Rere's POV
Sebuah tamparan keras melayang ke pipiku.
Alvero yang melihatnya, langsung berdiri di hadapanku, melindungiku.
Airmataku tidak lagi terbendung.
Untung saja Alle ku titipkan pada Kak Adera di dalam kamarku, jadi Alle tidak perlu melihat adegan tamparan yang dilakukan Papaku tadi meskipun aku yakin kalau Alle dan Kak Adera bisa mendengar percakapan kami. Karena Apartemenku yang Alvero pilih sebagai tempat untuk memberitahu kedua orangtuaku mengenai Alleira dan rencana pernikahan kami, terlampau kecil dan tidak memiliki sistem kedap suara setiap ruangan.
"Om!!" Suara Alvero meninggi.
"Papa kecewa sama kamu, Rebecca!!!" Teriak Papa. "Dan kamu, Alvero! Berani-beraninya kamu menyentuh putriku dan menghancurkan masa depannya?!"
"Maafkan saya..."
"Paaa... Ini bukan salah Alvero, aku yang menggodanya lebih dulu karena aku mencintai dia pa..." aku sesengukan berdiri di samping Alvero sekarang.
Mata papa membesar, nafasnya naik turun. Sedangkan mama, hanya menatapku dengan kecewa.
"Maaf karena Aku udah bohong sama kalian selama ini. Aku cuman gak mau membuat kalian khawatir dengan Alvero yang koma, dan juga aku yang lagi mengandung." Ucapku lagi. "Ini bukan salah Alvero, pa, ma..."
Papa mendengus dan geleng-geleng. "Papa benar-benar kecewa sama kamu, Rebecca."
Aku tahu papa kecewa. Bahkan papa yang sangat menyayangiku, tidak pernah sekalipun menyakitiku atau memukulku, sekarang malah menamparku.
"Karena saya sudah menghancurkan masa depan Rebecca, saya akan bertanggung jawab, Om. Saya mau meminta res..."
Tubuh Alvero terhuyung, aku menahan tubuh Alvero, melihat wajahnya. Sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat dari tabokan Papa.
"Lupakan mengenai restu kami." Suara Papa mengeras. "Bahkan selama 6 tahun ini, kami dibohongi dan tidak dianggap oleh putri kami sendiri." Lanjutnya menatapku yang masih menangis. "Tidak... Aku tidak memiliki putri sepertimu! Kita pergi sekarang, Ma!"
"Paaa... paaaaaaa!!!" Aku berlutut dan meraih kaki Papaku, memeluknya. "Papa maafin Rebecca, Pa... maafin Rebecca!!!" Pintaku memelas.
"Lepas Rebecca! Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Aku malu mengakui perempuan bodoh dan durhaka sepertimu sebagai putriku!" Desis Papa sangat tajam menohok hatiku.
"Paaa.. Rebecca akan menuruti perkataan papa, rebecca akan menjadi anak yang baik. Maafin Rebecca Paaaa...."
"Om, Maafkan kami..." Alvero sudah berlutut bersamaku. "Tante, maaf sudah mengecewakan kalian. Tapi aku benar-benar mencintai Rebecca. Dan Alleira tidak salah sedikitpun."
Bisa ku lihat mama sudah menangis di samping papa. Aku benar-benar kecewa pada diriku sendiri telah membuat kedua orang tuaku terluka seperti ini.
Papa menepis tanganku dan menarik kasar kakinya dari pelukanku hingga membuatku nyaris mencium lantai kalau saja Alvero tidak menangkapku.
"Saya sudah terlanjur kecewa dengan kalian!" Desis Papa sambil menarik Mama hendak keluar dari apartemenku.
Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka, dan Alleira berlari kearahku dan Alvero yang masih berlutut dilantai. Wajah manisnya terlihat khawatir.
"Mommy kenapa nangis? Mommy sakit? Tante Adera di dalam juga nangis. Alle takut..." ucapan itu keluar dari bibir mungilnya. Membuat airmataku semakin deras.
Aku memeluk Alleira erat sambil menggeleng. "Mom ga nangis kok..." isakku.
"Kakek! Nenek! Kalian udah mau pergi?" Tanya Alleira yang ternyata melihat kedua orang tuaku di ambang pintu, sedang melihat kearah kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fated! [#DMS 2]
Romance(TELAH DI BUKUKAN. BISA DI TEMUKAN DI TOKO BUKU KESAYANGAN KALIAN 😊) Sequel Dirty Marriage - Anindana Orang bilang, Pertemuan PERTAMA adalah kebetulan, Pertemuan KEDUA adalah kepastian, dan pertemuan KETIGA adalah TAKDIR. "Aku hanya bisa bertanya k...