(8)

4.2K 492 24
                                    


"Masuk! Masuk semua!" teriak para anggota TNI yang berdiri di belakang pintu truk militer yang terbuka, "Wanita dan anak-anak!" seru salah satunya ketika beberapa laki-laki mencoba untuk menerobos masuk terlebih dahulu.

Jeritan terdengar dari segala penjuru, kepanikan muncul dari setiap orang yang berlari keluar dari rumahnya. Anak kecil menangis ketakutan sementara para ibu berusaha keras membuat mereka tetap tenang. Di sisi lain seekor kambing merintih pedih saat satu Obs melompat masuk ke dalam kandang dan menggeragoti perutnya.

Di tengah jalan seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun kaku di tempatnya berdiri, melihat kedua orang tuanya ditarik Obs dan dirobek kulit lengannya. Salah satu tentara yang melihat langsung menerobos kerumunan yang berlari berlawanan, memegang pinggang anak itu dan menggendongnya di bahu.

"Mamaaa! Bapaaak!" teriaknya meronta-ronta hingga tentara itu kesulitan membawanya. "Mamaaa!" Ia menggigit bahu tentara tersebut hingga pria itu merintih sakit dan tidak sengaja melepasnya dari gendongan. Anak kecil itu kembali berlari mendekat ke arah rumahnya, menabrak orang-orang yang justru berlari menjauh.

Sepasang tangan menangkap anak itu dan dengan sigap menggendongnya berlari, dia gadis berusia enam belas tahun yang juga kakak dari anak laki-laki tersebut. "Pak! Tolong!" panggilnya kepada tentara yang tadi digigit adiknya. Pria itu segera berlari menghampiri, merangkul kedua anak itu, mendorong mereka ke arah tentara lain yang langsung membimbing langkah mereka menaiki truk.

"Aaak!" teriak tentara tadi, lehernya digigit Obs wanita berpakaian daster, wajah Obs itu hitam pekat sementara darah memenuhi sekitar mulutnya. Kulit-kulit tangannya penuh dengan luka bakar, melepuh di setiap incinya. Mengaum seperti singa kelaparan.

Hanya tersisa satu truk yang bisa diisi oleh warga laki-laki, mereka berbodong-bondong lari, berusaha menghindar dari para Obs yang mencakar dan mengigit apapun yang ada di hadapan mereka. Teriakan bergemuruh dari segala sisi. Dalam sekejap mayat berserakan di mana-mana, seorang korban laki-laki yang terkapar di dekat kandang anjing kejang-kejang setelah sepuluh menit tak sadarkan diri. Ia mencoba berdiri dengan kaki dan tangannya yang kaku. Tak bisa melihat apapun, tak bisa pula mengangkat kepalanya dengan tegak. Seperti ada aliran api yang menjalar dari perutnya yang robek, melewati tenggorokannya dan meledak di kepala. Ia berteriak, namun teriakannya terdengar seperti geraman kencang. Penglihatannya hilang, tapi telinganya mendengar apapun hingga hal yang paling pelan, sangat bising dan membuat kesal.

Truk tidak cukup untuk mengangkut semua warga, truk terakhir yang berisi tumpukan laki-laki yang sangat sesak menyusul truk lain yang sudah berangkat terlebih dahulu. Orang-orang yang tersisa berlari mengejar truk-truk tersebut sambil berteriak. Sementara yang ada di dalam truk membalas teriakan mereka, menangis juga terdiam syok melihat orang-orang yang berlari itu satu persatu digigit para Obs. Beberapa orang yang memang anggota keluarga mereka dan orang yang mereka kenal bangkit lagi dengan keadaan yang menyeramkan. Membuat ketakutan mereka semakin menjadi. Para ibu memeluk tubuh anak mereka yang gemetar dengan kedua tangan mereka yang juga gemetar.

"Bersembunyi di tempat yang aman! Kami akan kembali lagi menjemput kalian!" teriak satu tentara yang bergelantungan di pintu truk paling belakang sambil melemparkan tembakan peluru ke beberapa Obs. Truk pun berjalan semakin kencang dan tak bisa dikejar. Mereka berteriak, menjerit sambil mencoba berlari mencari tempat perlindungan. Menunggu truk lain yang akan datang menjemput, atau tidak sama sekali.

Albert menepuk bahu Angga, "Berhenti!" tuturnya hingga Angga meminggirkan mobil dan menginjak rem. "Apa itu?" gumam Albert, membuat seisi mobil menengok ke arah yang sama. Mereka memperhatikan perkampungan yang berjarak sekitar lima ratus meter dari bawah jembatan layang tempat mereka berada saat ini.

JAKARTA'S RUINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang