Sorry

17.9K 728 14
                                    

Selama mata pelajaran berlangsung Irza terlihat gelisah.Irza sangat frustasi, sedari tadi Daraffa tidak mau berbicara denganya, yah dia sadar dia salah telah menghilangkan Cincin pernikahan mereka, tapi seingatnya dia tidak pernah membawa cincin itu kemana-mana, dia selalu menyimpanya di rumah tapi kenapa cincin itu bisa hilang. Apa ada pencuri yang masuk ke kamar mereka dan mengambil cincin itu tapi kenapa hanya cincin itu yang hilang ?."Arggghhh" Irza mengacak ambutnya frustasi.

"Oh cincin dimana kau berada " rancau Irza tak jelas.

"lo kenapa si zha ?" bisik Ninda kepada Irza.

"Ha ?" beo Irza dan kemudian menengok kearaha sahabatanya yang sedang menatap pada dirinya meminta penjelasan.

"Cincin Kawin gua ilang dan Kak Daraffa marah sama gua. "ucap Irza kemudian menundukan wajahnya diatas meja dia benar-benar lelah  memikirkan masalah ini.

"Emang lu taru dimana ntu cincin ? teledor banget sih jadi orang "

"gua taruh di laci kamar gua . tapi tadi pas kak Daraffa nanyain cincin itu eh waktu gua mau ngambil malah gak ada , dan jadilah Kak Daraffa marah-marah sama gak mau ngomomong sama gua, gimana dong Nin gua gak mau Kak Daraffa diemin gua kayak gini " jawab Irza panjang lebar kini matanya sudah berkaca-kaca hubunganya baru membaik dan kini Daraffa sudah marah kepadanya. Ninda mengelus pundak sahabatnya lembut memberi ketenangan "Udah mungkin lo salah naro nanti pas pulang cari aja lagi dulu . Irza mengangguk lemah dan menghapus air matanya,

"lu berdua ngomongin apa sih, ? " Tanya Girban yang tiba-tiba sudah ada di depan mereka.

"lo Kok disin ? duduk sana nanti Bu Emma ngamuk lagi" Ucap Ninda Khawatir ketahuan sedang ngobrol di Jam pelajaran Ibu ema Salah satu guru terseram disekolahnya.

Gibran memutar bola matanya malas. " Ibu Emma udah dari tadi keluar kali , makanya jangan keasikan ngomong " ucap Gibra kemudia menoyor kepala Ninda tanpa rasa kemanusiaan. Ninda melotot dan kemudian membalas dengan menjambak rambut Gibran .

"ahh ampun Nin ampun " mohon Gibran tapi Ninda malah memperkuat jambakanya.

"Lu yang muli jadi gua hanya melanjutkan" Kata Ninda dan melepaskan jambakanya. Gibran mengusap kepalanya yang terasa perih  sudah dua kali dia dijambak Ninda lain kali dia harus siaga ketika berurusan dengan seorang Ninda kalau tidak lama-lama dia bisa kehilangan wajah tampanya.
ketika matanya telah fokus kepada Irza, Gibran melihat ada bekas air mata .

"Sweety  Kamu kenapa ?" tanya Gibran Khawatir.

"Eh-eh gua gak papa kok Bran " Balas irza berusaha menampilkan senyumnya.

"Kamu jangan boong sama Aku, Kamu kenapa?" Irza menggeleng dan menampilkan senyum paksanya.

"Gak papa Bran Percaya deh Aku gak boong" Gibran mengambil nafasnya berat dia tau Irza ada masalah tapi jika Irza tidak mau bercerita dia tidak akan memaksanya.

'Yaudah kantin Yuk " Ajak Gibran dan langsung menarik Irza dari tempat duduk. Irza hanya diamdan mengikuti Gibran .

"Oke fine gua selalu ditinggalin" teriak Ninda yang ditinggalkan.

===========================

Irza menyantap bakso miliknya dengan ogah-ogahan. Sedangkan Gibran terus menatapnya dari tadi berusaha mencari tau masalah Irza dalam diamnya, dia tak tahan Orang yang disayanginya terlihat sedih seperti ini.

mata Irza kini fokus pada sosok yang baru masuk keadalam kantin , dia menampilkan senyum terbaiknya tapi hanya dianggap angin lalu oleh Darraffa dia berjalan kearah tempat duduk lain tanpa menyapa Irza sama sekali. membuat  dada Irza terasa sesak, tak terasa air matanya akan jatuh, tapi ditahan sekuat tenaga oleh Irza. dia menunduk dalam agar kedua sahabatnya tidak tau bahwa dia akan menangis.
Ninda dan Gibran hanya diam melihat tingkah aneh Irza.
"Gua ke Kelas duluan " kata Irza kemudian segera pergi tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya. setelah keluar dari kantin air mata Irza benar-benar jatuh, apakah hanya karena kesalahan itu Kak Daraffa harus marah sebesar itu kepadanya. tiba-tiba ada yang menahan tanganya dari belakang.

SIXTEEN (Young Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang