29.Hanya Kali Ini

4.4K 280 7
                                    

Psst... Pipin berencana update sesering mungkin. Kenapa? Karena...

Pipin punya proyek bikin cerita teenfiction! *jrenjrengjreng* #krikrik

Selamat menjemput akhir yang tidak akan pernah tergambar di benak manapun! (Kecuali pipin tentunya. Hehe)

~~~

"MENJAUH DARIKU MAHLUK TERKUTUK ATAU SEBENTAR LAGI KAU MELIHAT MAYATKU!"

"Lebih baik aku mati, William!"

"Aku benar-benar akan mati. Sama seperti kakak ku yang terbunuh karena cintanya, aku terbunuh karena rasa percayaku padamu!"

~~~

Kedua kelopak mata perlahan-lahan terbuka ketika menangkap suara pintu berdecit didorong. Disana terlihat Meysi dengan nampan makanan yang entah untuk keberapa kalinya. Mata itu mencoba menangkap objek lain sebelum kembali menatap Meysi.

Dia masih ditempat yang sama.

Sudah seminggu Elly membiarkan dirinya terbaring lemah. Seminggu itu pula seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan yang ditunjukan oleh Elly kecuali detak jantungnya yang masih stabil dan kesadaran namun kosong. Tidak ada suara sekedar erangan kesakitan yang dikeluarkan wanita itu.

"Makanlah Elly. Ini sudah genap seminggu kau tidak memakan apapun."

Meysi menghela nafas lelah ketika  Elly kembali memalingkan wajahnya. Ini sudah kesekian kalinya sahabatnya itu menolak untuk makan. Bahkan beberapa kali Elly memecahkan piring dari makanan yang dibawanya ketika Meysi memaksa makan.

Suara benturan barang pecah belah menarik perhatian Elly. Dia melirik piring kaca yang berisi makanan itu kini hancur berantakan. Namun dia tidak bersuara apapun. Tidak mengatakan sepatah kata atau hanya sebuah pekikan terkejut. Dia hanya sedikit tertarik bahwa kali ini Meysi sendirilah yang menghancurkan benda putih kenyal yang hambar itu.

Lagipula dia sudah kebal dengan kejutan.

"Apa yang salah denganmu Elly?! Ini sialan seminggu kau mendiamiku dan tidak memakan apapun," Meysi mencengkram bahu sahabatnya itu. Matanya membara menusuk mata Elly yang menatapnya kosong. "KATAKAN BAJINGAN MANA YANG BUAT KAU SEPERTI INI, KATAKAN PADAKU SIALAN! JANGAN HANYA DIAM DAN MENUNGGU KEMATIANMU!"

"Aku memang menunggu kematianku."

Meysi terduduk lemas. Sudah seminggu sahabatnya itu hanya berdiam diri, dan sekarang saat dia mulai bicara, Meysi ingin sekali menutup mulut wanita bodoh itu. Elly menunggu kematiannya. Hal sialan apa yang meruntuhkan semua benteng kuat milik Elly?

Lihat. Wanita yang selalu berpenampilan tegas kini terlihat seperti monster dengan bibir pucat dan kantong mata yang mengerikan. Meysi sangat yakin Elly tidak tidur dengan teratur. Semua bekas luka sayat hilang dari tubuh Elly.

"Elly, lihat aku," Meysi menarik paksa dagu Elly agar matanya bisa masuk menyelami ruang kosong wanita itu. "Kau selalu membangkitkan aku ketika bermasalah dengan ayahku, kau menolong Vivi dari kejaran pria yang menuntut kehadirannya, kau menguatkan Swan dan meyakinkan bahwa pernikahan bukanlah hal buruk. Sekarang ketika kami ingin membantu, kau menolak. Kau sebut apa kami, hah?!"

"Kau tidak akan mengerti."

Kali ini Meysi menyerah. Dia segera pergi sebelum bogemannya mendarat diwajah menyedihkan sahabatnya itu.

Suara pintu dibanting keras membuat Elly kembali pada dunianya. Pikirannya melayang tepat seminggu yang lalu sebelum Meysi menemukannya dengan kondisi luka sayat diseluruh tubuhnya. Dia menatap tubuhnya yang mulus tanpa cacat penuh kebencian. Bajingan itu benar-benar tidak membiarkannya mati begitu saja.

Stupid Alpha's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang