Jalan besar.

72 7 0
                                    

Aku menghitung setiap detik setelah dia berbisik tadi. Aku menghitung setiap detik detak jantungnya berdegup kencang mengalahkan suara radio. Aku menghitung setiap kilauan di matanya. Aku menghitung berapa banyak pintu di hatiku yang terbuka. Aku juga menghitung berapa kali dia tersenyum.

Aku mencoba sekuat tenaga untuk tidak memikirkannya terlalu banyak, tidak ada lagu rolling stones atau indie yang bisa mengalihkan pikiranku saat ini. Aku berusaha untuk memikirkan tentang sarapan. Ya, sarapan. Untuk hari ini, kami hanya akan sarapan di mobil. Aku bersyukur tidak ada yang bertanya tentang apakah malam tadi kita makan malam? Karena jujur aku akan sangat sakit hati entah kenapa--mungkin karena aku selalu merasa menjadi pemimpin mereka.

Rachel menjulurkan kotak sereal kepadaku, lalu aku mengambil beberapa genggam sereal. "Aku tidak tahu kenapa Corn Flakes terasa sangat lezat," ucapnya dengan mulut penuh. Aku menirukan caranya berbicara lalu dia tertawa. "Bisakah aku menyetir vannya?" tanya Rachel lagi.

"Hei bro! Jangan biarkan dia!" Stewart muncul dari sebelahku "kau lupa saat aku pertama kali mencobanya?"

"Rachel mungkin berbeda." Lalu aku menghentikan mobilnya, lalu keluar dari mobil.

Aku bertukar tempat dengan Rachel. Aku masuk ke van lagi lalu menutup pintunya. "Aku sangat tidak sabar," gumam Rachel.

Dengan cepat dia menginjak gas. Van melaju kencang dan angin masuk dengan hebatnya melalui jendela bagaikan badai. Perutku terasa geli dan hampir saja terjatuh. Jane terjatuh dari kursinya, aku berpegangan pada lengan kursi, dan aku bisa merasakan tubuh Stewart yang membentur kursiku. "Pelan!" Tertiak Stewart.

"Apa-apaan?" Jane terbangun. "Kau membiarkan Stewart menyetir lagi?"

"Tidak dasar bodoh!" Bentak Stewart. "Itu tadi Rachel!"

"Kalian diam!" Aku sekarang membentak. Aku tidak yakin apakah tadi aku memang membentak, tapi kurasa... memang membentak.

"Injak gas pelan-pelan," kataku.

Rachel mengangguk lalu melakukannya, dan percobaan kedua lebih mulus dan kelihatannya dia langsung bisa bahkan pada suruhan pertamaku.

**********

Jane tidak berhenti mengomel sejak kejadian tadi padaku. Stewart menggerutu tentangku, dan kurasa Rachel sangat meminta maaf. Dia sekarang mengemudikan vannya dengan tenang dan laju yang lumayan. Aku suka saat angin mengibarkan rambutnya dan senyum gembira karena mengemudikan van. Dia mendapatiku beberapa kali memperhatikannya, dan kurasa tiga kali kedapatan sudah cukup, jadi aku memutuskan untuk melakukan hal yang lain.

Aku mengambil buku harianku dari cengekraman Amy si kucing. Aku membuka halaman terakhir kali aku menulis. Itu 04 januari dan isinya hanya namanya Rachel. Aku memutuskan untuk menulis lebih banyak, tapi aku tahu tidak banyak yang kurasakan sekarang kecuali hal-hal tentang sekarat. Mungkin aku akan menulis sesuatu tengang Rachel. Seperti kehidupan menjadi air atau opininya tentang kehidupan bintang dengan manusia tidak berbeda jauh. Baiklah, sekarang semua yang ada di buku harianku terlihat puitis tapi kenapa memangnya?

*********

Bertualang seperti ini yang paling kusuka. Kemarin, tanggal 06 januari, kami semua mencuri buah dari sebuah supermarket. Kami berlari dan sayangnya Stewart terjatuh dan akhirnya dia harus membayar seharga dua buah semangka manis.
07 januari, kami memutuskan untuk membeli skateboard, lalu kami menggunakannya untuk berseluncur dari atas tanjakan yang seperti kami lakukan saat ke supermarket.
08 Januari, aku sebenarnya tidak mau membicarakan ini, tetapi Jane kehabisan tampon--kami mengutus Rachel untuk membelikannya.
09 Januari, kami membeli 2 bungkus besar marsmallow, kami menghabiskan satu bungkus besar saat malam. Keesokan paginya bungkus yang lain menghilang diambil tupai (Awalnya Stewart menuduh Jane karena mungkin menstrua--aku tidak mau mengatakannya. Anggap saja dengan M--M itu, membuatnya kelaparan hebat setiap malam)
10 Januari, perjalanan kami hanya tinggal seminggu menuju Virginia Beach.
Dan tanggal 11 Januari, akhirnya itu terjadi.

11 Januari, 2009.

Itu terjadi saat malam hari dan untunglah semuanya tertidur. Aku berusaha menaruh gumpalan kain besar di mulutku agar aku tidak bisa teriak. Rasa nyeri di dadaku bagaikan membakarku dan menyebar setiap detik. Aku berlari ke hutan dan akhirnya setelah kupikir cukup jauh, aku melepas kain sumpalan itu, lalu berteriak kesakitan. Aku mulai bisa merasakan rasa panas menyengat yang merayapi wajahku setiap detik aku mengerang. Rasa sakit mendorong air di mataku untuk keluar, membuatku semakin membenci diriku karena menangis.

Aku berlari semakin dalam dan berteriak sehebatnya. Gema memantulkan suaraku kembali--dan kuharap itu tidak mengundang serigala atau semacamnya. Kita akan melihat jalan besar, anakku. Aku berusaha tidak menangis kembali, tapi kini suara ibuku bermunculan di kepalaku.

Akan ada banyak rusa melintas di jalan besar. James kecil suka rusa kan?

Hentikan.

Rusa kecil tidak memiliki orangtua. Kumohon. Tapi mereka bahagia. Mereka bebas. Mereka hebat, jagoan, kuat. Mereka tidak menangis.

Kumohon hentikan. 

James juga begitu kan? James tidak menangis kan?

Aku bisa melihat wajahku ibuku tersenyum berlinang air mata.

Ibu minta maaf. Ibu minta maaf. Ibu minta maaf.

Maafkan ibu.

Aku berhenti berlari saat angin serasa bebas dari bawah sana--dari bawah jurang--aku akan melompat. Aku menutup mataku merentangkan tanganku. Angin berusaha menarikku ke dalam. Air mataku sekarang jatuh membasahi kaki telanjangku. Sakitnya berdenyut-denyut memintaku untuk melepaskan diri pada mereka. Aku berusaha melepaskan diri dan tubuhku sekarang bersatu dengan angin.

Dari belakang, seseorang menarikku.

A Ride to Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang