Bintang.

45 4 0
                                    

Kami berhenti beberapa meter setelah berjalan jauh dari kota. Tempat yang kami tempati saat ini berupa tanah lapang hijau dan ada beberapa yang tidak tertutupi oleh rumput.

Cahaya lampu kota bisa terlihat dari sini. Hanya tinggal menunggu besok hari kami akan turun menuju kota dan akhirnya bisa menginjakkan kaki di Virginia Beach.

Aku tidak menyangka bisa mendapatkan teman baru, terutama anak berumur 11 tahun seperti Elliot.

Bisa dibilang aku tidak terlalu terpaksa untuk menemani Elliot,karena dia tampak menyenangkan.

Dari kejauhan, aku bisa melihat Stewart mulai berbicara dengan Grisha dengan canggung,maksudku, Stewart tidak bisa mengontrol rasa gugupnya.

Elliot menyanyikan lagu yang kukenal dari acara anak di televisi tentang dinosaurus ungu, sementara langit mulai menguning menjadi senja.

Aku bisa merasakan semenjak aku dibawa ke dalam perjalanan ini, waktu terasa semakin cepat berlalu. Terutama kalau aku menghabiskan waktu dengan James.

Beberapa menit aku menghabiskan waktu berbicara dengan Eliot, sampai akhirnya James membawanya untuk bermain lempar tangkap bola di tanah lapang.

Jane meringkuk di dalam mobil, mungkin menyesali perkataannya tentang Grisha atau mungkin masih jengkel dengan James karena membawa orang baru. Kupikit Stewart lah yang akan meringkuk di dalam mobil.

Aku duduk memandangi jalanan dan cahaya lampu kota yang semakin terang seiring gelapnya hari. Angin berhembus dari arah matahari terbenam. Aku masih bisa mendengar burung-burung bernyanyi.

Saat-saat seperti ini bagus untuk dijadikan kiasan atau puisi. Jadi, bisa dikataka imajinasiku bergemuruh dengan kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang kurasakan saat ini.

Sudah lama aku mendambakan ini. Jalanan adalah hidupku. Angin adalah musikku. Burung-burung adalah temanku. Kupikir aku tidak bisa berada sejauh ini, tetapi ini sudah lebih dari ekspetasiku. Ekspetasiku. Ya Tuhan, kurasa aku berlebihan.

Tapi bisa dikatakan seperti itulah, burung-burung, dan angin dan jalanan. Hal-hal langka yang kupikir mustahil untuk bisa kudapatkan di hidupku. Dan yang palig mustahil adalah seorang pacar. Pacar tampan.

Bisa kupastikan Amy iri padaku, tapi aku tidak akan memamerkan James apapun alasannya. Karena semua orang tahu itu yang dilakukan seorang real bitch.

**********

Matahari sudah sepenuhnya tenggelam. Jane menyalakan lampu kuning elektrik di dalam mobil. Besar kemungkinan tempat ini akan sangat tenang dilihat dari kondisinya yang tidak dihuni.

Aku sering melihat berbagai macam dokumentasi tentang alam liar di televisi, seperti Hyena yang mengintai saat malam, ular dari dalam tanah, atau hewan apapun itu yang terlihat buas, tapi kupikir tidak akan ada yang mau mendengarkan ocehanku tentang ketakutan berlebihan.

Aku duduk di dekat James di atas sebuah batu besar yang memanjang. (Aku harus meyakinkan diriku sepenuhnya kalau tidak ada kelajengking hidup di sela-selanya sebelum duduk).

Bintang bersinat terang dan beberapa dari mereka mulai bergerak dengan cepat dan jatuh ke antah berantah di dunia.

Lampu-lampu kota hampir menyamai bintang-bintang itu, tapi kelihatannya cahaya bintang lebih mendominasi dibandingkan cahaya lampu kota di bumi yang bagaikan kelereng bagi bintang.

Angin malam berhembus sayu melewati kami berdua. Aku menaruh kepalaku di pundak James.

"Bintang-bintang sangat bebas malam ini," katanya.

"Mereka tampak cantik."

"Ya."

"Aku tidak bisa membayangkan kau bisa menikmati ini selama ini, sedangkan aku hanya meringkuk di rumahku."

"Aku tidak selalu bisa melihat bintang sejujurnya. Mereka kadang tertutupi awan mendung atau asap."

"Kalau begitu kau masih bisa menikmati alam dengan bebas."

"Kurang lebih begitu."

"Kau masih ingat apa yang kukatakan tentang hidup seperti bintang?"

"Oh jangan kata-kata bijak cewek lagi."

Aku tertawa. "Kurasa hidup bintang tidak seperti yang kupikirkan. Mereka terlihat bebas."

"Itu tidak sepuitis sebelumnya, tapi kurasa kau benar. Kau cantik seperti bintang."

"Kurasa aku ingat kau mengatakan kalau aku cantik seperti jurang berlubang."

"Sialan. Luapakan itu." Dia tertawa.

Kami menikmati bintang sepuas yang kami bisa sampai akhirnya James pergi untuk tidur meninggalkan aku disini sendirian untuk menikmati bintang yang bebas.

A Ride to Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang