1995
Dengan terseok sambil terus menahan rasa sakit pada bagian perutnya ia melanjutkan langkah kakinya yang semakin lama semakin lambat dan kecil. Ia mengerang kecil sambil terus merasakan sebuah cairan yang mengalir diantara kedua pahanya. Perut buncitnya tak menghalanginya untuk menyerah sampai disitu juga.
Wanita hamil itu berusaha untuk tetap melanjutkan langkahnya walau hanya sendirian ditemani dengan lampu jalan yang membantunya melihat dalam gelap. Ia hanya butuh sampai ke ujung jalan untuk sampai didepan gedung bercat putih gading tersebut. Hingga pada akhirnya ia tak sanggup lagi untuk melangkah ketika sampai pada anak tangga ketiga lobby gedung tersebut.
"Astaga! Cepat ambilkan bangsal, dan siapkan ruang bersalin sekarang juga! Ketuban ibu ini sudah pecah!" Pekik seseorang yang masih bisa ditangkap oleh pendengaran wanita itu.
Bibir wanita itu bergetar, seakan ingin mengucapkan sesuatu. Dengan penglihatan yang minim karena mulai kehilangan kesadaran, ia merasakan beberapa orang mengelilinginya lalu mengangkatnya ke atas sebuah tempat yang mirip kasur berjalan.
Mereka berbalut kain putih yang membuat wanita lemah itu bertanya dalam hati.
'Apakah mereka malaikat?' Batinnya.
Namun bukan, mereka hanya beberapa perawat dan seorang dokter sekitar umur dua puluh lima tahun. Lambat laun, kesadarannya mulai menghilang. Lalu sepenuhnya digantikan dengan gelap dan sunyi.
⚫⚫⚫⚫
Masih pada hari yang sama,
lima jam kemudian.Tangisan bayi memenuhi ruang persalinan tersebut. Setelah melalui proses persalinan dengan operasi caesar yang cukup memakan waktu lama karena salah satu dari kedua bayi tersebut sempat menelan air ketuban yang pecah.
Ya, mereka bayi kembar yang cantik. Walau salah satu dari mereka lahir prematur dengan berat hanya 1.8 kilogram. Namun kakak bayi kecil ini lahir dengan sehat.
"Dokter Lee, ibunya tidak selamat." Ucap salah satu suster yang ikut dalam persalinan tersebut.
"Apa suaminya menunggu?"
Suster itu menggeleng membuat Dokter Lee hanya bisa menahan nafasnya dan menghembuskannya pelan.
"Ia datang kesini sendiri, dengan kondisi ketuban yang sudah pecah. Saya rasa ia tak datang bersama suaminya, beberapa luka lebam juga ditemukan disekitar tubuhnya. Kemungkinan ia merupakan salah satu korban KDRT."
Dokter itu hanya menatap kedua bayi yang sudah diletakan dalam tabung dengan pandangan iba. Di usia yang masih kecil, ia harus kehilangan salah satu dari orantuanya. Ayah bayi ini bahkan seakan lepas tanggung jawab.
"Maafkan aku. Maaf membuat kalian menderita karena tidak bisa menyelamatkan ibu kalian." Sesal Dokter tersebut sambil menaruh tangannya diatas tabung bayi tersebut. Menatap kedua bayi itu dengan perasaan campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE, STAY [ BIGBANG FF]
FanfictionNO CHILDREN (NC) **info** BEBERAPA PART YANG MENGANDUNG UNSUR 17+ DIPROTECT, HANYA FOLLOWERS YANG BISA MEMBACA. cerita ini pernah di publish sebelumnya dengan judul yang sama. namun terjadi perubahan plot secara besar-besaran, tapi sama sekali tidak...