ODD

17.1K 710 3
                                    


Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu yang tengah beradu menghiasi makan malam kali ini. Sedari tadi Irza sudah sangat ingin beranjak dari meja makan dan segera pergi ke kamar karena rasa jenuh dan gerah sejak tadi hanya diberikan tatapan tajam oleh Daraffa, tetapi mengingat kalau diruangan ini tidak saja terdapat dia dan Daraffa tetapi juga Ayah dan Ibu Mertuanya.

"Irza, Daraffa bagaimana tadi sekolahnya ?" Tanya mama Daraffa memecah keheningan

"Tadi di sekolah seru banget Ma!!" Ucap Irza tersenyum lebar mengingat tadi dia ditraktir habis-habisan oleh Gibran. Tapi senyum Irza sirna seketika ketika tak sengaja matanya bertemu pandang dengan mata tajam milik Daraffa, mengingat semua perkataan Daraffa tadi membuat dadanya sesak.

"Kalau Kamu gimana Sayang ?" Ucap Sinta Menyadari sedang terjadi sesuatu yang tidak beres antara putranya dan Irza.

"Biasa aja Ma, Gak ada yang ngaruh hari ini" ucap Daraffa dan bergegas berdiri meninggalkan meja makan.

Irza yang melihat itu hanya tersenyum miris, dan Mama sinta kemudian meminta maaf atas tingkah anaknya itu kepada Irza yang hanya dibalas anggukan dan sebuah senyum yang dipaksakan. Setelah itupun Irza bangkit dari tempat duduk dan undur diri dari Ayah dan Ibu mertuanya untuk duluan pergi ke kamar dan tidur.

**********


Sesampainya di Kamar Irza mendengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi, satu kebiasaan Daraffa yang kini Irza tahu adalah bahwa Daraffa senang sekali mandi di malam hari. Semenjak dia menikah hidupnya yang ceria seakan sedikit memudar. Bagaimana tidak?? Setiap hari dia harus disuguhi dengan tatapan tajam dan kebencian dari seorang Daraffa Tristan, bisa tidak cowok itu tersenyum kepadanya walau hanya sekali ? tetapi mungkin itu hanya akan menjadi sebuah hayalan yang tidak akan tercapai. "Oh Tuhan bagaimana cara meluluhkan bongkahan Es dihatinya ?" gumam Irza yang setelahnya terlelap.

Daraffa keluar dari Kamar mandi dan melihat Irza yang telah tertidur pulas, ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya ketika tadi membentak Irza dan melihatnya menangis tetapi karena ego yang tinggi dia mencoba menghilangkan rasa bersalah itu dan meyakinkan dirinya bahwa Irza memang pantas mendapatkanya. Tetapi mengapa dia melakukan itu bukankah dia tidak menyukai Irza ? Aneh memang.

*********


Setelah sarapan dan berpamitan kepada Ayah dan Ibu mertua Irza dan Daraffa langsung pergi kesekolah. Dan hari ini tetap sama Irza diberikan tatapan tidak suka dari para penggemar Suaminya(?) anak-anak disekolah bingung kenapa Daraffa bisa berbarengan kesekolah dengan Irza apa mereka memiliki hubungan khusus ?tetapi ada juga para cewe-cewek penggemar Daraffa yang berspekulasi bahwa Irza hanya keganjenan dan merayu Daraffa agar bisa berbarengan kesekolah.

Irza segera pergi meninggalkan Daraffa ketika keluar dari mobil. Saat berjalan menuju ke kelas irza melihat Ninda, kemudian berlari kearah sahabatnya itu.

"Nindaaaaa tungguin gue " teriak irza

Mendengar orang memanggil namanya Ninda berbalik dan mendapati Irza yang dalam kondisi ngos-ngosan dibelakangnya.

"Ninda dari tadi gue panggilin juga gak denger" ucap Irza kesal dan mencoba mengatur nafas agar kembali normal.

"maap maap irza, gue soalnya lagi mandangin foto sama dengerin lagu cowok gue, Austine Mahone"

"ngimpi looo, mana mau si Austine sama cewek petakilan kek lo ?"

"yaelah Irza, pasti maulah secara gue ini cewe cantik, imut, lucu, ngangenin, dan MEMPESOOOOONAAAA" ucap Ninda lebay dengan suara toa tanpa merasa malu akan tatapan aneh yang diberikan oleh orang-orang yang berada disekitar mereka. Irza memutar bola matanya jengah,

"ayok ah cepat kekelas, bisa gila lo lama-lama kalau kebanyakan ngayal" Irza kemudian menarik tangan Ninda dan pergi ke kelas. Di kelas ternyata sudah banyak teman-teman kelas mereka yng datang, termaksud Gibran yang kini tengah memberikan senyum terbaiknya kepada Irza dari tempat duduknya.

"woeeee brann Senyum mulu lo"

"Biarin yang penting senyumya khususus buat Firza seorang"

"wah-wah Irza lo keknya punya fens berat nih" ucap Ninda

"bukan fens tapi calon pacarnya Irza" balas Gibran yang membuat Irza membulatkan bola matanya .

" wah,, Gibran tapi sayang lo hmmpppp " ucap Ninda terhenti karena dibekap oleh Irza dan dihadiahi tatapan tajam. "lo sampai keceplosan gua gorok" mendengar itu Ninda hanya mengangguk, Irzapun melepaskan bekapan pada mulut Ninda. Gila tadi jika sampai Ninda keceplosan bisa bahaya, digantung hidup-hidup lagi nanti sama para penggemar Daraffa atau lebih parahnya digantung sendiri oleh Daraffa di pohon cabe. Eh?? Mikir apasih.

"sayangnya kenapa ?" Tanya Gibran seraya mengerutkan keningnya.

'eh,, emm, sayangnya, Irza gak suka sama lo, iya Irza gak suka sama lo" ucap Ninda asal.

"Biarin nanti gue yang bakal bikil Irza jatuh cinta sama gue "

"hahaha ngawur lo Bran, becandan lo aneh tau gak " ucap irza terkekeh dan menganggap apa yang disampaikan Gibran hanya bercanda dan kemudian segera mengeluarkan, buku pelajaran dari dalam tas, karena guru mata pelajaran pertama telah datang.

"gua gak bercanda Irza," gumam Gibran pelan sanagat pelan sehingga tak dapat didengar oleh orang lain.

*********


jam istirahat telah tiba, Irza, Gibran dan Ninda, bersama-sama kekantin. Ketika dalam perjalan melewati lapangan basket, Irza melihat Darffa yang tengah bermain basket bersama teman-temanya disitu juga ada Andika sahabat Daraffa, Irza terus memandangi Daraffa yang dengan gesit mendrible dan menshoot bola ke ring basket dengan gagahnya. Membuat Irza terpesona, tetapi pemandangan indah yang tengah dinikmatinya terganggu ketika melihat Linda kakak kelasnya yang datang dan berdiri disamping lapangan kemudian meneriakan nama Daraffa dengan sangat kencang. Gibran yang sadar bahwa sedari tadi Irza memandang kearah lapangan langsung memanggil.

"Irzaa cepetan ayo babe "

"ehh ehhiya iyaa ,," jawab Irza, Gibran kemudian meraih tangan Irza dan menariknya untuk segera kekantin.

Dari jauh teryata kejadian tadi dilihat oleh sepasang mata yang sebenarnya sudah menyadari kehadiran Irza dari tadi.

*******


Bahagia sekalai ketika sudah mumet-mumetnya menerima pelajaran, terus bel pulang berbunyi, huhh serasa sedang berada ditaman bunga yang luas. Dan inilah yang dirasakan Irza saat ini. Tak lama setelah Irza membereskan buku-bukun HPnya berbunyi.

From Cowok SENGAK:

"Aku tunggu di parkiran"

To Cowok SENGAK:

"iya ini aku udah maun keluar kelas kak"

Setelah membalas pesan dari Daraffa Irza pun keluar kelas dan berjalan ke parkiran tak mau membuat Daraffa menunggu lama. Ketika langkah kakinya sudah dekat dengan mobil Daraffa ada orang yang memegang tanganya secara tiba-tiba, membuat Irza sontak berbalik dan melihat siapa orang yang memegang tanganya.

"Gibraan ??"

"pulang bareng aku yah ?"ajak Gibran. Ketika Irza ingin menolak, bunyi klakson mobil yang sangat keras dan berulang-pulang kali yang terkesan tidak sabaran, datang dari mobil Daraffa. Dan tak lama sang pemilik mobilpun mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan berteriak kearah Irza dan Gibran.

"Cepetaan, Gue bukan supiir, "

"iyaa kak bentar" balas Irza.

"maaf yah Bran lain kalai aja." Ucap Irza dan berlalu meninggalkan Gibran yang terlihat Kecewa.

SIXTEEN (Young Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang