24.Demi Kebaikan Bersama

8.2K 389 15
                                    

Pipin mau ngucapin banyak terima kasih sama : cikaaf     dan dinidini03   yang udah ngasih tanggapan di chap paling terakhir :'3 (jadi cerita ini sebenarnya re-writing guys :3 )

PS : Cerita ini belum selesai kok, jadi kamu tenang aja ya cikaaf  ;) dan juga setelah selesai cerita ini rencananya Pipin mau buat sequelnya ^^ werewolf juga kok dinidini03

Ayoo.. kalian jugakasih tanggapan tentang cerita ini :) nanti Pipin usahain balas kasih tanggapan ^^

sorry for typo(s) and happy reading! :)

~~~

"Mama bahkan membayar seseorang untuk membunuhku."

Taman itu terlalu sepi untuk menangkap tangis sesenggukan seorang gadis. Disebelahnya ada wanita tua yang mengelus punggung gadis itu dengan tatapan prihatin. Dia masih muda tapi beban yang di tanggungnya begitu berat, batin wanita itu. Bahkan orang terdekat bukannya mendukung, malah berniat untuk menyingkirkannya.

"Aku harus pergi dari sini, Mrs.Yoon."

"Kemana?"

Wanita tua itu heran dengan ketegaran yang dimiliki gadis itu, seakan tidak ada habisnya. Sekarang dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan gadis itu. Pergi?

"New york."

Hening beberapa saat. Sudah tidak ada tangisan disana. Semilir angin musim semi memang yang paling menyenangkan.

"Bawa serta adikmu," Gadis itu menoleh, menatap maid setianya bingung. Sedangkan wanita tua itu tampak meyakinkan. "Kita tidak tau apa yang dilakukan ibumu pada anak dari selingkuhan ayahmu."

Itu benar, dia bergumam. Bahkan wanita itu yang notabene adalah ibu kandungnya rela membayar seorang pembunuh bayaran untuk membunuhnya, menjatuhkan semua harta ayah ke atas tangannya. Dia, memang wanita yang serakah.

Namun bukan berarti gadis itu langsung setuju dengan usulan maid-nya. Dia takut gagal dalam mendidik anak itu. Bukan berarti dia tidak menyayangi gadis kecil itu. Bahkan dia sudah jatuh cinta pada saat pandangan mata mereka pertama kali bertemu, seakan sudah ada tali penyambung diantara mereka. Mungkin sesama nasib ditelantarkan oleh ibunya, batinnya miris.

Seakan membaca keraguan dari gadis itu, wanita tadi menggeleng. Dia sangat yakin nonanya mampu.

"Demi kebaikan bersama," Ucapnya meyakinkan yang terus bergema di kepala gadis itu.

Ya, demi kebaikan bersama.

~~~

Tidak ada suara kecipan burung terdengar dari kamar megah sebuah mansion. Hanya sebersit berkas cahaya matahari yang menyelinap dari gordent yang belum terbuka, sengaja agar orang berada di sana tetap nyaman dalam tidurnya.

Pusing yang mendera membuat Elly terpaksa bangun dari mimpinya. Dia mengerjap matanya, berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dan dia ingat. Tapi dia memilih untuk melupakan itu semua.

"Selamat pagi."

Mata Elly menangkap William yang berdiri di ambang pintu dengan nampan di tangannya. Di nampan itu berisi sarapan roti dan selai kacang kesukaannya. Jangan lupakan aroma teh hijau yang sudah membangkitkan rasa laparnya.

Tapi dia kesal melihat William sengaja menunjukkan apa yang terjadi tadi malam.

Senyum William tidak pudar seiring langkah mendekati Elly. Malah sebaliknya, dia tersenyum lebar mengalahi matahari.

Stupid Alpha's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang