--Junhee POV--
Aku melepas tangan tuan Cho dari lengan ku. "Maaf." Ujar ku padanya.
Tuan Cho kembali memegang tangan ku dan wajahnya terlihat lain, ya aku belum pernah melihat tuan Cho terlihat begitu murung. Dirinya mengelengkan kepalanya pada ku. "Tidak, Lee Junhee... Aku mohon." Pintanya padaku.
Demi Tuhan aku bingung saat ini. Aku tidak bisa melihat wajah sedih Jaejoong oppaku dan wajah lirih tuan Cho pun menyakiti ku, Tuhan aku harus apa, eoh? Bingung ku.
"Maaf. Tapi aku harus bicara dengannya." Jelasku pada tuan Cho. Tuan Cho mengelengkan kepalanya pelan ke arah ku. "Kau tidak perlu kawatir." Aku pun menjauh dari tuan Cho dan menghampiri Jaejoong oppa-ku. Dia lekas memeluk ku erat dan aku membalas pelukkannya. Aku membalasnya dan entahlah, aku merindukannya.
.
.
.
.
.Aku duduk di atas sofa sedangkan Jaejoong oppa duduk di atas meja, tepat di depan ku. Tuan Cho? Dia berdiri di depan pintu kamar tidur kami. Mengawasi ku dengan Jaejoong oppa.
"Bagaimana keadaan mu, eoh?" Tanyanya.
"Aku baik." Jawab ku dengan menatap manik matanya. Jaejoong oppa mengangguk dan masih terlihat sedih. "Oppa..."
"Jadi... Jadi kau hamil?" Lirihnya seperti menahan tangis. Tuhan, aku tidak bisa melihat wajah sedihnya. Aku hanya diam. Jaejoong oppa pun tersenyum dalam kesedihan. Menarik bibirnya terlihat begitu tampan di mata ku. "Pantas saja kau merasa sakit saat aku menyentuh dada mu saat itu." Dan ucapannya sama saja dengan tuan Cho, begitu fulgar.
"Oppa... Kau... Apa kau baik-baik saja, oppa?" Tanya ku padanya, mengabaikan ucapan fulgar miliknya.. Jaejoong oppa menggelengkan kepalanya perlahan. "Oppa..."
"Harusnya aku menjaga mu bukannya menyentujui kontrak sialan itu." Tegasnya. "Kau tidak perlu takut... Aku tidak menyalahkan mu. Besok tepat 6 bulan pernikahan konyol ini, jadi setelah ini aku akan menjaga mu, juga..." Tangannya menyentuh perut ku. "Bayi ini." Begitu serius Jaejoong oppa mengeluarkan kata-kata itu. Membuat ku semakin sakit dengan rasa sayangnya padaku. "Kita akan membesarkannya bersama."
"Kau tidak perlu repot-repot membesarkan bayi ku. Aku mampu menjaganya. Aku appa-nya." Suara tuan Cho begitu menyeramkan di telingaku. "Kalau kau sudah selesai, sebaiknya kau pergi." Tegasnya.
Jaejoong oppa tersenyum kecut di depan wajah ku. "Maaf karena aku sudah membuat mu harus tinggal bersama pria angkuh itu, Junhee-ahh..." Tangannya kali ini menyentuh wajahku dan sepasang matanya melihat sesuatu di sana. "Ini kenapa, eoh?" Tanyanya menyentuh memar itu begitu lembut.
Aku hanya menggelengkan kepala ku perlahan, seakan mengatakan 'tidak apa-apa.'
-------
--Author POV--
Rasanya aku ingin menyeret preman brengsek itu, emosi Kyuhyun masih bertahan di dalam hatinya. Ya, sedari tadi Kyuhyun melipat ke dua tangannya di depan dadanya, terlihat begitu cemburu melihat Jaejoong yang sedang bersama Junhee. Tangan sialan itu rasanya ingin ku patahkan, Kyuhyun menatap tajam setiap gerak gerik Jaejoong.
"Sakit?" Tanya Jaejoong masih menyentuh wajah Junhee dan Junhee mengelengkan kepalanya -lagi- perlahan. "Maaf..." Lirih Jaejoong. Memar di wajah Junhee semakin membuat sakit hati Jaejoong, sangat sakit. Harusnya dia tidak hamil dan tidak perlu mendapat memar sialan ini, kesalnya.
"Oppa...." Lemah suara Junhee dan Jaejoong menggelengkan kepalanya kepada Junhee. Begitu cepat Jaejoong lekas mencium Junhee. Menyesap bibir yang sangat ia rindukan. Ciuman yang menuntut. Jaejoong terus mengeksplor mulut Junhee dengan mulutnya. Suara decakkan begitu nyaring terdengar. Junhee? Ya, dia pun membalas ciuman itu dengan rasa takut. Takut jika Kyuhyun akan menariknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mischievous Wedding
Fanfiction"Entah perasaan apa ini tapi perlahan aku merasa nyaman di dekatnya. Bahkan aku bisa gila jika tidak melihatnya. Pernikahan konyol ini sukses menjungkir balikkan kehidupan ku." - Cho Kyuhyun "Dirinya perlahan mampu menggantikan sosok lain di hatiku...