Seorang gadis menutup novel yang telah di bacanya berkali-kali. Ia menyenderkan kepalanya ke batang pohon kokoh yang menjadi sandarannya.
Ia bosan.
Daun musim gugur sama sekali tidak mengusik ketenangan gadis itu. Yang ada sepoian angin begitu memanjakan mata.
"Akan sangat indah jika aku kembali." Gadis itu bergumam.
Sebuah lengan kokoh melingkari pinggangnya. Tanpa membuka mata, gadis itu langsung tau siapa orang yang tengah memeluknya itu. Ia menyenderkan kepala dengan nyaman pada dada bidang pria itu.
Usapan dan kecupan lembut pada puncak kepalanya membuat rasa sesak sendiri bagi gadis itu. Ia membuka matanya, menatap mata berwarna abu-abu pria yang kini tengah tersenyum lembut padanya.
"Aku menggangu?"
Gadis itu tidak menggeleng, tidak juga mengangguk. Ia menyentuh rahang kokoh milik pria itu.
"Aku ingin pulang."
Mata pria itu memerah. Ia marah, sangat marah. Gadis itu begitu gampang meminta untuk berpisah darinya.
Apa gadis itu tidak memikirkan dirinya?
Pria itu melepas pelukannya. Ia menatap datar gadis itu.
"Tidak ada yang memisahkan. Aku akan terus mengikatmu, membuatmu selalu berada di sisiku... walaupun dengan ikatan yang bernama..
Pernikahan."
~~~
Elly mengetuk meja gusar. Ia menatap surat gulungan di depannya bingung. Bukan karena tidak mengerti cara membaca, melainkan huruf-huruf yang terangkai menjadi satu membentuk sebuah kalimat manis yang ia tidak percaya.
Undangan pernikahan.
Jelas sekali di sana tertera nama sahabat termudanya yang sebagai pengantin wanitanya.
Viviane Rosalie.
Bukannya sahabatnya itu menentang perjodohan yang dianggap nya bodoh itu? Menikah? Elly menggelengkan kepala pelan. Baru beberapa bulan kepulangan gadis kecil itu ke kerajaan, tentu saja dari pandangan Elly ini sangat gila dan di luar akal sehat. Namun apapun apapun yang terjadi ia akan tetap mendukung sahabatnya itu
"Vivi kita akan menikaaah!!"
Tanpa permisi Meysi membanting keras pintu ruang kerja Elly. Di tangan kanannya terdapat gulungan kertas yang sama milik Elly. Tentu saja wanita itu juga akan mendapat undangan dari Vivi.
Mata Meysi berkaca haru. Rasanya tidak menyangka sahabat sekaligus adiknya itu akan melangsungkan pernikahan, bahkan setelah percobaannya melarikan diri ke New York.
Elly menatap Meysi jengkel. "Pintu itu otomatis. Kau tau? Tangan bar-bar mu itu bisa menghancurkannya."
"Oh apa yang harus ku gunakan? Apa di sana banyak pangeran tampan?" Meysi tidak menanggapi jengkelan Elly, sebaliknya, wanita itu malah menatap penuh binar dan membayangkan dirinya berdansa bersama pangeran.
Sungguh itu menggelikan.
Elly memutar bola matanya jengah. Ia merapikan kembali berkas-berkas nya, kemudian kembali tenggelam di sana. Tulisan penuh kalimat baku itu lebih penting daripada ocehan konyol Meysi.
"Sebaiknya kau dengarkan aku."
Meysi bersunggut di tempatnya. Ia cemberut melihat Elly yang tidak sedikit pun menanggapi cerita dan anggannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Alpha's Love
WerewolfAda yang tidak diketahui dari banyak hal yang dipahami. ~~~ Bertemu mate adalah impian terbesar semua werewolf. Lebih baik lagi werewolf dan mate bertemu dengan keadaan romantis meleleh hati. Setelah itu hidup bahagia selamanya. Terdengar naif, teta...