Terlahir dari keluarga yang menyenangkan. Dikelilingi tawa dan kebahagiaan sejak kecil. Dikelilingi sahabat-sahabat yang membuatku bahagia.
Lengkap.
Namun suatu hari dimasa SMP ku, semuanya lenyap.
Seperti sebuah berita yang menghancurkan semuanya..
Aku difonis penyakit kronis yang merenggut kebahagiaanku.
Bagaimana aku bisa bahagia kalau aku tau bahwa hidupku tak lama lagi?
Sejak saat itu, dokter menyarankan aku untuk rawat inap. Aku menjalani homeschooling demi pendidikanku. Tapi setelah keadaanku memburuk, semua kegiatan belajarku terhenti.
Yang bisa kulakukan hanya membuat bagau origami, setidaknya dapat mengisi waktu luang. Dan mereka bilang, jika kau memiliki 1000 bangau origami yang kau buat dengan cinta dan harapan, maka satu keinginanmu akan terwujud.
Aku membuatnya terus menerus sambil sesekali menatap jendela, menatap langit dan menatap matahari yang bertakhta dilangit luas.
Matahari itu selalu pergi keperaduan nya untuk mengistirahatkan diri setiap penat menyinari bumi. Hilang ditelan siluet dilangit merah, kemudian kembali untuk beristirahat. Menanam janji tak terucap bahwa esok akan kembali. Sang dewi malam datang dan menari diatas langit untuk menggantikannya.
Ya, setiap hari itulah yang kulihat lewat jendela. Aku iri pada matahari, ia selalu punya tempat untuk kembali. Kehadirannya merupakan hal yang ditunggu setiap manusia. Berbeda jauh denganku, yang tak memiliki tempat untuk kembali ataupun sekedar bersembunyi. Kupikir, Tak akan ada yang menginginkan hidup seorang gadis yang sakit-sakitan.
Kujalani hidupku dengan pasrah, tak sedikitpun menemukan alasan kenapa aku harus bertahan hidup. Alasanku membuat bangau origami juga karena aku ingin membuat sedikit keajaiban yang memungkinkan aku untuk berharap.
Sampai suatu saat, aku melihatnya. Duduk diatas bangku taman dan larut dalam kesibukannya pada buku. Tak sedikitpun menggubris orang irang yang melihatnya. Untuk pertama kalinya sejak difonis sakit, aku tersenyum.
Aku tak tau pasti kenapa aku tersenyum saat itu. Tapi rasanya aura yang memancar dari tubuh pria itu penuh ketenangan.
Dialah Gifran Dizza Anggara Putra. Pria yang membuatku memiliki alasan untuk tetap bertahan hidup.
Satu tahun kulalui hanya dengan memandangnya, melihat dari balik jendela sampai kuputuskan untuk menghampirinya. Aku terus-terusan berusaha sembuh agar dapat izin untuk menemuinya. Keadaanku membaik, dan aku diizinkan keluar rumah sakit untuk bertemu dengannya.
Dari kecil, aku ingin menjadi ilmuwan atau penemu hebat. Agar semua orang mengenal dan mengingatku. Aku ingin diingat oleh semua orang. Itu adalah mimpiku dari dulu. Namun menyadari penyakitku, aku sadar bahwa tak mungkin mewujudkannya. Setidaknya, jika tak diingat semua orang didunia, aku ingin diingat oleh orang yang ku cintai.
Karena jika aku matipun, aku akan hidup kekal abadi dalam ingatannya. Aku akan terus hidup.
Aku ingin diingat oleh orang yang mencintaiku. Dan entah kenapa, aku ingin masuk dalam kehidupan Angga dan membuatnya mengingatku nanti.
Bertemu dengannya dan menjadi bagian dari hidupnya adalah hal terindah yang kuterima.
Tapi lagi-lagi penyakit itu menghalangiku, membuatku harus meninggalkan Angga.
Aku menyakitinya, aku memang ingin diingat supaya aku bisa hidup dalam ingatannya. Tapi itu malah menyakitinya, bukankah jika aku masih menginginkan dia mengingatku itu namanya aku egois? Sama saja aku ingin menyakitinya bukan?
Karena itu, aku memohon dengan sangat agar dia melupakanku.
Dengan begitu dia akan bahagia~
Meski mengorbankan keinginan ku untuk diingat.
Aku tau aku juga egois kalau aku menyimpan kenangan itu untukku sendiri.
Tapi yang kuinginkan hanya melihat orang yang kucintai bahagia.
Selamat tinggal, semoga kau bahagia tanpaku..
~THE END~
Spam Update, pingin cepet kelar :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FantasyJika hidupku hanya membuatmu terluka.. Masih adakah alasan? Masih pantaskah? Jika aku berharap untuk bertahan hidup.. Hidupku ini melukaimu.. Namun, Bahkan matiku pun demikian. Mati dan hidupku melukaimu.. Apakah aku harus berharap agar aku tak pern...