Sepi. Gelap. Sunyi.
Pernahkah kamu merasa sebagai orang termalang dalam sejarah?Ditinggal banyak orang yang kucintai sudah cukup membuatku jera. Sudah cukup.
Dulu aku anak yang ceria, penuh kasih dan murah tawa. Aku yang asal jeplak dulunya juga membuat sahabat dan teman temanku serta fans setiaku selalu tergelak.
Aku mencintai semua orang. Keluargaku membuatku bahagia. Ibu yang baik,ayah yang kuat. Semuanya lengkap.
Terutama ibu, ibu selalu mengajariku tentang kehidupan setiap malam hari. Ibu memangku ku dalam dekapannya dan membelai lembut rambutku. Ibu juga tak jarang membawakan aku kue atau susu hangat untuk menemani ku saat ibu bercerita. Dinginnya malam tak pernah mengangguku karna dekapan ibu jauh lebih hangat.
Ibu cerita tentang banyak hal. Perasaan sedih, suka, duka, rindu, tawa, haru, bahagia, dan..Cinta~
Ibu bilang cinta itu indah.
Ya, pada awalnya memang demikian.
Cinta indah pada awalnya.
Tapi mengerikan pada akhirnya.Cinta dengan happy ending? Kalian bilang itu akhir yang bahagia? Jelas bukan. Cinta yang bahagia itu tak pernah memiliki ending. Cinta abadi akan kekal dan indah. Kala cinta itu berakhir pastinya akan terasa sakit.
Itupun jika kau percaya pada cinta sejati.
Keluarga bahagia, sahabat, tawa. Semua lengkap. Aku kaya akan Cinta
Semua baik baik saja.
Sampai ibuku dan ayahku bertengkar. Pertengakaran singkat selama semalam yang menyebabkan hubungan mereka retak. Pernikahan selama 12 tahun tiada arti dalam semalam.
Mungkin.. Aku salah mengenai semuanya.
Ibu bilang ayah orang yang baik.
Ibu bilang dengan adanya cinta yang bersemayam dalam hati ku, aku bisa memupuk senyum tanpa batas.
Cinta..
Itu yang ibu rasakan pada sosok ayah yang amat baik. Ayah yang hangat, ayah yang memeluku sehabis kerja, yang langsung merengkuh pinggang ibuku sepulang kerja melepas penat dengan senyuman ibu, ayah yang selalu bergelayut manja pada ibu, ayah yang suka bertanya setiap malam apa yang diceritakan ibu, dan ayahku yang turut mendengar cerita ibu sampai kami berdua tertidur di sisi ibu.
Ibu bilang itulah cinta sejati. Yang menghasilkan anak manis dan tampan sepetiku. Mata bulat coklat milik ibu, bibir tipis merah dan hidung mancung milik ayah serta kulit kuning langsat dan rambut coklat kehitaman milik ibu yang menurun langsung padaku. Merupakan perpaduan lucu hasil dari cinta sejati mereka.
Cinta sejati? Ayah yang hangat? Ayah yang baik? Semua itu sudah mati. Pergi..
Dia meninggalkan aku dan ibu dan lebih memilih bersama wanita lain. Lelaki itu bukan ayahku lagi semenjak hari itu.
Aku tinggal dengan ibuku.
Begini sudah cukup.
Aku tak lagi percaya cinta.
Tak lagi tertawa.
Tak mau membuang tenaga untuk tertawa atau bermain.Karena aku mengerti satu hal, pada akhirnya semua akan menjadi luka.
Untuk apa tertawa? Jika pada akhirnya akan terluka?
Untuk apa mencintai? Jika cinta yang kau pupuk dalam hati malah akan menyayat luka dikemudian hari?
Semua pergi meninggalkan aku dalam kegelapan. Semua cinta yang kucurahkan dibalas luka yang mereka torehkan. Hanya kegelapan yang menelan bulat bulat diriku seutuhnya. Hanya dengan lentera kecil yang rapuh yang kini juga terluka, ibuku.
Aku tak tertarik tersenyum atau menunjukan diri asliku pada siapapun kecuali ibu. Hanya dia yang datang ketika aku sedih. Dia yang memeluku dalam hangat.
Hanya ibu yang selalu mendekapku dalam nyaman bagai sutra halus yang membalut.Aku hanya diam dan belajar. Itu cukup. Cukup mengisi waktu luang dan menambah ilmuku. Cukup mengalihkan perhatian dari dunia ini yang seolah menatapku jijik penuh dendam.
Cukup untuk melupakan kegelapan yang menelanku. Cukup untuk sekedar melarikan diri sejenak dari kenyataan. Tujuan ku berbeda dengan yang kudapat. Aku menjadi jenius tetapi kehilangan semua teman. Aku tak punya teman. Aku hanya punya buku untuk kubaca menjadikan ku jenius. Menjadi "bintang kelas" yang kesepian.
Bintang?
Bukan, aku bukan bintang. Jika aku bintang maka aku akan berpendar terang dengan cahayaku.
Namun Nyatanya aku hanya malam. Gelap gulita tanpa satupun penerangan. Harus ada orang lain yang menerangi ku. Lentera kecil mungil yang rapuh pun tak apa. Sekedar membuat hariku tak begitu kelam.Meski Pagi dan malam bergulir berganti. Mengganti semburat emas matahari menjadi sinar perak rembulan.
Tetapi bagiku semuanya malam.
Jika kau bertanya apa aku kesepian?
Entahlah
Tak ada gunanya menyesalinya.
Aku baik baik saja.
Aku tak peduli dengan 'perasaan'.
Aku sendiri melupakan artinya.Aku ingin bertanya, apa yang dimaksud Perasaan? Cinta?
Cinta.
Satu kata yang membuatmu tersenyum, tertawa, bahagia.
Pada awalnya.. Hanya pada awalnya.
Cinta tak selamanya memiliki. Ada kalanya kau harus melepas. Atau membiarkannya pergi tanpa pernah memiliki. Itulah saat dimana cinta menghancurkanmu. Membuatmu menangis, membuatmu merasakan ditusuk ribuan duri.
Tanpa sebab yang jelas, pada akhirnya kamu akan hancur.
Aku hanya bisa menyebut cinta sebagai kesalahan psikolog umum yang dimiliki nyaris semua orang.Ketika kau mencintai sesuatu, janganlah mencintainya berbebihan.
Karena ketika kau kehilangan, maka sakitnya jauh lebih perih.Ketika kau ditakdirkan 'tuk pergi. Jangan lah mencintai sesuatu yang tak bisa kau bawa.
Dan..
Ketika kau tak bisa mengendalikan rasa cintamu dan tak bisa menahan perih kala ditinggalkan..
Ketika kau yakin tak akan sanggup ditinggal kan..
Ketika hatimu menyayat dirimu tiap kau berpikir dia akan pergi..Maka janganlah mencintai..
Itu komitmen sederhana yang kumiliki. Aku akan berhenti mencintai. Tak akan jatuh cinta pada apapun dan siapapun.
Awalnya kukira aku akan bisa melakukannya.
Namun..
Dunia gelapku seakan berwarna satu persatu.
Seperti anak kecil yang sedang memainkan cat air, seperti itulah dia menorehkan warna dalam hidupku.Dia..
Dia dapat membuat komitmen yang ku bangun selama ini menjadi goyah.Menghancurkan dinding pertahanan yang kubangun susah payah. Begitulah dirinya..
Menerobos masuk dalam hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FantasyJika hidupku hanya membuatmu terluka.. Masih adakah alasan? Masih pantaskah? Jika aku berharap untuk bertahan hidup.. Hidupku ini melukaimu.. Namun, Bahkan matiku pun demikian. Mati dan hidupku melukaimu.. Apakah aku harus berharap agar aku tak pern...