Dari dekat, dia adalah perempuan biasa, dan sepertinya dia telah menghapus semua make-upnya kecuali maskaranya karena warna hitamnya telah meleleh di pipinya bersama air mata.
"Aku tidak tahu.." James memandangi sepatunya. "Aku sangat tidak ingin untuk terlibat dalam hal seperti ini."
"Kumohon. Si brengsek itu. Dia akan memukul Eliot." Maskaranya kembali meleleh.
Aku saling tatap dengan James. "Kumohon." Kali ini Eliot yang bicara.
"Ikut aku!" Lalu James berlari menuju tempat kami meninggalkan van.
Itulah James. Belum terlalu mengenalnya dengan sangat, tetapi aku tahu dia selalu baik terhadap orang apalagi dengan latar belakang hidup yang mengerikan.
Grisha mengingatkanku dengan diriku yang merengek agar bisa ikut dengan James dan yang lain. Aku ingat bagaimana bibirku mengucapkan kalau aku adalah yatim piatu. Sungguh mengerikan.
Jadi, itu namanya Eliot dan yang berambut Afro itu Grisha. Aneh melihat kulit putih Eliot karena jelas kalau kakaknya berkulit hitam. Tapi mungkin ibunya berkulit putih. Bagaimana pun ini tetap aneh.
Kami akhirnya sampai di gua. "Kalian berdua bisa tinggal disini, kami pergi sore ini," ucap James.
"Maaf. Tapi kurasa dia mengejarku sekarang." Sudah kuduga. Kukira James bisa melihat kepanikan di wajahnya.
"Baiklah," balas James. Dia berbalik lalu mengambil karpet,bantal, dan selimut dari dalam gua.
"Rachel. Ada apa ini?" Jane berlari mendatangiku, Stewart berjalan di belakangnya, dan wajahnya masih kesal.
"Seperti yang kau lihat, kita dapat orang baru."
Jane melirik ke arah Grisha. Dia memasang raut wajah sama saat melihat James membawaku untuk ikut--secara teknis aku yang ikut.
"Tapi kenapa?" Bisik Jane dengan pelan, berharap Grisha tidak mendengarnya.
"Nanti kuceritakan."
James datang menghampiri kami. Dia melepas nafas berat lalu membusungkan dadanya. "Ayo! Kita berangkat."
*********
Grisha dan Elliot duduk di kursi paling belakang di kelilingi kotak-kotak sereal, minuman,karpet, bantal, dan barang-barang lainnya, tapi kelihatannya mereka tidak terusik dengan itu semua.
Aku bisa melihat wajah Stewart yang menahan kata-kata gerutuan dan protes karena mengangkut orang baru, tapi dia tidak bisa beragumen dengan James karena perkelahian tadi.
Jalan yang kami lewati untuk keluar dari hutan bisa dikatakan kami buat sendiri, jadi sebenarnya tidak ada jalan, hanya semak-semak yang sengaja kami lindas. Kurasa aku tahu James berusaha menghindari kota karena kemugkinan besar orang mabuk itu ada disana.
Jadi, jalan keluar dari tembusan yang kami pilih ini adalah sisi ujung kota, dan di ujungnya hanya ada lapangan hijau, gereja, dan sapi-sapi.
James berulang kali memintaku untuk mengarahkan perjalanannya sesuai peta, tapi akhirnya Grisha mulai berbicara lalu menuntun kami semua kepada jalan-jalan yang kemungkinan tidak akan dilalui oleh ayahnya yang mabuk.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" James bertanya.
Grisha terbatuk lalu mulai berbicara, "Dia mengejarku karena tidak menghasilkan banyak uang, jadi dia mengancam agar memukuli adikku. Kau bisa menurunkanku dimana saja asal jangan di kota ini."
"Untuk apa?" James terkekeh "kau bisa ikut dengan kami selama yang kau mau."
"Apa?" Jane terkesiap. Kupikir seharusnya Grisha yang terkesiap. "Ini tidak seru James. Ini masalah keluarganya. Bagaimana kalau ayahnya mengirim pembunuh bayaran."
James tidak merespon.
"Maaf.." ucap Grisha lirih.
"Tidak apa," balas James.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ride to Home (On Going)
RomanceRachel tidak menyangka tersesat di hutan membuatnya bertemu dengan seorang cowok tampan, dan menyeretnya ke dalam perjalanan panjang menuju Virginia Beach. Sebelumnya, hidup Rachel adalah sebuah bencana. Kini hidupnya adalah anugerah. Dia menemukan...