana, dia mendongak dan terlihat kaget melihatku datang.

"Selamat pagi, Mister Theodore. Umnnn.. itu..."

"Selamat pagi, lanjutkan saja tugasmu." Ujarku memotong ucapan Natasya dengan senyum ramah.

"Ada Tuan besar didalam." Ujarnya salah tingkah.

Mataku melebar. DADDY?! Sepagi ini? Di kantor?

"Ah... iya, Terima kasih." Ujarku. Tapi raut mata Natasya seakan masih memiliki ganjalan kebingungan yang tidak bisa ia sampaikan.

Aku berjalan menghampiri pintu ruang kerjaku. Dan berhenti sejenak.

Daddy tidak pernah kesini sepagi ini semenjak aku mengambil alih perusahaan ini dan membiarkan Daddy beristirahat total. Palingan Daddy hanya datang dan mengontrol saja. Kalau ternyata memang Daddy sudah di kantorku sepagi ini, aku rasa itu bukan hal yang bisa dikategorikan wajar.

Aku mendorong pintu ruanganku dan mendapati wajah Daddy yang tengah tertawa dengan Perempuan yang duduk membelakangiku.

Dari posturnya, perempuan itu terlihat muda dan jelas sekali kalau itu bukan Mommy.

Rambut panjang yang ikal di bagian bawah berwarna cokelat di sampirkan di salah satu bahunya, menampilkan pundaknya yang mulus, yang tertutup oleh potongan baju croptee dengan pundak yang terbuka dengan pita besar di tengahnya. Tubuh yang tegap, dan ramping.

"Ah... kamu sudah datang, Ver." Ujar Daddy, spontan membuat perempuan yang membelakangiku berbalik.

Aku seperti pernah melihatnya sekali dua kali. Wajahnya sedikit familiar bagiku. Sepertinya dia anak teman Daddy.

"Sini, Ver." Daddy berdiri dan mengayunkan tangannya memanggilku. "Kalian pasti udah pernah bertemu kan sebelumnya?"

Aku mengernyit, berusaha mengingat anak siapa perempuan ini. Atau paling tidak namanya.

"Aku sedikit lupa, Tuan." Ujar perempuan itu sambil tersenyum.

Dirinya juga sudah berdiri dan tingginya, seperti model victoria secret. Hampir menyamai tinggiku yang 180+ ini. Aku rasa tingginya itu 170++ berbeda dengan Rebecca yang mungil dengan tinggi 165an itu. Bahkan dirinya lebih kecil dari tinggi Via.

Ah kenapa aku jadi memikirkan Rebecca lagi?

"Sudah kukatakan, jangan panggil aku dengan sebutan Tuan." Tegur Daddy sambil tertawa. "Nah, ini adalah anak Om. Alvero Theodore Bramantyo."

Fated! [#DMS 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang