9. Blank Space

102 11 2
                                    

MATI


--

Zeta dan Afka sama sama menoleh ke sumber pekikan tersebut dan menemukan Alen disana dengan kantung belanjaan di tangannya.

Alen menarik Zeta dan mendorong Afka secara paksa.

"KAMU NGAPAIN, TANTE KIRA KAMU ANAK BAIK BAIK YA!" Alen berteriak keras. Hingga membuat Afka mundur beberapa langkah.

Jari Zeta masih mengeluarkan darah hingga menetes ke lantai, namun Alen tidak menyadarinya. Alen terlalu marah melihat Afka yang sedang menghisap jari Zeta.

"Tante, tangan Zeta berdarah" Kata Afka dengan suara yang Ia usahakan tenang.

"Jangan bohong!" Pekik Alen. Alen terlihat seram kalau marah seperti itu.

"Tuwwww" Tunjuk Afka dengan matanya yang mengarah ke jari Zeta.

"Astagaaaa!!" Alen kelabakan sendiri mencari kotak P3K yang entah kenapa susah dicari ketika dibutuhkan.

"Ta, perih banget ya?" Tanya Afka saat Alen langsung lari melihat jari Zeta. Afka memegang tangan Zeta supaya darahnya tidak menetes ke lantai.

Zeta hanya menjawab dengan ringisan, jarinya benar benar perih. Memang ini salahnya karena tidak berhati hati saat mengiris bawang. Bukan bawang yang Ia iris, malah jarinya sendiri.

"Zeta sini jari kamu" Perintah Alen saat telah menemukan kotak P3K. Alen membersihkan dan membebat luka itu dengan kain kasa disana. Jari Zeta terlihat seperti mendapat luka besar, padahal hanya irisan. Ya, meskipun cukup dalam.

Sekarang posisi mereka bukan lagi di dapur melainkan di ruang tamu.

"Mah minta maaf tuh sama Afka, masa di teriakin gitu" Senggol Zeta saat mamahnya sedang menonton tv tanpa menghiraukan Zeta dan Afka.

Alen menghentikan kegiatannya "Maafin tante ya Ka, tante kira kamu macem macemin anak tante"

"Ehehe, Gapapa kok tan" Jawab Afka canggung.

"Lagian kalian ngapain di dapur?" Tanya Alen penasaran. Ia tahu Zeta tidak pernah menyukai dapur. Zeta pernah terkena cipratan minyak panas sehingga 'ogah' akan menjadi jawabannya saat diajak ke dapur. Orang yang bisa memaksa Zeta ke dapur hanya Garen, bahkan ibunya pun tak bisa memaksanya.

"Laper lah mah, mamah gak pernah masak" Jawab Zeta sambil memutar bola matanya.

"Loh kan kamu gak mau diajak ke dapur?" Tanya Alen selidik.

"Engg.........." Zeta bingung. Benar kata mamahnya, Ia paling ogah diajak ke dapur apalagi masak seperti tadi. Tapi barusan?

"Eh itu, si itu siapa si nama Lo?" Tanya Zeta kepada Afka. Saking paniknya Ia mencari alasan hingga melupakan nama orang yang menjadi teman -dekat- barunya di sekolah baru -juga-.

"Oh, iya. Afka! Afka bisa masak mah, makanya tadi Zeta bantuin ke dapur" Seru Zeta setalah mendapat alasan yang Ia anggap masuk akal.

"Beneran Ka? Jarang loh cowok bisa masak" Goda Alen pada Afka.

"Sering bantuin mamah di rumah tan, jadi ya gituu" Jawab Afka berusaha santai, padahal Ia malu mampus dipuji kayak gitu. Apalagi pujiannya keluar dari mulut mamah Zeta.


Loh, kalo mamah Zeta terus kenapa?

Okesip. Afka mabok.


"Tuh, Afka aja bisa masak. Masa kamu ngga?" Ledek Alen kali ini ke Zeta.

"Tiap orang punya passion beda beda kali" Zeta paling malas kalau dibanding bandingkan. Apalagi sama Afka.

Pretty HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang