Lusi membalikkan badannya lagi, "Ibu-ku tidak membunuh! Itu kecelakaan."
Rama tersenyum penuh arti, ia kembali duduk di kursinya dengan santai. "Aku tahu, karena itu aku bisa membebaskan Ibu-mu dari vonis hukuman mati yang akan dijatuhkan pengadilan padanya. Hanya jika kamu mau menandatangani perjanjian kerja ini." Ia kembali meletakkan jari telunjuknya di atas kertas sialan itu.
"Dan juga." Mulut besar Rama kembali bicara, "Sebuah rumah dan tempat tinggal yang layak di Kalimantan."
Berbicara tentang tempat tinggal yang layak di Kalimantan saat ini sama seperti menjanjikan rumah di Baverly Hills pada gelandangan New York. Setelah kehancuran Jakarta dan seperti diprediksi, kota-kota di sekitarnya ikut kena imbasnya. Para konglomerat dan orang-orang penting di Negeri ini langsung berbondong-bondong membangun kehidupan baru di tempat terjauh dari Jakarta itu.
"Bagaimana?" Rama menyungingkan senyum licik di wajahnya.
Lusi bergeming. Anxiety Disorder adalah gangguan kecemasan, yang dialami cukup banyak penduduk di dunia. Bentuk kecemasan yang berbeda-beda dengan sumber kecemasan yang berbeda pula. Kebanyakan kecemasan tak bersumber pada hal yang jelas, namun Anxiety Disorder tak bisa disamakan bentuknya di antara penderita yang satu dan lainnya. Puncak kecemasan atau kumatnya penyakit yang dalam ilmu kejiwaan disebut Episode pun berbeda bentuknya.
Pada kasus Lusi, ia tidak bisa mendapati mentalnya diserang ataupun merasa dipojokkan. Seperti halnya saat ini ketika ia merasa tertekan akan pilihan yang ada di otaknya ditambah dengan cara bicara Rama yang memojokkannya. Tangannya bergetar dan jantungnya berdegup kencang. Ini yang terjadi dalam setiap episode yang ia alami, kemudian ia akan sulit bernafas dan mengeluarkan air mata padahal ia tak ingin menangis.
Tangannya gemetar semakin kencang, dan Rama berjalan menghampirinya. "Sebuah episode, hah? Aku ingin tahu apakah Obs tertarik padamu di saat keadaanmu seperti ini." Ia menaruh tangannya di bahu Lusi.
Sayang sekali, Rama tak tahu kalau di saat Episode-nya Lusi perlu melempar atau memukul sesuatu dengan keras untuk melepaskan emosi yang membuat mentalnya menderita. Tenaganya meningkat berkali-kali lipat.
Berada di sebelahnya dan terus memojokkannya di saat seperti itu sama saja bunuh diri. Rama tak berpikir sebelumnya, jika sebuah tinju yang keras akan mendarat di wajah Rama, hingga terdengar bunyi gemerutuk. "Argh!" pekiknya. Darah mengalir keluar dari hidungnya.
***
Dua hari kemudian...
Kali ini tidak seperti biasanya, Lusi menemui Ibunya dengan rok tutu selutut berwarna cokelat muda. Dia mengenakan blazer hijau lumut untuk melapisi kaus putih yang ujungnya ia masukkan ke dalam rok, juga sepatu sneakers putih. Ia berpikir mungkin saja ini kesempatan terakhir yang ia punya untuk menemui Ibu-nya. Menandatangani surat perjanjian sebagai relawan kemarin seperti menandatangani surat rela mati. Lusi terus menerus menyiapkan dirinya untuk mati beberapa hari kedepan.
Ibunya sudah menunggu di kursi kayu dengan kedua tangan di bawah meja, seperti yang selalu ia lakukan ketika Lusi datang menjenguk. Namun kali ini ia terlihat agak heran, nampak dari matanya yang menyisir penampilan Lusi hari ini dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terlalu rapih, tak seperti biasanya.
Lusi langsung duduk di kursi seberang, menyodorkan seplastik buah rambutan yang ia beli di pasar dalam perjalanannya ke Rutan. Mereka diam dalam beberapa menit tanpa saling menyapa, sampai akhirnya Ibunya membuka pembicaraan terlebih dulu. "Bagaimana wawancara kerjanya kemarin?"
"Buruk, sangat buruk hingga rasanya aku ingin memukul orang itu sampai pingsan." Daripada berkata jujur seperti itu di hadapan ibunya yang pasti syok mendengar cerita sebenarnya, Lusi lebih memilih menyungingkan senyum palsu yang sama sekali tidak manis. "Baik, semua berjalan lancar. Aku diterima dan mulai kerja lusa." Dalam hati mengutuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKARTA'S RUIN
Science FictionBeberapa part di private. Follow account terlebih dahulu. Apakah kau bisa bertahan hidup? Ketika dikirim ke sebuah kota yang hancur dan membahayakan nyawamu? Jakarta. Cover by @ReiFaldi & @Arisyifa92 Highest Ranks #3 in Science Fiction (10.04.2016)