8. JUST JOIN THE GAME

69 8 0
                                        

(Still Anggi P.O.V.)

Angga's Home 15.15

Kamar dengan pintu jati berukiran sederhana itu berisi sebuah lemari keca dengan kain merah menutupi isinya. Beberapa meja rias dan kursi besar ada yang dilengkapi dengan sandaran kepala maupun tidak. Sebuah kipas angin besar berwarna keemasan ikut terlihat. Ada banyak tempat tempat dan alat rias disini. Baru aku sadar ini adalah ruang berganti pakaian.

"Nona.. Kemari dan keringkan rambut anda" ujar seorang maid memanggilku

"Baiklah" ujarku yang langsung duduk disebuah kursi mirip tempat untuk cuci rambut di salon. Beberapa dayang mulai mengangkat kipas angjn besar keemasan dan meletakannya dibalik kursiku. Lalu Mengenakan mantel padaku. Seorang maid lain langsung melinting pakaiannya. Sepertinya dia yang akan bekerja sekarang. Rambutku menjuntai kebawah dan langsung dikeringkan dengan kipas angin besar berwarna keemasan tadi.

"Kenapa tidak memakai Hair-Dryer?" tanyaku menyuarakan pikiranku

"Kami tidak menggunakan Hair-Dryer nona. Hair-Dryer dapat merusak dan membuat rambut kering. Menggunakan kipas mungkin akan lebih lama tapi kami akan mempersingkat waktu nya. Yang penting keindahan rambut tetap terjaga." ujar maid itu sambil mengibas ngibaskan rambut ku didepan kipas angin itu.
Tangannya membelah dan meruas melintang memisahkan helai demi helai rambutku dengan cepat tapi tidak menyakitiku tentunya. 'Terkesan mengacak ngacak sih.. Tapi nyaman dan bertujuan untuk membuat rambutku lebih cepat kering.

Setelah itu, maid itu mulai mengambil sisir dan menyisir rambutku sehingga sangat rapi. Aku yakin dia maid khusus rambut melihat kerapian dan kehandalannya. Ia mulai menyisir dengan cepat namun lembut. Merapikan semua helai rambutku yang tadi sempat berantakan karena dikibaskannya. Kini rambutku sudah setengah kering, mungkin ¾ kering lah.

"Warna rambut nona asli" ujarnya. Aku bingung itu pertanyaan atau pernyataan.

"Iya" ujarku pelan takut salah bicara

"Warna nya asli dan indah. Warna coklat madu keemasan yang halus bukan berasal dari warna akibat panas matahari. Saya yakin anda keturunan orang luar ya?" ujar maid itu. Dia pasti bukan salah satu maid yang menemaniku mandi

"Iya, kamu bukan maid yang menemaniku mandi?" tanya ku penasaran

"Bukan, itu adalah dayang yang disiapkan memang untuk menemani majikan kami mandi nona. Kami para maid dibesarkan khusus di asrama milik Tuan Dizza, ayah Nyonya Clair. Asrama itu melatih bakat kita sebagai maid. Ada yang ditugaskan melulur atau memandikan majikan kami, memasak hidangan, merapikan rumah dan pekerjaan membersihkan rumah lainnya, serta penata rambut seperti saya, juga banyak pekerjaan lainnya." terangnya

"Asrama? Asrama Maid?" tanyaku

"Ya, awalnya kami hanya anak panti asuhan yang memiliki bakat, rajin atau hanya anak terlantar yang ditawari untuk mengikuti pendidikan dengan tujuan mengabdi pada keluarga Ardizza sewaktu besar. Maid ahli yang berbakat dibidangnya akan langsung dikirimkan untuk bekerja dan mengabdi pada keluarga Ardizza atau hanya bekerja di cabang cabang bisnis keluarga Ardizza. Menjadi pengabdi pada keluarga ini merupakan kehormatan kami. Kami sangat berterima kasih pada seluruh keturunan Ardizza karena telah menyelamatkan hidup kami. Dapat menyentuh tubuh keluarga ini saja sudah seperti kehormatan. Apalagi mempersiapkan salah satu orang yang akan bergabung menjadi keluarga Ardizza dan akan menyandang nama besar itu diakhir namanya. Kesempatan ini begitu langka dan istimewa. Kami terlewat senang sampai berjanji akan memperlakukan anda semua sebagai ratu dan junjungan kami. Tentunya, kami berharap kami tidak membosankan.. Maka dari itu kami sedikit membaur" terang maid itu sambil mulai menata rambutku

 MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang