xii. esemes

3.1K 167 1
                                    

ARGI

"Ini gimana proposalnya?" tanya Judan untuk yang kesekian kalinya.

"Bawel, yaudah taruh disitu aja nanti gue cek." jawabku kesal.

"Sensitif aja sih lo kayak emak gue,"

Aku diam tidak menanggapi ejekannya dan hanya menarik napas kasar.

"Pinjem hp woy, mau war,"

"Gak usah macem-macem kalo gak bisa, ancur punya gue nanti"

Aku melempar ponselku ke atas kasur tempat Judan berbaring.

"Lo famous ya ternyata,ck" katanya tidak berhenti bermain dengan ponselku.

"Gak usah kepo!" gertakku berusaha merebut ponsel yang baru tadi kuberi dari genggamannya.

Judan tetap berhasil menghindar.

"Lo udah kontakkan sama Jihan? Anjir.."

Hah? Belum.

"Hah?"

"Nih ada sms dari dia, lo smsan sama dia? Anjir.." katanya sambil mengucapkan kata terakhir dengan nada dan ekspresi menyebalkan.

Aku merebut cepat ponselku.

From : Jihan BPHOsis
Kang proposal gmn? Udh dicek? Tadi sy titip sm kang Judan krn gak sempet ketemu akang.

"Mana proposalnya?" tanyaku sambil menadahkan tangan meminta pada Judan.

"Kok lo gak bilang kalo proposal Jihan yang bikin?" tanyaku lagi sambil mengecek tiap halaman pada proposal tadi.

"Bodo amat ya, Gi. Gue udah berbusa ngomongin masalah proposal dari tadi." jawabnya enggan.

Aku meringis, lalu tertawa pelan, "sorry."

To : Jihan BPHOsis
Udah saya cek, ada bbrp kesalahan tp gak masalah, gak terlalu berpengaruh. Makasih ya :)

"Anjir.."

Juda kembali dengan nada menyebalkan tadi. Dia mengintip isi pesan yang aku kirim sebagai balasan dari sms yang aku terima dari Jihan.

Ting!

From : Jihan BPHOsis
Ok

Singkat banget.

"Lo belum jawab pertanyaan gue,"

"Apa?"

Aku sudah benar-benar jengkel dengan orang ini. Kenapa juga dia betah berada di rumahku!?

"Lo kontakkan sama Jihan?"

"Gak,"

"Bohong."

"Nggak, baru tadi Jihan sms gue, dan itu pertama kalinya." jawabku berusaha sabar.

Dia mengangguk-angguk paham, "Tapi keren ya, langsung dibales. Coba kalo gua atau yang lain, harus nunggu sejam dulu."

"Tadi kebetulan lagi cek hp 'kan? Lagian isinya penting,"

"Sms bph osis lain yang lebih penting bahkan gak lo read, hmmm"

"Bacot anjir, kepo lu ah udah sana balikkkkk"

***

Aku sedang fokus mendengarkan cerita konyol Umar tentang ular peliharaannya ketika Dea datang sambil tersenyum ramah dan memberi salam pada semua orang yang ada disana.

"Baru pulang, teh?" tanyaku basa-basi.

"Iya, abis praktek. Mau ada rapat ya?" tanyanya.

Yang lain mengangguk.

Kegiatan mengobrol ringan sebelum rapat didepan RO memang sudah menjadi kebiasaan, sepertinya. Tapi ini kali pertamaku ikut gabung dengan mereka setelah menjabat sebagai ketos.

"Kalian udah pada makan siang?" tanya Dea pada kami semua, tapi tatapannya padaku.

"Kalo yang mau ditanya kang Argi mah kita jangan dijadiin umpan atuh, teh." celetuk salah satu dari mereka.

Aku memberi tatapan tajam namun tak urung ikut tersenyum tipis saat yang lain tertawa, juga Dea yang malah tersipu malu.

Cantik, duh.

"Assalamualaikum!" Jihan muncul dengan senyum percaya dirinya.

Gak bohong, ini jantung deg-degan beneran.

"Waalaikumsalammmm"

"Tumben udah dateng?" sindirku.

Jihan kembali memasang tatapan sinis yang biasa dia berikan padaku.

"Dateng telat diomelin, dateng duluan disindir. Mirip emak gue banget," balasnya kemudian masuk kedalam RO.

Dua kali disebut mirip emak-emak. Omegat.

"Cablak banget si Jihan, parah parah" ujar Widia kemudian tertawa diikuti dengan yang lain kecuali aku dan Dea.

Tidak lama Jihan kembali keluar sambil membawa sebotol air mineral.

Dia menatapku sebelum ikut duduk bersama yang lain.

"Baju pramukanya gak sesuai aturan tuh kanh, mana ada seragam tangan panjang buat cowok?"

Apaan dia bilang?






Gak ada note, tq

OSIS in LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang