Selfish?

11.3K 542 51
                                    

"Irza" Seru Gibran ketika Irza hendak membuka pintu mobilnya. Irza berbalik dan menatap GIbran bingung.

"Soal yang tadi Aku serius" Ucap Gibran sambil menatap lekat manik mata Irza.

Irza menghembuskan nafasnya pelan dia bingung, hati Irza kini setuhnya milik Daraffa, dia tidak ingin memberikan harapan semu kepada Gibran, karena dia sendiri yakin bahwa perasaanya kini tidak akan bisa berpaling dari sosok Darafa.

"Gib___"

"Aku gak butuh jawaban kamu, Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa  Aku akan tetep berusaha bikin Kamu jatuh Cinta walaupun Aku yakin kamu bakal bilang gak mungkin." tegas Gibran.

Irza hanya bisa tersenyum sendu, melihat kegigihan Gibran yang ingin membuatnya jatuh cinta, tapi itu akan sangat sulit. tanpa berucap lagi Irza langsung keluar dari mobil Gibran memasuki rumah kedua orang tuanya tempat berpulang terbaik saat ini.

"Gue bakal bikin lu Cinta sama gue" ucap Gibran sebelum melajukan mobilnya meninggalkan rumah Irza

Irza memasuki rumahnya dengan langkah gontai. sesampainya diruang tamu sudah terdapat kedua orang tuanya dan orang tua Daraffa.

"Irza kamu dari mana aja Mama khawatir Kamu belum pulang padahal udah jam 10 malam, makanya Mama datang kesini maafin Daraffa sayang"Ucap Mama Daraffa ketika menyadari kehadiran Irza dan langsung berlari memeluknya.

"Maaf Ma, Irza udah bikin Khawatir"Ucap Irza pelan.

Mama Daraffa melepaskan pelukanya dan menatap Irza sendu penampilan Irza sangat memprihatinkan, matanya sembab dan terlihat sangat lelah, Oh Tuhan Daraffa sangat keterlaluan bisa melukai Anak sebaik Irza.

"Maafin Daraffa yah sayang dia gak niat buat nyakitin Kamu" Ucap Mama Daraffa memohon, Irza bingung harus menjawab apa karena jujur hatinya sungguh sakit saat ini.

"Saya sangat kecewa dengan Daraffa, saya pikir dia bisa menjaga Anak saya Irza ternyata tidak" Ucap Papa Irza.

"Kalau Daraffa tidak membatalkan pertunanganya dengan Gadis Itu, lebih baik Irza dan Daraffa Pisah" Ucap Papa Irza lagi,  Irza dan Mama Daraffa sontak membulatkan mata,  Berpisah dengan Daraffa? Apakah Irza sanggup? Disaat seluruh hatinya telah menjadi milik Daraffa? memang hatinya begitu sakit, tapi berfikir untuk berpisah itu belum terlintas dalam pikiran Irza saat ini.

"Jangan Saya mohon Bram, Saya gak ingin Irza cerai dengan Darafa." Mohon Mama Daraffa yang tidak terima atas ucapan Papa Irza.

"Tapi itu adalah solusi terakhir ketika nanti Daraffa tidak bisa mengambil keputusan" tegas Papa Irza.

"Kalau begitu Kami permisi dulu, Saya dan Istri saya Mohon maaf atas tindakan anak Kami." Ucap Ayah Daraffa yang sedari tadi diam.

"Irza baik-baik yah disini Mama pulang dulu" Ucap Mama Daraffa dan memeluk Irza erat sebelum pergi.  Irza menatap sendu kepergian Mama dan Ayah Daraffa yang sudah iya anggap seperti orang tuanya sendiri.

"Ma pa Irza ke kamar dulu" Ucap Irza dan langsung bergegas ke kamar.

**************************

Irza  berjalan memasuki kamarnya dan duduk diatas tempat tidurnya, menatap Kamar miliknya, sudah lama dia tidak tidak melihat kamarnya setelah menikah dengan Daraffa, hah mengingat hubunganya dengan Daraffa membuat matanya kembali memanas.

Ceklek,

pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, ternyata Mamanya yang datang Irza mengusap cepat air matanya.

"Maafin kita sayang" Ucap Mama dan duduk disamping Irza.

"Ma kenapa setiap orang yang Irza sayang semua menyakiti Irza" Tanya Irza sambil menatap kosong meja riasnya. 
Mamanya hanya terdiam tak tau mau menjawab apa.

SIXTEEN (Young Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang