"AFKAAA!" Seru Zeta.
Afka sama sekali tidak mendengarnya, Afka malah masuk ke dalam mobil kemudian mobil itu melaju pergi...
---
Afka mengemudikan mobilnya sambil melamun, Ia melihat Zeta di skydinning yang Ia akui romantis. Namun, Zeta bukan bersamanya melainkan orang lain yang tidak dapat Ia lihat jelas wajahnya.
Zeta terlihat sumringah bukan? Ia tak terlihat di dalam kondisi badmood ketika Afka tidak jadi datang. Apakah laki-laki itu lebih penting darinya? apa laki-laki itu bisa membuat Zeta lebih bahagia? Pikiran yang tidak jelas sumbernya bersarang di pikiran Afka.
TINNNNNN
"Hati-hati mas" Seru seorang perempuan paruh baya yang sepertinya tadi membunyikan klakson.
"Iya bu, maaf" Jawab Afka
Perempuan itu berlalu melewatinya
Huft.
Afka melamun lagi tadi, untungnya orang itu membunyikan klakson yang membuat Afka sadar dari lamunannya. Pikiran itu tidak mau pergi dari otak Afka. Tapi Ia harus tetap menyetir dengan benar.
o-o
Zeta menatap kepergian Afka, Zeta tidak mungkin salah lihat. Zeta sudah hafal dengan postur tubuh dan gerak gerik Afka. Tapi kenapa Afka bisa disini? Kenapa Afka tidak menjemputnya?
Zeta mencari taksi yang lewat dan segera pulang.
o-o
Untungnya Afka sampai rumah dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Ia masih kepikiran dengan apa yang dilihatnya beberapa jam yang lalu.
Jam menunjukkan pukul 00.24 namun Afka belum bisa tidur.
Afka bingung, Ia baru kenal dengan Zeta beberapa ari yang lalu. Tapi Zeta selalu ada dipikirannya. Tak pernah pergi.
Afka memutar mutar handponenya, Ia ingin bertanya pada Zeta tapi Ia takut Zeta mengetahui apa yang ada di pikirannya.
Ia mengambil buku dan memegang beberapa halaman secara asal.
Tanya.
Engga.
Tanya.
Engga.
Tanya.
Engga.
Tanya.
Engga.
Tanya.
Eng.....
Halaman yang Ia pegang habis, berarti Ia harus bertanya. Tapi Ia belum yakin, Ia mengambil handphonenya dan membuka aplikasi chat di handphonenya. Kali ini Ia akan menentukan dengan berapa jumlah OA yang masuk ke handphonenya.