JIHAN
classmeeting : last day
"Yang itu angkat, Yo."
"Pasang lagi disini."
"Itu-itu bawa kesini."Aku menarik napas jenuh. Duduk di antara orang-orang yang sibuk menghias tiap sudut tenda kecil ini. Masih jam 5 pagi dan aku enggan membantu mereka-sebenarnya.
"Jihan,"
Aku menoleh pada Yusuf.
"Jangan duduk aja kalo gak mau disemprot Argi" pesannya, aku hanya berdehem menanggapinya.
"Lo sakit?" dia mendekat.
Aku menggeleng pelan, "nggak,"
Hubunganku dengannya belum membaik dan aku tau dia berusaha untuk memperbaiki itu semua. Aku bisa melihat penyesalan di tiap hal yang dia lakukan padaku.
Penyesalan? Tampak terlalu percaya diri.
Aku menghindar. Bukan karena aku sudah sangat membencinya, justru aku takut gagal membencinya.
Jantungku seperti berhenti berdetak saat sebuah tangan menempel tepat di dahiku. Dia menatapku dengan wajah menilai.
"Ehem."
Yusuf menjauhkan tangannya dari kepalaku, membuatku ikut tersadar.
Argi berdiri dengan tatapan tajamnya yang tertuju pada kami.
mampus, deh.
"Masih banyak yang harus dibantu, Yusuf."
"Iya kang, kalem. Abis nyari kain" balasnya cengengesan sambil menunjukkan kain yang memang sudah dia pegang sejak tadi.
Yusuf pergi dan replika si Bryan o'Connor ini-hoekkss pemirsahh- masih menatapku seakan bilang 'jangan macem-macem'
Aku bergidik ngeri menyadarinya.
"Kamu sakit?" tanyanya sedingin cuaca pagi ini.
Aku menggeleng.
"Terus?"
"Ngantuk, laper belum sarapan." jawabku jujur.
Kemudian terdengar suara seseorang tertawa. Aku yang sejak tadi memang enggan menatapnya kini melihatnya tertawa seperti sangat bahagia. Matanya seperti hilang dimakan senyumnya sendiri. Gantengggg!!
Aduh kok jadi jedag-jedug gini liatnya..
"nih,"
Argi menyerahkan sebungkus roti yang sejak tadi dia sembunyikan di belakang tubuhnya.
Aku menerima roti itu dengan perasaan tidak percaya. Berlebihan mungkin, tapi Argi masih berdiri di sana dengan senyumnya yang ternyata-aduh bikin diabetes!
"Jangan malah ngelamun! cepet makan terus ikut siapin semuanya, bentar lagi acara mulai," semburnya.
jegger!
Hilang sudah rasa jedag-jedug misterius di dadaku. Dia kembali menatapku datar juga nada perintahnya yang menyebalkan itu.
"Dasar dispenser!" gerutuku ssangat pelan.
"Apa?"
ups! emang dasar kuping gajah!
"Gak," jawabku singkat lalu pergi sambil mulai memakan roti tadi.
****
"Pulang sama siapa, Han?" tanyanya saat matanya melihatku berdiri di depan pos satpam.
"Sama Fiya," bohong.
Dia mengangguk, "yaudah gue duluan, ya."
Loh kok dia percaya sih?! Harusnya kan dia penasaran kalau Fiya mana mungkin masih di sekolah jam segini.
Aku menarik kesal rambutku sendiri. Gimana bisa move on kalau gini terus?
Dengan mengehentak, aku berjalan keluar sekolah dan mulai mencari kendaraan umum karena sudah hampir maghrib.
Bodoh gak sih kalau aku baru sadar alasanku berdiri di depan pos satpam sejak tadi hanya untuk melihat Yusuf melintas dari parkiran dengan motornya.
Kesal, kesal, kesal. Terlebih saat aku melihat Argi berboncengan dengan cewek yang entah siapa.
Bukan cemburu!
Aku kesal karena dia yang jelas-jelas menatapku malah membuang muka saat aku hendak menyapanya.
arrgh!
note:
alhamdulillah bisa updet :v
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS in LOVE
Teen Fiction"Kita tetap pakai prinsip no-relationship di OSIS." -Argi, Ketua OSIS. "Nggak kok, gue gak suka sama Argi." Jihan, anggota BPHOSIS. Keduanya masih tersangkut pada bayangan masa lalu. Dan ketika keduanya sadar, mereka terjebak dalam perasaan yang sam...