25.Diri Mereka Sendiri

5.3K 287 17
                                    

Yang nunggu cerita ini tekan vote! Kali-kali aja ada ya kan :3

Betewe ada saran lagu yang bagus? Hehe.

(Belum di edit, hati-hati dengan kalimat membinggungkan. Bisa tanya di kolom komentar 😊 )

Sorry for typo(s) and happy reading! ^^

Edit : ada sedikit perubahan diakibatkan bahasa pipin yang terlalu kuno di beberapa bagian. Mungkin readers yang lain bisa bantu koreksi :) thanks a lot

~~~

"Pada suatu hari, seorang wanita biasa berjalan tersedu dibawah hujan deras. Kedua tangannya sibuk, satu untuk menyeret koper, satunya lagi untuk menggandeng tangan anaknya yang hanya diam. Badannya bergetar, antara merasa kedinginan dan isakan tangis yang terus keluar dari mulutnya. Beruntung saat itu hujan, tidak ada yang menyadari air matanya. Jam yang juga menunjukkan waktu tengah hari membuat keadaan jalan itu lenggang, hanya beberapa kendaraan yang lewat dan tidak ada satupun yang berniat berhenti untuk sekedar memberikan tumpangan."

Gadis itu menatap jeri kearah pelayannya yang berdiri tidak jauh dari sana. Dia menggeleng, tidak mau melanjutkan dongeng yang dituliskan wanita tua itu. Itu jelas bukan jenis dongeng yang pantas untuk adiknya. Tapi wanita tua itu menatapnya penuh keyakinan, membuat dia dengan berat hati melanjutkan ceritanya.

"Dan seperti pangeran, seorang pria datang dengan mobil mewahnya, bukan dengan kuda putih. Seperti gambaran pangeran lainnya, pria itu tampan. Tapi wanita itu tidak senang dengan kehadiran si pangeran. Dengan wajah takut dia mempercepat langkahnya, merapal doa dan mengeratkan gandengan tangan anaknya. Seakan sadar, si pangeran memerintahkan pengawalnya untuk mengejar wanita itu. Mengetahui hal itu, wanita tersebut melempar asal kopernya, kemudian menggendong anaknya dan lari secepat yang dia bisa.."

"...wanita itu kalah cepat. Dia berhasil ditangkap oleh pria-pria berbadan besar utusan si pangeran. Anaknya menangis, tanda dia takut. Sang pangeran datang. Dia tersenyum dan mengajak gadis kecil itu pergi. Tapi dia menolak, dia tidak mau meninggalkan ibunya yang sedang menjerit histeris kearahnya sembari menggeleng kuat. Ibunya terus melontarkan caci maki kepada pria asing itu. Dia kasihan dengan keadaan ibunya yang mulai lelah, mengingat mereka tidak makan apapun tadi. Dan lagi, seakan mengerti si pangeran itu berkata bahwa dia dan ibunya akan ikut bersama mereka, mereka akan makan enak, dan tinggal di tempat nyaman. Namun mereka tidak berada di kendaraan yang sama."

Gadis itu sudah berniat menutup buku merah muda miliknya sebelum tangan mungil menahannya. Dia menatap adiknya heran, sedangkan kedua bola mata itu menggerjap gemas. "Lanjutkan kak."

Demi Tuhan, adiknya itu baru berusia duabelas tahun. Tapi gadis kecil itu hanya diam, menarik selimutnya, dan mendengar dengan baik cerita kakaknya hari ini.

Kakaknya bilang, dongeng mereka tiap saat akan berbeda. Memang. Jika dulu dia selalu mendengar akhir bahagia di setiap cerita, kali ini hanya kesedihan yang ada di tiap akhirnya, kadang menggantung tidak jelas. Dan dia tidak masalah dengan itu.

Sedangkan gadis itu menghela nafas lelah. Dia kembali melirik ke arah pelayan pribadinya, tapi wanita tua itu hanya tersenyum menenangkan. Dia memang perlu ditenangkan dari rasa khawatirnya akan adiknya yang menjadi lebih banyak diam. Tidak ada lagi pertanyaan atau celutukan tentang hal-hal yang dibacakannya.

"Pangeran itu berbohong. Di rumah besarnya ada seorang ratu cantik yang sedang berdiri angkuh di anak tangga paling bawah. Tatapannya angkuh, yang sedetik kemudian berubah menjadi mengerikan melihat seorang gadis kecil sedang mencari kehangatan di bahu pangeran itu. Dia berkata bahwa dia tidak suka berbagi. Tapi pangeran itu mengacuhkan sang ratu, dia terus berjalan tanpa memperdulikan teriakan nyaring memanggil namanya. Gadis kecil itu bertanya kapan dia akan bertemu dengan ibunya, namun pangeran itu hanya tersenyum dan mengelus sayang keningnya. Pria itu mengecup kening gadis itu sebelum pergi dari sana meninggalkan si gadis kecil itu dengan tanda tanya besar dikepalanya."

Stupid Alpha's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang