13.Black Rose

10.8K 624 12
                                    

"Itu namanya mawar."

Seorang gadis tersenyum lembut. Ia berjongkok, membelai dengan penuh kasih sayang orang di depannya.

"Benarkah?" Orang di depan gadis itu memicing curiga. Ia memetik bunga yang menurutnya aneh itu dengan hati-hati. Takut terkena duri yang melindungi bunga yang sering dilambangkan sebagai cinta.

Ia mengangkat bunga itu tinggi. "Lalu kenapa warnanya hitam?"

"Karena memang itu mawar hitam." Gadis itu menoel hidung adiknya dengan gemas. Adiknya itu memiliki rasa ingin tau yang besar.

Terkadang rasa penasaran adiknya itu sangat membahayakan.

"Bukan. Bukan itu maksud ku."  Gadis kecil itu merengut. "Kenapa warnanya hitam?"

"Mungkin bisa kau tanyakan pada Mr.Boas?" Gadis itu memberikan penawaran atas pertanyaannya. Ia meringis melihat adiknya hanya mengganguk. Hal inilah yang ia sebut  berbahaya. Adiknya itu akan menayakan apa saja yang membuat semua orang merasa payah.

"Tapi aku tau makna dari bunga itu." Gadis itu ingin memberikan sedikit hiburan pada adiknya yang kecewa tidak mendapatkan jawaban.  Si adik mendongak, menunggu jawaban.

Gadis itu membelai rambut adiknya dengan sayang.

"Perpisahan."

Kemudian suara ledakan terdengar.

Disertai tawa nyaring yang menakuti jiwa siapapun.

~~~~

Elly menatap sekeliling dengan datar. Gelas yang berisi teh hijau itu tergeletak anggun. Sebuah daun jatuh tidak jauh dari gelas itu.

"Apakah rumah hijaumu sudah selesai?" Elly mengabaikan daun yang sempat menganggu. Ia menyeruput dengan perlahan, menikmati rasa panas yang teh yang melewati kerongkongannya. Suara burung berkicau ikut menambah suasana nyaman di rumah hijau pribadi milik Swan, yang tentu saja dilengkapi berbagai teknologi tiap sisinya.

Swan tidak mendengar pertanyaan dari Elly. Ia terlalu fokus pada rumus didepannya. Sedikit lagi, maka karya selesai.

Elly menggeleng pelan melihat Swan yang terlalu fokus pada pekerjaan. Sedari tadi pertanyaannya hanya dianggap angin lalu oleh si jenius Swan. Jika Meysi berada di posisi Elly, maka tanpa pikir panjang wanita itu membanting laptop Swan.

Lalu mereka saling merceca. Opini Swan yang tidak suka di ganggu ketika sedang serius, dengan Swan yang tidak suka diabaikan. Siapapun di pastikan menjauh dari mereka jika pertengkaran di mulai.

Daripada terkena imbasnya.

Mata Elly tertuju pada sesuatu. Ia tertarik dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Apa disini dilengkapi dengan teknologi?"

Swan menaikkan alis, bingung. Pertanyaan Elly adalah hal yang paling bodoh menurutnya. "Tentu saja. Tiap sudutnya."

"Dari mana kau mendapat semua tanaman ini?"

"Tiap tanaman berbeda negara. Aku lupa spesifik tempatnya."

"Kalau itu?"

Swan membalikkan tubuhnya, mencari suara yang tiba-tiba muncul. Ia memutar bola mata jengah. "Kau tidak perlu bertanya."

Meysi mengerucut bibir. Dengan hentakan kaki kesal ia memasuki ruang hijau Swan. Ia meletakkan dengan kasar tas hitamnya, kemudian mendaratkan bokong alaminya di kursi yang tersisa. Meja berbentuk bulat yang terletak di tengah itu sudah di kelilingi tiga wanita berbahaya. Kecuali satu orang, karena wanita tersebut berhasil di 'jinak'an oleh seorang pangeran.

Stupid Alpha's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang