vi. kamu yang pertama

4.2K 182 1
                                    

ARGI

Aku masih menatap kesal cewek yang berada tepat di hadapanku sekarang. Dia balik menatapku masih dengan tatapan menantangnya. Wajahnya dia angkat karena perbedaan tinggi badan yang sangat jelas diantara kami.

"Di sini saya ketosnya, lho," geramku.

"Kang Argi sengaja 'kan?" tanyanya.

"Nama saya Arrr-gi, bukan Algi" kataku meledek dengan tatapan serius.

Dia menghela napas pasrah, duduk kembali di kursinya dan nampak semakin gusar, "whatever."

"Terima aja tugas jadi MC-nya, nambah pengalaman itu baik"

"Bacot," gerutunya pelan namun masih bisa kudengar.

"Hah? Apa? Saya masih bisa denger, lho"

"Itu banyak bekicot, ngeselin," alihnya.

"Apasih garing," balasku datar.

Dia diam menatap kedua kakinya sendiri.

"Kamu bakalan saya pantau karena sikap kamu tadi,"

Dia mendongak, "pantau? Maksudnya? Sikap yang mana?"

"Kamu pikir sikap nantang dan bentak pemimpin sendiri kayak tadi itu baik?" tanyaku tegas.

Dia melotot, "ya salah sendiri ngeselin"

Jujur aja, aku sangat tersinggung karena sikapnya sejak tadi. Baru kali ini aku dibentak oleh orang yang jelas lebih muda dariku--walaupun aku yakin paling tidak kita hanya berbeda satu tahun. Tapi tetap saja, di mata orang lain status kita beda tingkatan. Terlebih aku pemimpinnya dalam organisasi.

Dia sangat tidak terima karena aku menempatkannya sebagai MC di acara classmeet senin depan--terlebih tanpa konfirmasi dengannya dulu. Mungkin karena dia itu cadel, mangkanya dia sangat marah saat ditugaskan menjadi pembicara utama yang mengharuskannya bicara di depan mic dan didengar seantero sekolah.

"Ayolah, kang. Saya mau deh jadi seksi peralatan atau apa aja asal jangan nge-MC," mohonnya dengan sangat memelas.

"Gak bisa, Jihan. Proposalnya udah saya kirim senin kemarin dan gak mungkin diubah lagi."

"Ya gakpapa di proposal saya jadi MC, tapi nanti pas hari H saya pindah posisi, yaaaa?"

"Kamu kan gak sendirian di MC, ada Yusuf sama Geo,"

"Ya karena itu masalahnya!" dia berdecak kesal.

"Kenapa? Kamu suka ya sama Yusuf?" tanyaku.

Dia menoleh dan menatapku sebal, "nggaklah!"

"Inget ya, gak ada yang boleh pacaran sesama pengurus osis"

"Blablablabla bawel" lagi-lagi dia menggerutu.

"Wajar saya bawel, kamu tuh susah dibilangin. Kalo kamu diamanahin jadi MC ya harus dijalanin!"

Dia berdecak, lagi. "Iya iya!"

Setelah itu dia keluar dan pergi entah kemana.

Tanpa sadar aku menggeram kesal. Cewek itu benar-benar gak ada takutnya sama sekali.

"Ehem."

Judan tiba-tiba muncul dari ruang sebelah yang hanya dipisah oleh sebuah dinding.

"Ngapain lo di sini?" tanyaku kaget.

"Abis nguping yang tadi berantem," jawabnya sambil cengengesan gak jelas.

"Si Jihan bener-bener parah,"

Judan masih tetap dengan senyumnya.

"Lo jangan bilang yang lain kalo cewek tadi berani bentak-bentak si ketua osis ini, ya" ancamku.

"Cie," balasnya pelan.

"Apa? Kok cie?"

"Nggak," jawabnya lalu pergi begitu saja, keluar sambil tertawa.

***
Hari pertama classmeeting...

"Untuk perlombaan selanjutnya, sebelas IPA 2 melawan sebelas IPA 1, sekali lagi--"

Aku menahan tawa mendengar suara blepotan dari Jihan yang terdengar sangat jelas ke seluruh bagian sekolah.

Aku melihatnya yang nampak kelelahan dari pinggir lapangan. Beberapa kali membasuh peluhnya dan mengipas wajahnya sendiri dengan kertas yang ada di tangannya.

"Wid, Widya!"

Orang yang aku teriaki menoleh dan menghampiriku. "Apa?" tanyanya.

"Cari temen sana, terus gantiin Jihan sama Yusuf dulu sebentar"

"Jadi MC?" tanyanya lagi.

"Ya iya," jawabku kesal.

Tidak lama setelah Widya pergi, Jihan dan Yusuf mendatangi salah satu stand minuman yang berada tak jauh dariku.

Aku berjalan menghampiri mereka, "lima menit, ok?"

Keduanya menatapku datar.

"Diskon kek," Jihan bergumam pelan--tidak benar-benar pelan tentunya.

"Udah untung dikasih break, gak bersyukur banget."

Jihan menatap tajam Yusuf, "gue gak ngomong sama lo,"

Aku menarik napas gerah. Ada sesuatu yang gak beres diantara mereka.

OSIS in LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang