JIHAN
Argi tersenyum dengan deretan gigi rapihnya membuatku mau-tak mau ikut tersenyum membalasnya. Segaris tipis senyum yang mungkin tidak bisa memberi tahu jeritan dari dalam dadaku.
Sialan! Jangan pulang with that btch again, please.
Tapi sepertinya Argi tidak juga peka karena motornya tetap melaju dengan seorang cewek cantik dan imut di belakangnya. Oh, great. Ini sudah hari keberapa mereka selalu pulang bersama ya? Ah, atau minggu keberapa?
"Ayo, Neng."
Aku mendongak dan mendapati pangeran bermotor bebekku sudah datang menjemput. Aku tersenyum masam dan ikut pulang dengannya. Jangan salah sangka, aku tidak seberuntung Argi yang membonceng cewek cantik kok. Ini cuma Mang Ujang, tukang ojek yang setiap hari dijadwalkan orangtuaku untuk menjemput.
"Mang Ujang udah makan siang?" Tanyaku.
"Belum, Neng. Mau traktir ya?"
"Nggak, cuma nanya aja. Ayo ngebut, aku mau makan di rumah." Jawabku terkekeh geli melihat ekspresi kesalnya dari spion motor.
From : AR-GILA
Kamu udah di rumah?Aku melempar ponselku ke sembarang arah, tidak berminat lagi membalas semua pesannya. Aku cemburu dan sakit hati, biar kuakui saja. Aku tidak akan peduli lagi dengan siapa dia pulang, dengan siapa dia makan siang, atau dengan siapa dia telepon saat malam hari. Aku benci Argi dan aku benci keadaan seperti ini.
Kalau dia kira aku akan mengerti lagi, dia salah. Aku tidak akan terima alasan apapun itu dari bibir seksinya nanti. Ugh. Mungkin aku harus move on dan pacaran dengan Gema si kakak kelas keren yang belakangan ini gencar mendekatiku lalu melihat bagaimana reaksi si ketos batu itu.
Aku memang tidak bilang pada Argi kalau aku cemburu dan sakit hati. Hell yeah, tidak akan kulakukan. Dia seharusnya peka dan tahu diri jika ingat dengan semua ucapannya tentang 'berjuang tutupi perasaan'.
Ah, that's bullhshit.
Siapa cewek cantik itu pun aku tidak tahu. Mungkin teman sekelasnya? Atau seangkatan denganku? Gengsiku terlalu tinggi untuk sekedar bertanya pada orang lain yang mungkin kenal. Apa lagi kalau nanti aku dikira cemburu.
Lagian lo itu siapanya Argi sih, Han?
Oh, thanks for remind me, brain. Aku ini bukan siapa-siapa kecuali orang yang diminta secara spesial untuk berjuang menutupi dan mempertahankan perasaannya. Ya ampun, siapa juga yang terlalu bodoh mau menuruti permintaan egois itu? Aku.
.
"Lo kenapa sama Kang Argi?" Tanya Fiya sesaat setelah pantatnya mendarat mulus di kursi sebelahku.
"Apanya yang kenapa?" Tanyaku balik.
"Semalam Kang Argi nanya gue kenapa nomor lo gak aktif, dia teleponin lo terus semalaman." Jawabnya.
Aku memasang wajah tidak peduli dan kembali membaca novel yang baru kemarin aku beli. Ah tidak fokus karena aku tidak membawa ponselku dan memang benda itu sengaja aku matikan dari semalam karena tidak suka diganggu saat sedang galau.
"Kenapa sih? Cerita dong."
"Nggakpa-pa. Handphone gue rusak."
Aku tidak mau cerita pada Fiya. Hebatnya aku kuat, biasanya aku tidak tahan untuk cerita apapun pada Fiya. Mulutku ini kan agak ember. Tapi sepertinya aku terlalu galau sekarang sampai malas cerita pada siapapun.
"Pasti karena Kang Argi suka gonceng cewek ya?"
Aku melotot pada Fiya. "Nggak."
"Cih, ketahuan kali kalau lo cemburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
OSIS in LOVE
Teen Fiction"Kita tetap pakai prinsip no-relationship di OSIS." -Argi, Ketua OSIS. "Nggak kok, gue gak suka sama Argi." Jihan, anggota BPHOSIS. Keduanya masih tersangkut pada bayangan masa lalu. Dan ketika keduanya sadar, mereka terjebak dalam perasaan yang sam...