Mamah...
---
Afka melihat mamahnya sedang duduk di hadapan sensei, bu Meta dan bu Rena selaku guru bimbingan konseling.
Bola matanya melebar, Ia terkejut mengapa mamahnya, atau lebih tepatnya mamah tirinya berada disana.
Untuk apa juga Ia datang? untuk melaporkannya nanti pada papahnya?
"Afka, silahkan duduk" Perintah bu Rena dengan nada tegasnya.
"Jadi, apa kamu hendak memberikan pembelaan?" tanya bu Rena lagi setelah Afka duduk disebelah mamahnya, karena hanya itu bangku yang tersedia.
"Dia malu-maluin saya di depan kelas bu? salah saya kalau malu maluin dia juga di depan kelas?" tanya Afka dengan nada yang di datar datarkan. Padahal, hatinya sedang tidak karuan.
"Tapi, sensei bilang kamu yang merusuh dikelasnya?" Kali ini giliran bu Meta yang bicara.
"Merusuh? saya emang ngapain sensei?" Afka mengarahkan pandangannya kepada sensei yang duduk di hadapannya.
"Kamu kurang ajar!" Bentak sensei di luar kendali.
"Siapa suruh sensei main main sama saya?" Jawab Afka enteng. Tadinya Ia merasa bersalah pada guru ini, namun sekarang emosinya sudah terpancing.
PLAKKKK
Tamparan mendarat mulus di pipi kiri Afka. Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut dengan kejadian itu. Termasuk juga yang sedang diluar. Ya, Zeta.
Zeta sangat penasaran apa yang terjadi didalam, barusan suara tamparan terdengar sangat nyaring. Ia yakin seratus persen bahwa korbannya adalah Afka.
Kemudian terdengar lagi suara perempuan dari ruangan tersebut.
"Ibu yang sekarang kurang ajar pada anak saya, siap siap untuk dipecat." Sekarang mamah tiri Afka yang berbicara.
"Saya pikir anak saya yang butuh pelajaran, ternyata guru disini yang butuh pelajaran." Cetus mamah tiri Afka, tajam.
"Kita pulang." Mamah Afka menarik lengan Afka secara paksa.
Afka hanya menurut, Ia tidak menyangka mamah tirinya akan membelanya seperti itu. Malah, Afka berfikir mamah tirinya akan menjatuhkannya di depan guru guru kemudian melapor pada papahnya.
Ketika mereka berdua sampai di luar ruangan terkutuk itu, bola mata caramel milik Afka langsung bertabrakan dengan sosok Zeta yang sedang duduk di bangku dekat ruangan itu. Wajahnya terlihat cemas, namun tetap.... manis.
"Ta?" Panggil Afka yang membuat Zeta kaget.
"Lo gapapa?" Zeta langsung berdiri dan tangannya mengelus wajah Afka yang memerah bekas tamparan.
"Gue ga-ga-pa-pa kok" Afka gagap, darahnya tak mengalir normal saat tangan Zeta menyentuh wajahnya. Hangat.
"Ehem"
Seseorang berdehem, Afka lupa disana ada mamah tirinya. Zeta dan Afka langsung menoleh bersamaan. Afka terlihat canggung dan Zeta salah tingkah.
"Kenalin, Zeta" Afka mengenalkan Zeta ke mamah tirinya dengan nada dingin.
"Kenalin tante, nama saya Zeta. Teman sekelasnya Afka" Zeta mengulurkan tangannya dan tersenyum hangat saat Ia tau itu adalah mamah Afka, tapi Ia tidak mengetahui bahwa itu mamah tirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Hurts
Novela JuvenilKemanapun kamu pergi, takdir mu tak pernah berhenti.