Angga bergeming didepan pemakaman. Menatap gundukan tanah yang bertabur bunga didepannya. Cuaca seolah tak mendukung, bagaimana tidak? Ditengah pemakaman ini, hujan deras mengguyur dan membasahi bumi. Membuat semua orang yang hadir mau tak mau harus membawa payung.
Kata orang, jika terjadi hujan saat pemakaman, berarti mereka sangat kehilangan..
Ya, dan Angga sangat kehilangan Anggi..
"Angga, ayo pulang" mama Clair menepuk pundak Angga, berharap anaknya mau mengikutinya pulang.
"Duluan saja ma, aku masih mau disini" ujar Angga sambil menatap lurus ke arah batu nisan itu. Menatap nama dari orang yang sangat ia rindukan.
Nama. : Anggina Lailasari
Lahir. : 18 November 1996
Meninggal. : 3 Mei 2014Nama gadis yang ia cintai terukir diatas batu nisan. Batu nisan yang tertancap diatas gundukan tanah bertabur bunga yang diguyur hujan sore ini. Semua orang sudah pergi, hanya tinggal Angga yang setia terduduk di samping kuburan ini.
Jika biasanya ia akan berdiri disamping Anggi, kemarin ia berdiri disamping ranjang Anggi, dan hari ini ia ada disamping makam Anggi.
"Kamu sudah pergi ya Nggi?" bisik Angga sambil tersenyum perih.
"Apa kamu bahagia sebelum kamu pergi? Apa aku sanggup membahagiakan mu?" tanya Angga miris.
Tangan kiri Angga yang tadinya memegang payung hitam itu mengendur, melepaskan payung itu ke tanah. Membiarkan rinai hujan menyerbu dan membasahinya.
"Padahal, aku berharap masih bisa melihat mu tertawa hari ini."
"Padahal, hari ini rencananya aku akan memesan gedung pernikahan kita"
"Masih banyak yang ingin kulakukan denganmu.. Tapi kamu memilih pergi duluan" Angga meremas tanah dengan tangannya.
"Masih banyak persiapan pernikahan yang harusnya kita siapkan. Tapi, semuanya batal"
"Aku ingin disini," Angga menitihkan air mata "Aku ingin ada disisimu lebih lama," Ia tersenyum miris "Aku ingin bersamamu lagi," Air matanya jatuh, berbaur sengan air hujan yang mengguyur.
"Aku ingin menyusulmu.."
****
Ditengah hujan, Angga berjalan gontai. Lemas dan kehilangan arah.
Tak perduli pakaian dan seluruh tubuhnya basah akibat air hujan. Ia tetap berjalan dibawah langit sore yang menumpahkan hujan.
Langit sedang menangis.
Menangisi kisah cinta pilu yang berakhir dengan cara ini.
Semua burung masuk ke sarang, ikut berkabung dirundung duka. Langit menggelap mengurung Angga dalam kesedihan dan kegelapan.
Angga tetap membiarkan hujan membasahinya. Dengan harapan, hujan akan membawa setiap perihnya seiring dengan bulir hujan yang mengalirinya. Dengan harap, hujan akan menyamarkan air mata yang mengalir dari kelopak matanya.
Angga tetap tak ingin membiarkan Anggi melihatnya menangis di surga sana.
****
Sudah seminggu sejak kepergian Anggi.
Clair dirundung duka karena seminggu ini Angga tak mau makan sama sekali, ia mengurung diri dikamar. Meringkuk seperti janin dalam kegelapan kamar.
Mendekap dirinya, menahan rasa perih yang membuncah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FantasiaJika hidupku hanya membuatmu terluka.. Masih adakah alasan? Masih pantaskah? Jika aku berharap untuk bertahan hidup.. Hidupku ini melukaimu.. Namun, Bahkan matiku pun demikian. Mati dan hidupku melukaimu.. Apakah aku harus berharap agar aku tak pern...