Remang remang cahaya lampu yang temaram mulai menyambut Anggi.
Matanya baru saja terbuka, ia berusaha mengumpulkan nyawa seluruhnya."Udah bangun lo.. Sleeping Beauty?" terdengar suara wanita dengan nada sok manis yang tak asing di telinga Anggi.
"Siapa lo? Orang bangun tidur, nyambut nya kagak enak banget" sahut Anggi, dia masih belum sadar dia ada dimana.
"Hiih.. Ga punya sopan santun lo ya?!" Wanita itu berteriak geram.
"Siapa sih lo?" Anggi berusaha membuka matanya dengan jelas, nyatanya cahaya lampu terlalu menyilaukan untuk matanya.
"Lupa sama gue? Oh my god.. Jahat banget sih lo.. Sampe lupa sama gue. Ini gue, masa lupa?" wanita itu berbicara alay "Gue.. Yang ngambil Fist Kiss nya kekasih lo" ujar wanita itu dengan senyum psikopat.
Mata Anggi terbelalak kaget "Michell?!" baru dia mendapatkan kesadaran seutuhnya.
"Ooh.. So sweet.. Kamu inget aku rupanya?" Michell terdengar ingin bermain main.
Anggi sudah sadar. Saat ini dia sedang diikat di sebuah bangku kayu. Kaki dan badannya diikat. Sementara di hadapannya Michell dengan sok anggun dan kakinya yang saling tindih duduk di atas kursi kayu sambil memainkan pisau di tangannya.
Di belakang nya, beberapa wanita dengan jas hitam dan kacamata hitam berderet rapi. Seolah menjaga tempat Ini.Tempat ia disekap sekarang ini berupa bangunan tua yang hanya diterangi sebuah lampu yang remang remang. Tempat ini mirip gudang tak terawat dan gelap sekali.
"Gue dimana?" tanya Anggi
"Lo gue culik dan gue sekap" Michell tersenyum sok manis.
"Gue tanya nya, gue dimana! Kalo masalah diculik itu gue udah tau kali.. Gue sih ga bodoh bodoh banget, gue diiket di ruangan gelap begini. Ga mungkin 'kan gue di ajak dansa? Ya jelas Gue disekap lah!" Anggi ngerocos panjang lebar
"Hiiih! Lo tuh ya! Berisik banget!"
"Mangkanya lepasin Gue! Daripada gue pecahin telinga lo?!" Anggi malah mengancam
"Ogah bangeet yaw"
"Bisa gak lo ngomong ga usah se alay itu?! Jijik gue-,-"
"Suka suka gue dong"
"Serah lo"
"Hiih berisik!"
"Orang gue udah diem"
"Bisa diem gak?!"
"Mangkanya lo jangan ajak gue ngomong!"
Michell menghela nafas panjang. Ia sepertinya lelah bermain main, ia akan langsung To The Point sekarang "Lebih baik lo jauhin Angga"
Anggi tercengang dengan perkataan wanita dihadapannya itu. Tanpa rasa bersalah seenaknya memerintah orang.
"Sorry, gue calon istrinya! Lo bilang suruh gue ngejauhin Angga? Hah?! Plis ya.. Maaf maaf aja! No way!"
Mendengar jawaban Anggi, Michel mendelik marah.
"Lo itu bakal nyakitin dia! Gue yang pantes jadi calon istrinya! Bukan lo! Lo itu rendahan! Murahan! Gak level sama Angga"
"Oo begitu?" Anggi malah terdengar mengejek "Nyatanya Angga milih gue kok. Dan gue ga nyakitin dia! Lo bilang sendiri lo gak mau nikahin dia kan?! Ngehancurin hidup dia, Dan lo tiba tiba dateng seenaknya cium dan hancurin dia waktu dia udah bahagia?!" Anggi mendecih menghina "Lo bilang gue murahan?! Ga level?! Hah! Seenggaknya gue gak mencaci maki dia! Teriakin Bilang dia pembunuh, padahal lo yang pembu--"
"SIAPA YANG NGASIH TAU LO MASALAH ITU?!" Michell berteriak geram
"Angga"
Michell tersenyum menghina. Frustasi dan murka! "Ya.. Gue bilang gitu! Gue bilang gue gak sudi lihat dia ataupun nikahin dia! Tapi gue tarik kata kata gue"
"Lo hidup gak bisa seenaknya kali.. Apa yang udah lo ucapin gak akan bisa Lo tarik sampai kapanpun!
Kalo lo masih maksain 'Cinta' lo ke Angga, itu namanya lo Egois!""Gue egois?! Ya! Gue egois!" Michel berteriak "Gue akan terus berusaha dan gue bakal dapetin Angga! Termasuk kalau caranya cuman dengan membunuh lo, gue bakal lakuin. Dia bisa bahagia tanpa lo! Dia bisa lebih bahagia dengan gue! Bukan dengan lo"
"Lo gak bisa maksain Cinta lo.. Sampai kapanpun lo gak akan bisa!"
"Lo gak tau perasaan gue! Gimana jadinya kalo lo harus hidup dengan menanggung penyesalan bertahun tahun!" ujar Michell terdengar sedikit parau dan frustasi. Anggi memilih diam, dia tau ini bukan saat nya untuk berbicara.
"Gue nyesel udah nuduh Angga.. Gue nyesel maki maki dia! Dan gue.." Michell semakin parau
"Gue nyesel jatuh cinta sama dia"
"Kalau gue bisa putar balik waktu, gue hancurin perasaan ini dari dulu! Gue sakit! Gue menderita! Kenapa? Karena dia lebih cinta lo dibanding gue.." Michell terus berbicara"Gue pingin dia bahagia.. Cuman itu.." Michell berujar lirih
"Kalau itu mau lo, kenapa gak lo relain dia? Dengan begitu dia bakal bahagia kan? Keinginan lo tercapai.." ujar Anggi memberanikan diri bersuara.
Tatapan Michell berubah mengerikan, penuh amarah "Relain dia?! Sama lo?! Mikir! Dengan itu dia malah semakin menderita! Lo gak sadar lo itu jauh lebih egois?!" Michell berteriak dengan mata yang basah. Ya, Anggi sadar kata kata nya terdengar sangat egois.
"Karena lo itu penyakitan! Cacat! Bentar lagi lo mati! Lo gak mikir kalau dia Cinta sama lo dan waktu lo pergi dia terluka lagi?! Ga sadar lo selama ini dia udah kehilangan banyak orang yang dicintainya?! Gak sadar lo bakalan nyakitin dia?! LO EGOIS!"
"Hidup lo itu.. Cuman buat ngehancurin dia!" Michell menunjuk Anggi dengan murka.
"HIDUP LO ITU.. CUMAN BUAT NGEHANCURIN ANGGA!"
Hati Anggi serasa ditusuk seketika.. Semua harapan nya yang dibangun tinggi tinggi remuk begitu saja. Ia berharap akan membahagian Angga, membebaskan pria yang dicintainya itu dari penderitaan..
Namun, secara tak sadar ia akan menjadi penyebab Angga menderita.
"Lo bakalan pergi.. Ninggalin dia.. Dan saat itu terjadi, lo gak akan ada disisinya buat dia. Lo gak akan bisa memberikan pundak lo atau pun kehangatan buat dia! Dia akan semakin menderita.."
"Kalau gue biarin dia sama lo, kalau gue relain dia sama lo.. Bukan dia yang bakal bahagia, tapi lo! Lo sendiri! Dan sama aja gue bantu lo ngebunuh Angga pelan pelan" Michell melempar tatapan miris. Anggi hanya terdiam. Hatinya masih remuk redam. Badan nya kaku, tak sanggup digerakan.
"Dan karena Gue sayang sama dia.. Gue bakal buat itu gak akan pernah terjadi.. Karena itu.." Michell tersenyum puas
"Lo harus MATI"
"Mati dengan cara yang bener-bener menyedihkan.. Gak akan cukup kalau gue kasih kematian yang mudah ke elo!"Michell berbalik tubuh, sementara Anggi masih tak sanggup menggerakan tubuhnya sedikit pun. Otaknya masih mencerna kata kata Michell tadi.
Segera, keempat wanita dibelakang Michell tadi maju dan memukuki Anggi.
Perutnya dihantam! Pipinya ditinju!
Mulutnya bahkan mengeluarkan darah setelah ditendang.Namun tak ada pukulan yang terlalu menyakitkan untuk membuatnya menyingkir atau bergerak menyelamatkan diri.
Hatinya jauh lebih sakit~
Ia kehilangan alasan untuk bertahan hidup.
Karena hidupnya, hanya akan menyakiti orang yang dicintainya.
Setelah ia tahu hal itu, masih Pantaskah dia berharap untuk hidup?
Tidak.
"Selamat tinggal Angga" bisiknya lirih Dan pasrah. Ia tak perduli jika ia harus mati sekarang..
"BERHENTI LO DASAR BRENGSEK!!"
Michell tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya
"Angga...?"
******
So, Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FantasiaJika hidupku hanya membuatmu terluka.. Masih adakah alasan? Masih pantaskah? Jika aku berharap untuk bertahan hidup.. Hidupku ini melukaimu.. Namun, Bahkan matiku pun demikian. Mati dan hidupku melukaimu.. Apakah aku harus berharap agar aku tak pern...