(4)

5.7K 588 41
                                    

Jogjakarta, 28 Mei 2027

Air yang mengalir berbau karat pipa tidak layak pakai. Bahkan terasa tak enak untuk dipakai mengosok gigi, tapi Lusi tak punya pilihan lain selain terus membersihkan gigi dan menggosok tubuhnya dengan sabun batangan yang wanginya berlebihan, memastikan tak ada kotoran sedikit pun yang tertinggal di kulit.

Di dalam kamar mandi yang sedikit berlumut, Lusi berusaha sekeras mungkin agar tidak menyanyi. Mandi sambil bernyanyi bisa memakan waktu satu jam tanpa ia sadari, karena kebiasaan buruknya ini seminggu lalu ia terlambat datang wawancara kerja kerja di perusahaan makanan cepat saji. Ia bertekad kuat, hari ini tak boleh terjadi hal-hal konyol seperti itu lagi

Ia mengambil handuknya yang berwarna putih tulang dan membalutnya ke tubuh lalu berjalan keluar kamar mandi. Rumahnya hanya terdiri dari satu ruang tamu yang sekaligus sebagai kamar tidur, ruang keluarga dan ruang makan. Satu kamar mandi dan dapur seadanya.

Langkahnya berhenti sejenak di depan televisi, meraih remote dan mengganti-ganti channel, berharap menemukan acara musik namun tak mungkin ada. Tak sampai sebulan setelah Jakarta mengalami bencana, seluruh Indonesia ikut mengalami imbasnya. Salah satunya efeknya adalah, semua channel televisi hanya punya acara berita.

"Harga rupiah terhadap dollar Amerika hari ini dibuka di angka 35.130," ujar salah satu news anchor dalam berita pagi di stasiun televisi swasta tertua di Indonesia. Rusaknya Jakarta membuat tak banyak stasiun televisi yang bertahan, hanya mereka yang mempunyai "kemampuan" yang bisa memindahkan kantornya ke kota lain sehingga tetap bisa siaran.

"Virus Oblivio menyebar semakin luas, kini warga kota Depok dan Bogor mulai dievakuasi pemerintah ke tempat yang lebih aman. Obs semakin bertambah, pemerintah masih mencari cara agar para manusia-monster ini berhenti meningkat jumlahnya. Diketahui virus menular melalui gigitan, kemungkinan besar karena salah satu sumber Oblivio adalah Virus Rabies. Setiap individu yang terkena gigitan Obs akan mati otak selama beberapa waktu, kemudian sadar kembali dengan keadaan buta dan mati indera perasanya.

Obs hampir menyerupai hewan, mereka hanya mengikuti insting dan bergerak karena rasa lapar. Orang yang sudah berubah menjadi Obs kulitnya menghitam dan matanya memerah, semakin lama semakin kurus dan tubuhnya seakan hangus disertai kulit yang melepuh. Mirip dengan orang pengidap penyakit Aids. Mereka yang tidak mendapat makanan akan mati dengan sendirinya.

Pemerintah tak bisa mengambil resiko menggunakan bahan peledak untuk memusnahkan Jakarta yang kini sudah diisolir karena Obs berkeliaran di segala tempat. Segala upaya yang dilakukan pemerintah saat ini masih belum mendapatkan hasil yang..."

"...memuaskan." Tutup Lusi, ia menggeleng kepala karena sekarang sudah hafal hampir keseluruhan naskah berita yang dibaca para news anchor tentang Obs.

Bahkan meskipun mampu melakukan siaran berita, stasiun televisi harus selalu melakukan tayangan ulang setiap harinya. Mungkin tidak mempunyai modal untuk berita baru atau sama sekali tak ada berita lain, pikir Lusi. Mengingat tak adanya iklan di channel televisi.

Ia sedang merapihkan blouse hitamnya sembari mengunyah roti ketika telepon rumahnya berdering. "Ya," jawabnya.

"Hari ini kamu ada wawancara kerja kerja?" Ini suara Ibunya. Lusi tak mengira Ibunya akan menelepon sepagi ini.

"Ya, aku rasa aku harus cepat menemukan kerja."

"Bagaimana dengan novel-novelmu?"

Lusi tertawa dalam desisan. "Siapa yang mau beli novel, Bu. Di saat-saat seperti ini bahkan untuk makan saja orang-orang sudah susah."

Terdengar Ibu-nya menghembuskan nafas, "Ibu di sini tidak melihat televisi, tapi Ibu dengar memang Jakarta hancur karena monster dan negara dalam kerugian yang cukup besar."

JAKARTA'S RUINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang