"BERHENTI LO DASAR BRENGSEK!!"
"Angga..?"
Angga langsung menggebrak pintu dan menghajar orang orang yang memukuli Anggi tadi. Sementara Anggi masih terkulai lemas di lantai dengan darah segar mengalir di mulutnya.
"Angga.. Dengerin aku dulu!"
"DIEM LO DASAR BANGSAT!"
Angga sudah terlalu marah. Api yang telah berkobar kini tak mungkin lagi dipadamkan.
Angga langsung mengangkat tubuh Anggi dengan hati-hati. Ia pun berdiri menggendong Anggi.
"Kenapa lo gak mau dengerin gue?! Gue ngelakuin ini BUAT LO!"
"BRENGSEK! LO BANGSAT! MINGGIR"
"Ngga..!" terlambat. Angga sudah berlalu pergi meninggalkan gudang itu dengan Anggi yang tak sadarkan diri dipelukannya.
Michell merasakan kakinya melemas. Ia luluh terjatuh, menyatu dengan tanah "Dengerin gue dulu.." bisiknya parau sambil terisak, meski ia tau~
Angga tak akan mendengar nya.
*****
Anggi P.O.V
Mataku pelan pelan terbuka, langsung disambut matahari yang begitu terang.
Langit langit kamar menyapaku. Aku terbaring di ranjang kamar ku, dengan infus yang menggantung disampingku. Mataku remang remang dan seluruh badanku terasa remuk tak berbentuk..apa yang terjadi?
"Iya dok, saya akan jaga dia" Angga berbicara di ambang pintu dengan pria ber jas putih
Pria itu tersenyum dan menepuk pundak Angga. Kemudian dia berlalu pergi. Setelah pria itu hilang sepenuhnya ditelan jarak, Angga datang menghampiri ku dengan senyum penyesalannya.
"Maaf.. ini salahku" bisiknya lirih sambil menggenggam tanganku erat erat. Kepala nya tertunduk, terlihat menyembunyikan mata dengan penuh penyesalan. Ia menunduk dalam dalam membuat poni nya menutupi wajah.
"A-" badanku terasa sangat sakit bahkan hanya untuk menjawabnya. Akhirnya aku hanya tersenyum hangat sambil mengelus elus tangannya yang masih menggenggam ku.
"Seharusnya aku ada disampingmu"
"Kau ada disamping ku" dengan sekuat tenaga aku berusaha membuka mulut, setidaknya aku berupaya membuat Angga tak terlalu merasa bersalah.
"Seharusnya aku SELALU ada disampingmu.. Kapanpun.. Dimanapun" Angga mempererat genggamannya. Aku hanya tersenyum lemah, matanya masih belum menatap mataku. Masih bersembunyi dibalik poni yang menjuntai
"Tapi nyatanya.. aku malah meninggalkanmu.." bisiknya lirih
"Kau tidak meninggalkan ku.. Tak pernah"
Angga menggenggam tanganku erat. Kini tangannya serasa meremas tanganku.
"Nggi.. aku selalu kehilangan orang yang kucintai sejak dulu. Ayahku, sahabatku, teman temanku.. Semuanya.." tangannya mulai melemas
"Aku tau" jawabku pelan
"Dan untukmu.. Aku tak ingin.. Bahkan enggan memikirkannya--"
"--Bagaimana jika kau pergi? aku bahkan tak mungkin bisa membayangkan betapa hancurnya aku saat itu terjadi.. Kau membuatku mengerti kehidupan. Semuanya.. Hanya kamu yang menerangi hidupku setelah mama"
Angga berdecih sambil tersenyum "cih. Memalukan ya kata kata ku? Aku ini pria macam apa? Kenapa aku curhat pada wanita?" ia mengejek dirinya sendiri"Kau juga manusia. Kau selalu bisa menangis, atau mengungkapkan perasaanmu padaku.." bisikku lirih
Angga menghela nafas pendek dan menghembuskannya kasar "Bisakah kau mengabulkan satu permintaanku?" tanya nya dengan mengangkat wajahnya, menatapku penuh harap. Aku mengangguk lemas
![](https://img.wattpad.com/cover/65459473-288-k378231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FantasyJika hidupku hanya membuatmu terluka.. Masih adakah alasan? Masih pantaskah? Jika aku berharap untuk bertahan hidup.. Hidupku ini melukaimu.. Namun, Bahkan matiku pun demikian. Mati dan hidupku melukaimu.. Apakah aku harus berharap agar aku tak pern...