Senja mulai datang melingkupi langit biru yang tidak tahu dimana ujungnya--sebenarnya kita bisa mendapatkan ujungnya dan lebih sering dipanggil titik temu, tapi siapa yang peduli?
Sangat lama untuk menunggu rambutku yang basah untuk kering sepenuhnya. Aku bisa merasakan angin yang mulai berubah menjadi dingin, bahkan nafasku berembun. Kami berusaha tidak menyalakan api karena seseorang bisa melihatnya dalam jarak beberapa mil, dan pastinya tempat ini tidak bisa dikatakan sebagai tempat untuk berkemah yang legal.
Aku duduk bersebelahan dengan James sembari menatap langit yang mulai menguning kemerahan. Kami bercerita tentang semua kisah hidup kami. Dia mengatakan kalau dia juga sepertiku--yatim piatu--dia adalah satu-satunya anak yang selamat dari kecelakaan mobil saat berumur 7 tahun. Dia diambil oleh pamannya yang kaya. Pamannya menyekolahkannya lalu membiarkannya untuk masuk ke kuliah fotorgrafi, sejak saat itu dia sudah mulai sering meninggalkan rumah. Dan saat giliranku bercerita, aku memulainya dengan liburanku di Virginia bersama kedua orangtuaku. "Beberapa bulan setelah itu, ibuku dinyatakan dokter telah mengidap kanker ganas yang bersarang di paru-parunya. Ayahku menghilang beberapa bulan, lalu kami mendapat kiriman darinya tak lama kemudian yang berisi uang untuk kemoterpai ibuku, dan setelah beberapa tahun uang itu habis dan ibuku meninggal dan ayahku tidak pernah kembali. Paman dan bibiku membiayaiku untuk sekolah. Beberapa tahun kemudian polisi mengatakan kalau mereka menemukan mayat ayahku di sungai dengan luka tembak. Ayahku membuat kesepakatan dengan mafia, dan sebagai gantinya dia mendapatkan uang untuk kemoterapi ibuku. Sejak itu, aku selalu takut dengan kehidupan." Aku merasakan air mataku mulai mengaburkan pandanganku dan membuat semuanya seakan-akan tergenang di dalam air. Aku mendengar suaraku yang goyah. Aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak berkedip, karena apabila aku melakukannya air mataku bisa meluncur turun.
James terdiam. Dia berusaha memahamiku. Tak lama kemudian dia merangkulku. Nafasku keluar dan aku berusaha untuk menariknya dengan susah payah. Paru-paruku terasa penuh dan mungkin aku bisa merasakan penderitaan kanker ibuku. Dan air mata panas keluar dari mataku. Aku marah dan tidak tahu harus seperti apa. Aku menangis sebisanya dan tersedu-sedu di bahu James yang mungkin bisa menampung air mataku. Lalu dia memelukku dan mengatakan kepadaku kalau semua akan baik-baik saja.
**********
Matahari sudah sepenuhnya lenyap dari langit dan bulan mulai naik memendarkan cahaya birunya. James mengambil gitarnya dan menyanyikan beberapa lagu Rolling Stones yang sering ayahku putar di mobilnya. Stewart membaca bukunya dan Jane bermain dengan Amy--tadinya aku sangat yakin Jane membenci kucing itu. Kami alih-alih menggunakan pemanas daripada api unggun karena seperti yang kukatakan tadi, orang bisa melihat cahaya dan asapnya dari bermil-mil jauhnya dan tempat ini bukanlah tempat untuk berkemah yang legal. James mengatakan harus menunggu beberapa menit lagi, karena kemungkinan para pekemah masih di luar. Perjalanan kesana membutuhkan waktu satu jam jalan kaki dari tempat ini, jadi saat sampai disana ada kemungkinan semua pekemah sudah tertidur.
Aku memainkan alat pembuat tato milik James. Ujungnya lumayan tajam. Aku tidak bisa yakin bagaimana Amy tidak terbangun saat ditato, tapi aku sangat ingin melakukan ini. Aku terbengong memandanginya. Sedari tadi aku baru bertanya-tanya dimana James mendapatkan benda ini. Tapi mungkin aku tidak akan menanyakan apa dia bertato. Aku harus berhenti bertanya tentang hal-hal yang tidak wajar. Aku mungkin selalu menganggap segala hal yang jarang kutanyakan tidak wajar, tapi sudahlah. Lagipula orang akan sangat bosan mendengarkanku bertanya-tanya tentang hal-hal biasa.
*********
Totalnya 9 lagu berbeda dari Rolling Stones yang James nyanyikan,dan pada saat lagu terakhir, dia menaruh kembali gitarnya ke dalam mobil, lalu kami semua berdiri. Stewart menaruh bukunya dan Amy ke dalam mobil, dan aku sempat mendengar Stewart meminta Amy untuk tidak kemana-mana dan kucing itu tidak mengubrisnya. Kami akan pergi balas dendam. Aku akan pergi balas dendam tepatnya.
Kami berjalan lurus mengikuti petak jalannya. Cahaya biru bulan berpendar tanpa ditutupi awan sedikit pun, dan kami tetap memakai senter untuk menerangi jalan kami. Bau pinus dimana-mana. Suara burung hantu bisa terdengar dari segala pelosok hutan, dan kadang ada rusa atau tupai yang lewat melintasi kami dan mengejutkan kami. James sedikit demi sedikit kembali menyenandungkan lagu-lagu Rolling Stonesnya, dan lama kelamaan Stewart ikut bernyanyi.
"Hentikan itu T! Suaramu seperti Amy saat melihat tupai!" sindir Jane.
Lalu kami tertawa dan Stewart kelihatannya tidak merespon atau mengubrisnya dan tetap melanjutkan nanyiannya.
Setelah lebih dari setengah jam, kami melanjutkan perjalanannya dengan berlari. Jujur, aku tidak pernah merasa sebebas ini saat malam apalagi di tengah hutan yang tidak ada cahaya sedikit pun. Beberapa menit kami berlari, akhirnya kami bisa melihat cahaya perkemahan Brown Moose.
**********
Aku bisa melihat kilauan cahaya obor-obor yang terpantul di danaunya. Dan benar, perkemahannya sudah sepi. Yang harus kami hindari sekarang adalah penjaga malamnya. Beberapa orang mungkin sedang melakulan jurit malam atau bernyanyi dan bercerita seram di sekitar api unggun. Tapi satu hal yang harus kuingat adalah: Amy berada di kabin nomor 9 dari kiri.
Kami berjalan menuju bagian timur perkemahan dan kami sempat berputar-putar untuk mencari kabinnya. Dan setelah menit-menit konyol kami berputar, kami akhirnya menemukan kabinnya.
Tidak ada perang bantal, gosip, atau bercerita seram, semua yang berada di kabin Amy tertidur dengan pulas.
Kami harus berhati-hati sekali saat memasuki kabinnya. Seluruh lantainya berderit saat diinjak seakan-akan berpihak pada Amy. Kami akhirnya sampai pada ranjangnya Amy. Matanya tertutup penutup mata, dan mungkin kalau memang dia bangun, dia tidak akan langsung bisa melihat.James mencolok alat pembuat tatonya.
"Nah, silahkan," ujar James sembari menjulurkan alat penatonya padaku.
Aku tersenyum dengan semangat dan mengambilnya. Aku berusaha memikirkan kata-kata yang hendak kutuliskan di wajah Amy. Kata-kata itu harus mengejek. Kata-kata itu harus bisa membuatku puas dengan dendamku. Kata-kata itu harus bisa diingat Amy seumur hidupnya. Tanganku bergerak dan akhirnya menuliskan, "Aku memakan kotoran hidungku dan mencium Andrew di kelas Biologi. Dan aku pernah memakan isi perut katak"
Aku tertawa, lalu mencabut alat pembuat tatonya lalu berlari keluar kabin.
"HEI!" Seseorang berteriak. Aku berbalik dan melihat dua penjaga malam berlari ke arah kami.
Dengan cepat kami berlari ke hutan. Aku tertawa dengan keras mengiringi setiap irama jantungku yang berdegup penuh adrenalin yang selama ini selalu dilanda kesepian total selain ditemani dengan darah dan detaknya sendiri. Angin menerpa rambutku. Aku tidak bisa melihat Jane atau Stewart, melainkan James yang berlari mengiringiku.
Saat kami merasa sudah jauh di dalam hutan,kami berhenti dan mulai bernafas secara rakus. Tidak ada yang mengejar kami. James memegang pundakku, membalikkan badanku, lalu menciumku.
05 Januari, 2009.
Aku terbangun di tengah hutan. Tidak ada yang bisa kuingat selain bibirnya yang hangat. Tepat dari arah sinar matahari, James berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ride to Home (On Going)
RomanceRachel tidak menyangka tersesat di hutan membuatnya bertemu dengan seorang cowok tampan, dan menyeretnya ke dalam perjalanan panjang menuju Virginia Beach. Sebelumnya, hidup Rachel adalah sebuah bencana. Kini hidupnya adalah anugerah. Dia menemukan...