21. Kado Terakhir

53 5 0
                                    

Leona dan Angga mengamati Anggi yang masih tertidur lelap,

"Lihatlah dia.. Manis sekali bukan?" Leona tersenyum getir, menahan matanya untuk tidak menangis menatap wajah putrinya yang sakit sakitan.

Angga menatap Anggi dengan lembut, seolah tatapan tajam sedikit saja mampu menusuk dan menyakiti Anggi.

"Ya, kau melahirkan seorang malaikat bunda" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Anggi.

"Berapa lama lagi?" bisik bunda parau,

"Berapa lama lagi dia akan sanggup bertahan?" air mata yang sedari tadi ditahan mulai tumpah, menelusuri pipi dan membasahi bibir Leona yang bergetar menahan perih.

"Berapa lama lagi ia akan ada disamping kita?"

Angga hanya bergeming, menatap lurus dengan tatapan kosong pada Anggi yang masih terlelap.

"Semua kebahagiaan disisa hidupnya.. Kuserahkan padamu, Angga"

*****

Angga tetap setia berdiri disamping ranjang, tempat Anggi terbaring dengan infus ditangannya yang kurus.

"Angga.." Anggi bergumam dalam tidurnya

"Nggi? Kenapa?" dengan sigap, Angga mengambil posisi duduk di samping ranjang dan mengelus pelan rambut Anggi.

Anggi terbangun dan tersenyum hangat.

Rasanya hatinya tenteram setiap merasakan pria ini disampingnya. Timbul perasaan dalam dirinya untuk memberikan kenang-kenangan pada Angga. Kenang kenangan yang selama ini sudah ia siapkan. "Aku punya sesuatu untukmu..." ujar Anggi lemah serta tersenyum.

"Sesuatu?" tanya Angga ragu

"Iya" Anggi mengalihkan pandangannya pada tumpukan kotak di atas lemari disamping kasurnya.
Anggi hendak berdiri kalau saja tangan kokoh Angga tak menahannya.

"Biar aku yang ambilkan" ujar Angga dan berdiri mengambil salah satu kotak itu.

Anggi tersenyum menerimanya, "Ngga.. Aku mau kau menyimpannya" Anggi mengelus kotak putih dengan pita emas di pangkuannya.

Ketika Angga menolehkan kepala hendak melihat apa yang ada didalam kotak, Anggi menutupinya "Tapi kamu harus berjanji satu hal padaku," Anggi menyuguhkan kelingking nya, berusaha mengamit kelingking Angga untuk mengikat sebuah janji
"Jangan membukanya, selama aku masih melarangmu"

Angga terdiam. Hanya menatap gadis didepannya yang sudah sangat lemah. Beberapa organ dalamnya rusak saat pengeroyokan itu, dan penyakitnya pun sudah menggerogoti dirinya dari dalam.

"Diam berarti iya!" ujar Anggi semangat sambil mengamit jari kelingking Angga. Angga hanya sanggup tersenyum pedih.

*****

Cuaca sedang mendung, langit berubah menjadi keabu-abuan dan awan hitam menggumpal. Menutupi sang raja langit, dan merenggut sinar keemasan yang menyinari bumi, menggantinya menjadi kegelapan dan sinar abu-abu.

Angga menatap keluar jendela, melihat tanaman diluar yang bergoyang-goyang mengikuti irama angin yang meniupnya.

"Angga..." bisik Anggi lemah,

"Hm?" Angga menolehkan kepalanya, menatap manik sayu milik gadis cantik yang berada di atas kasur.

"Aku bosan, ingin sekali jalan-jalan.." ujar Anggi

"Tapi tubuhmu masih sangat lemah,"

"Aku nggak pa-pa kok Ngga! Aku masih sanggup jalan"

"Jangan Nggi, kamu masih belum sehat.."

 MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang