Hummingbird dan Burung Gereja.

94 9 0
                                    

Kami tertawa terbahak-bahak--walaupun begitu, kami sudah dianggap secara resmi memiliki hubungan yang lebih daripada teman. Dia melepaskan pegangannya lalu memukul lenganku dan tertawa. Setelah itu, semuanya kembali normal seperti semula.

Terimakasih Tuhan atas detik-detik berharga itu. Setidaknya yang terbaik mulai sekarang adalah kami sudah saling mengetahui perasaan satu sama lain.

**********

Burug-burung terbang seakan-akan terbawa angin melewati celah-celah tebing. Sebagian dari mereka adalah burung gereja dan hummingbird. Cukup mengesankan melihat burung-burung gereja berterbangan dengan burung terkecil di dunia--terlihat seakan-akan sedang saling membunuh.

Aneh sekali apabila kau mengamati seekor burung sambil mengingat tentang evolusi dinosaurusnya Charles Darwin, karena jelas sekali tidak ada sesuatu yang persis seperti kadal--bahkan matanya.

"Kau tahu? Aku suka sekali mengamati burung-burung itu," kataku. Aku berbalik menatap Rachel.

"Ya. Aku juga. Mengesankan melihat burung gereja dan kolibri terbang bersama."

"Sebenarnya itu Hummingbird, tapi terserahlah. Aku selalu membayangkan kisah hidup mereka atau mengisi suara mereka dari jauh." Aku mengangkat kakiku lalu bersila.

"Baiklah. Lihat yang warna hijau." Rachel menunjuk satu dari banyak burung Hummingbird yang sedang terbang. "Di belakangnya ada seekor burung gereja. Apa yang terjadi dengan hidupnya? Kau bisa membuatkannya?"

"Baiklah." Aku melontarkan senyum tentu-aku-bisa padanya. "Hummingbird itu dipaksa oleh orangtuanya menikah dengan burung gereja itu, tapi dia tidak terima, lalu dia kabur. Tapi burung gereja itu tetap mengejarnya."

"Hebat sekali kau rupanya!" Rachel tertawa. "Buatkan yang lain."

"Baiklah." Aku melontarkan senyum tentu-aku-bisa lagi padanya. "Hummingbird itu adalah seseorang yang berusaha melupakan semua yang ada di masa lalunya, dan burung gereja itu adalah masa lalunya yang mengandung penyakit, kepahitan hidup, dan kegelisahan abadi yang dibawa sampai tidur. Hidup sang hummingbird hancur saat masa lalu bertemu dengannya. Setiap detik dia berdoa pada Tuhan agar dijauhkan darinya, tetapi masa lalu itu tetap datang. Dan saat akhirnya masa lalu itu hinggap sepenuhnya, dia harus berbohong pada teman-temannya tentang kisah masa lalunya."

"Itu dalam sekali," kata Rachel.

Aku berusaha menghilangkan warna merah malu dari wajahku dengan senyuman dan akhirnya berhasil. Semua kembali menjadi tenang, dan kembali menikmati jurang berserta hal-hal lainnya. Aku terdiam dan mengulang-ulang harapan sama untuk Rachel: kuharap dia tidak tahu Hummingbird itu adalah aku.

**********

Kami kembali ke gua saat jam tanganku sudah menunjukkan jam 7.30. Kurasa aku bangun terlalu pagi.

Kami berjalan bersama seperti tadi, dan kali ini berpegangan tangan. Aku bisa merasakan telapak tangan Rachel yang dingin dan dia berusaha menyelipkannya di bajuku--mencari kehangatan.

Kami akhirnya sampai di depan gua. Stewart dan Jane berjalan memasuki gua. Aku dan Rachel memutuskan untuk duduk di depan danau dan melakukan yang yang tidak berbeda dari tadi: menikmati pemandangan. Aku mulai mengambil kerikil-kerikil di tanah lalu melemparkannya ke danau.

"Kau mau ikut bermain lempar kerikil?" tanyaku.

"Ya," jawabnya. Lalu dia berdiri.

Dia mengambil segenggam batu kerikil lalu mulai beraba-aba untuk melemparnya "Yang ini berisi rasa dendamku terhadap Amy." Rachel melempar batunya sejauh yang dia bisa. Lalu teriak puas.

"Bagus. Sekarang aku." Aku mengambil batu dan bersiap-siap " Ini berisi semua beban hidupku." Lalu aku melemparkannya sejauh yanv kubisa, dan aku harap batu itu memang membawa semuanya. Semua yang kupunya. Semua penderitaan dan penyakitku.

Lalu setelah itu, kami melemparkan batu dengan teriakan-teriakan berisi curhatan hati terpendam--dan aku masih tetap menjaga perkataanku tentang hal-hal yang tidak ada satupun boleh tau.

Dan pada akhirnya kamj berpelukan.

**********

Setelah puas melepari batu-batu dan kerikil-kerikil, kami kembali duduk dan tidak melakukan apa selain memandangi pantulan cahaya yang gemerlapan di permukaan danau. Rachel menaruh kepalanya di pundakku, dan menyenandungkan lagu-lagu yang tidak pernah kudengar sebelumnya.

"James," panggil Rachel, lalu aku berbalik.

"Ya," balasku.

"Kau bilang ada banyak hal konyol selain Hiccup--maksudku aku tidak menyinggung nama itu--tapi.."

Dia terlihat kikuk sekarang--hal yang paling kusuka darinya. "Tak apa. Jadi... bisakah aku mulai?"

Dia mengangguk.

"Stewart memiliki hobi aneh yang tifak sehat, dia suka makan pasir dan bulu Amy yang rontok."

"Apa apaan?" Dia tertawa sekali. "Silahkan lanjutkan, aku tidak akan mengganggu lagi."

"Jadi, sebenarnya ini agak pribadi, tapi terserahlah. Aku sebenarnya aku pernah suka Spice Girl dan itu konyol."

Dia tertawa lagi.

"Kami dulu pernah sekali mencuri labu dari ladang dan ternyata itu hanya labu palsu untuk pajangan. Jadi mencuri semangka di pasar yang terjadi beberapa hari yang lalu adalah kasus pertama."

"Aku tidak tahu ternyata kalian sangat konyol. Bukan maksudku, tapi itu aneh. Dalam artian bagus tentunya."

"Baiklah kalau menurutmu begitu, tunggu sampai aku memberitahu yang satu ini: dulu kami pernah mengunyah daun beracun yang kami kira daun mint. Kepala Stewart bengkak dan dokternya marah-marah lalu akhirnya jatuh karena stroke. Jadi bisa dikatakan kami membunuhnya secara tidak langsung."

"Berbicara tentang hal-hal memalukan, bagaimana dengan James yang dikejar angsa?" Jane datang dari belakang, bersama Stewart.

"Itu tidak adil!" Bentakku. Aku menceritakan apa-apa tentangmu."

Jane mengangkat pundaknya tanda tidak peduli. "Stewart menyarankan kita agar memainkan lingkarang kejujuran sekali lagi," Jane duduk berhenti lalu duduk di samping Rachel.

Dari gua, Stewart berlari mendatangi kami. Dia memelankan langkahnya di saat-saat sebelum berhenti. Setelah itu dia duduk bersila di sampingku. "Kita akan memainkannya," ucapnya.

"Tapi kenapa?" tanyaku. Ini aneh sekali dan sekarang aku berfirasat buruk. Awalnya aku menatap Rachel, dan dia tidak terlihat bingung. Mereka pasti merencanakan ini. Aku berusaha sekeras mungkin agar mereka tidak mendengar kekhawatiran di dalam suaraku.

"Tenang James. Kita hanya akan berkata jujur." Lalu Stewart mengambil ranting dan mulai membuat garis melingkar.

A Ride to Home (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang