Struggle

9.6K 452 129
                                    

jeng jeng jeng

Aku update lagii hahahahahah

setelah berhibernasi selama beberapa bulan hahhaha😂

Gara-gara hiabernasi yang terlalu lama mungkin kalian udah pada lupa sama cerita ini .
Tapi Aku berharap sih masih pada inget yah ?
Udah ada yang bulukan ? Jamuran ? Lumutan ? Gara-gara nunggu cerita ini hahhaha maafkan Aku 😇😢😍

========================

"Brengsek!!"

Umpat Daraffa kemudian membanting Bola basket ditanganya dengan keras dilapangan, dia mengusap wajahnya kasar.  Dia begitu kecewa dengan penolakan Irza, apa sudah tidak ada cela lagi bagi dia untuk dimaafkan? Apa begitu besar rasa sakit yang dia torehkan?. Ditambah dengan tatapan meremehkan dari Gibran, orang yang jelas dia tahu memiliki perasaan yang lebih kepada Irza.

"Gue udaah pernah bilang sama lu kan kalau keputusan yang lu ambil bakal begini jadinya" Andika yang sedari tadi hanya mengamati Daraffa akhirnya bersuara. Dia ikut prihatin dengan masalah yang sedang menimpa sahabatnya saat ini, tapi mau bagaimana lagi ? Semua ini adalah keputusan Daraffa jadi dia harus siap tidak siap menerima konsekuensinya.

"Gue bakal bikin Irza kembali sama gue Dik" Ucap Daraffa tegas kemudian meninggalkan lapangan basket. Andika hanya mampu meggelengkan kepalanya mendengar ucapan Daraffa barusan. Sahabatnya itu seharusnya sadar bahwa jika dia ingin hubunganya dengan Irza kembali solusinya hanya dengan membatalkan pertunanganya dengan Vita meskipun itu akan menyakiti perasaan tante Mila yang sudah dia anggap sebagai Ibu  sejak kecil.

*****************************

Daraffa memasuki UKS  untuk melihat keadaan Irza, tetapi pemandangan yang dia lihat begitu membuat dadanya sesak. Gadis yang sangat dicintainya kini berada dipelukan laki-laki lain.  Irza yang menyadari kehadiran Daraffa kaget dan segera melepaskan pelukanya bersama Gibran, tatapan mereka saling bertemu, menunjukan kekecewaan, rindu dan perasaan lain yang tak mampu mereka tunjukan. 

Gibran hanya melihat mereka dengan tatapan miris dia sadar sebesar apapun dia berusaha untuk membuat Irza menjadi miliknya hanya sia-sia dia dapat melihat jelas bahwa Irza masih mencintai Daraffa, sekuat apapun dia mencoba menghindari Daraffa tetap rasa itu akan selalu untuk Daraffa.

"Kakak ngapain disini ?" Tanya Irza datar setelah mampu mengontrol perasaanya.

"Kakak awalnya mau mastiin kamu baik-baik aja. tapi..."

"Kakak liat Aku baik-baik aja kan ? Jadi Kakak boleh pergi sekarang" ketus Irza memotong ucapan Daraffa.

"Kamu ngusir Kakak?" Tanya Daraffa dengan tatapan tak percaya.

"Menurut Kakak?"

"Irza Kaa..kamu." Daraffa tak mampu berkata hari ini sudah terlalu banyak rasa kecewa didalam dirinya karena sikap Irza.

"Udahlah Kak Aku capek , mau istirahat jadi  tolong keluar"Ucap Irza  berani kemudian segera berbaring memunggungi Daraffa. Gibran mengela nafas dalam melihat sikap Irza. Apakah Irza tak sadar sikapnya itu begitu menyakiti Daraffa, terlebih menyakiti dirinya sendiri.

"Yaudah selamat Istirahat, satu hal yang harus kamu tahu Kakak akan selalu sayang sama Kamu " Ucapa Daraffa sambil  memaksakan seulas senyum diwajahnya walaupun Irza tidak melihat itu karena posisi Irza yang sedang memunggunginya.

setelah mengucapkan itu Daraffa langsung bergegas keluar  meninggalkan Irza dan Gibran. selepas kepergian Daraffa, tubuh Irza mulai bergetar pelan menandakan dia tengah menangis.

SIXTEEN (Young Marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang