xxxi. si Gema Gema itu

2.3K 128 34
                                    

Vote and comment pls :3 happy reading!

JIHAN

Kak Gema is calling...

Ah, ini sudah panggilannya yang keberapa kali? Haruskah aku jawab? Kok aku jadi merasa cantik dan populer ya sampai si Gema Gema ini telepon terus.

"Yeoboseo."

"Apa?" Balas sebuah suara macho. Lama-lama aku bisa fangirl juga cuma karena suaranya.

Aku tertawa sendiri setelah sadar apa yang baru aku katakan. Kebanyakan nontonin Kyung Soo di drama. Ha-ha.

Setelah cukup lama saling basa-basi, Gema menjelaskan tujuannya menelpon untuk mengajakku ikut dengannya saat berangkat sekolah besok. Aku cukup lama menimbang ajakannya ini. Takut kalau Argi salah sangka nanti.

Tapi akhirnya aku setuju setelah sadar kalau memikirkan pendapat Argi adalah kelakuan paling bodoh di dunia. Argi mana mau peduli, mungkin nanti dia bakalan berpikir kalau hal itu adalah hal biasa karena dia juga begitu sama perempuan lain. Ugh.

Setelah mendengar kalimat-kalimat manisnya waktu itu, yang mana membuatku gagal mengungkapkan rasa sakit hatiku itu, sepertinya aku bisa menyimpulkan bahwa Argi benar-benar orang paling bikin greget sedunia. Aku sampai bingung dapat karma dari siapa sampai terlibat dengan orang seperti dia.

Kenapa juga aku yang sudah siap jujur dengan perasaanku malah jadi kaku hanya karena kalimat aku mau sama kamu-nya itu. Damn it.

.

"Kamu udah sarapan kan?"

Aku mengangguk sebelum mengenakan helm yang Gema sediakan. Rajin sekali, aku saja jarang pakai helm kalau dengan Mang Ujang atau Argi.

"Kenapa?" Tanyaku.

Dia mengangkat kedua bahunya. "Soalnya kalau belum aku gak ada uang buat traktir kamu sarapan."

"Haih." Balasku lalu tertawa. Dia juga.

Beruntung karena sepertinya kami berangkat terlalu pagi karena isi parkiran masih sepi. Semoga Argi belum datang. Aku mencubit pahaku sendiri seperti orang bodoh saja setelah sadar jadi peduli dengan ketos annoying itu lagi.

Aku turun dari motor diikuti oleh Gema yang terus bergumam menyanyikan salah satu lagu Coldplay dengan sangat cerah.

"Makasih ya, Kak. Jangan sering-sering." Kataku melepas helm dan menaruhnya di atas motor.

Dia terkekeh. "Emangnya kamu gak suka?"

"Nggak. Nanti jadi bahan gosip." Jawabku cuek.

"Gosip apa?"

"Ih masa gak tahu. Orang kan mulutnya suka usil, dekat dikit disangka punya hubungan lebih."

"Kalau gosipnya gitu kenapa gak dijadiin kenyataan aja?"

"Hah?" Tanyaku bodoh.

"Kamu gak mau punya hubungan sama Kakak?"

Wah, kode ini sih. Aku tersenyum kikuk tidak menjawab pertanyaannya. Katanya orang ganteng pamali dikecewain.

"Oh iya. Kenapa gak bilang kalau kamu mau lunch sama Kakak?"

"Hah?" Lagi aku menatapnya bodoh.

Dia yang sekarang berjalan di sebelahku malah tersenyum. Terlalu manis untuk sarapan pagi ini.

"Katanya kamu mau lunch sama Kakak, kenapa gak bilang aja?" Ulangnya dengan lebih jelas.

Aku menepuk dahi merasa kacau. Sepertinya aku tahu siapa yang membuat Gema tahu soal ini. Dasar perempuan ember, padahal aku kenal dengan dia saja tidak.

"Kenapa jidatnya?" Tanyanya tiba-tiba menyentuh dan mengusap dahiku lembut. Haih.

"Nggak apa-apa hehe." Kataku buru-buru menyingkirkan tangannya yang menempel tidak nyaman di dahiku.

"Kita lunch hari ini gimana?"

"Hah?" Oke sepertinya aku dapat hattrick karena sudah berhasil berwajah tolol tiga kali.

"Jihan harus ikut rapat hari ini."

Aku menoleh pada Argi yang tiba-tiba muncul seperti Jetzu putih dari serial anime Naruto sambil berkata dengan dinginnya.

"Emang iya?" Tanyaku heran karena setahuku tidak ada jadwal kumpulan kali ini.

Bukannya menjawab, Argi malah pergi begitu saja. Aku sampai saling tatap dengan Gema karena bingung dengan sikapnya.

"Dia ketos kan? Kenapa dia?" Tanya Gema.

Aku mengangkat kedua bahu. "Belum sarapan kali."

Ada sedikit rasa senang saat sadar Argi terlihat marah tadi. Hanya sedikit. Selebihnya aku tahu bahwa yang selanjutnya terjadi pasti akan semakin kacau.

.

"Terus lo mau?" Tanya Fiya mengenai jawabanku pada ajakan Gema untuk makan siang bersama.

"Belum dijawab. Dia juga gak nanya lagi."

"Jangan mau ih. Udah sama Kang Argi aja."

Aku menatapnya kesal. "Sama Kang Argi aja? Kayak yang bisa aja gue sama dia."

"Aamiinin ya?" Ancamnya menahan senyum.

"Gue kan gak doa apa-apa!"

"Tapi kelihatan pasrah sekali, kasihaaaaaan."

Aku merasa semakin layu mendengar ejekan Fiya. "Emang harusnya pasrah aja kali ya? Gue gak tahu kalau HTS-an rasanya sakit gini."

"Oh... jadi sekarang HTS-an?" Tanyanya tersenyum joker.

Pletak. Tahulah itu suara apa.

"Damn it!"

From : Kak Gema
How about lunch?

"Dia nanyaaaaa!" Pekikku histeris. Fiya diam tidak menjawab, masih meringis mengusap dahinya yang aku sentil.

"Jawab nggak nih?" Tanyaku menatap Fiya.

"Bodo amat!" Jawabnya. Aku tertawa puas.

To : Kak Gema
Nggak deh kak.

From : Kak Gema
Beneran rapat ya?

To : Kak Gema
iya.

Padahal aku masih tidak tahu hari ini benar ada rapat atau tidak.

To : AR-GILA
Beneran ada rapat?

From : AR-GILA
Ya

To : AR-GILA
Rapat apa sih

From : AR-GILA
Rapat antara kita berdua

Waduh. Siaga satu. Siaga satu.

OSIS in LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang