xv. curhat

3.2K 182 3
                                    

JIHAN

Fiya menahan tawa saat lagi-lagi tak sengaja aku menggerutu dengan kata kasar.

"Lo dengerin gua 'kan, Fiy?" lirikku sinis.

"Iya, duh, udah deh-ahahaha-tuhkan-" ucapannya terpotong-potong karena sudah tak dapat lagi menahan tawa.

Dasar dugong!

"Udah deh, Jihan, lo tuh jangan mikirin kemungkinan buruknya doang." lanjutnya.

"Sikapnya tuh udah jelas nunjukkin seberapa benci dia sama gue, Fiyyyy!" balasku greget.

Sebenarnya sejak tadi aku curhat tentang sesuatu yang sedih, tapi kenapa sahabat dugong-ku ini malah tertawa. Sialan.

"Lo gak bisa ambil kesimpulan gitu aja, yang namanya kesimpulan itu ya harus dari banyak pihak. Toh, emang dia gitu 'kan ke semua orang? Lagian lo mau harap-harap apa lagi?"

Aku menghela napas, "gue gak harap bisa jadi pacarny-aaah, iya, gue berharap kayak gitu. Tapi itu cuma candaan otak gue, gue gak yakin beneran suka dia, Fiy. Gue cuma harap dia bisa bersikap wajar sama gue, gak kayak es batu gitu!"

"Eh, bego." Fiya menatapku kesal.

"Jangankan dia, orang lain juga males bae-bae ke elo kalau sikap lo juga gak bisa dijaga. Ceroboh, ceplas-ceplos. Gue tau lo ini bukannya songong, lo cuma gak bisa kontrol tuh mulut bau ayam,"

Aku otomatis memegang mulutku sambil melotot, tak percaya Fiya akan sejujur itu.

"Dia itu ketua OSIS, Jihannnn. Astaga, lo mikir apa sih." lanjutnya dengan wajah kesal setengah mampus.

Kok jadi dia yang masang wajah begitu sih?

"Kok lo ja-"

"Diem. Gue belom selesai," potongnya menahanku yang hendak protes pada argumennya.

"Feeling gua sih dia juga ada rasa sama lo, tapi mending udah deh lo gak usah terlalu berharap."

Salah satu alisku naik, memasang ekspresi tanya.

"Apa? Emang apa yang lo harapin? Pacaran sama ketos dengan lo yang berstatus BPH ini?"

Perkataannya kali ini seribu persen benar. Apa yang bisa aku harapkan?

Ah, kayaknya aku mulai gila. Lagian buat apa juga aku mikirin masalah peraturan no relationship itu. Siapa juga yang mau pacaran sama anak OSIS, apalagi sama si dispenser-nya. Hih, merinding. Otakku ada gangguan arus pendek kayaknya.

"Udah, udah. Siapa juga yang harap begitu. Nyebut deh, gak minat, nggaaaak." kayaku tiba-tiba histeris setelah sadar topik pembicaraan mulai melenceng ke sana.

"Lah, mabok es cendol kayaknya nih anak." Fiya menatapku heran sambil memeluk tasnya erat seakan takut padaku.

"Lo mabok gerobaknya! Gue 'kan cuma curhat minta solusi supaya gue bisa berteman baik sama Kang Argi, bukan mau jadi pacarnya," sungutku tak terima karena terpancing pembicaraan ngawur Fiya.

"Ya gak sama si Argi, sama Yusuf gimana? Tapi gue yakin sih, si Yusuf bakalan ngalah terus dia deh yang keluar dari OSIS demi bisa balikan sama lo dan akhirnya backstreet."

Aku melongo mendengar argumennya.

"Lo jangan gitu dong, hubungan gue sama Ucup udah membaik nih."

"Lah ya emang, itu tandanya dia kode mau balik lagi sama lo,"

"Ih, bego banget sih lo." aku menatapnya gemas, "dia gitu emang karena omongan si Argi yang bilang gak boleh ada konflik antara pengurus OSIS. Kalau nanti dia malah salah paham terus tersinggung, dia bakalan benci lagi sama gue. Makin banyak deh yang benci gue."

"Lebay, kampret." dia menoyor kepalaku.

Kagak nyantai banget, buset.

"Lo gak tahu sih Fiy rasanya dibenci sama orang yang lo sayang," kataku lirih.

"Uuuuh, jadi ceritanya masih sayang sama Ucup?" ledeknya.

"Nggak," jawabku cepat.

Itu jawaban jujur, atau mungkin juga tidak. Ah, entahlah. Tapi saat berbicara tadi yang terlintas dalam otak malah si Argi. Hadoh.

"Ah, masa?"

"Udah dong, gue nangis nih kalau lo terus bahas mantan," jawabku berpura-pura sedih.

"Idih, jijay!" serunya lagi-lagi menoyor kepalaku. Astaga

Note:
Whehhehehe cepet kan y kannnnn manteplah, tapi rada gaje gmn gt y hm ndakpa-pa. Makasih loh yang udah sempetin klik bintang buat ngevote, jutaan cinta buat kamu dari argi :*

OSIS in LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang