18. Crash

17 2 0
                                    


Crash

"Ma, udah berapa kali si Afka bilang jangan suka pergi gak ngabarin gitu. Kalo Papa pulang terus tau Mama sendiri keliling, yang digantung duluan pasti Afka." Cecar Afka.

"Cuma sebentar, niatnya pengen ngisi kulkas Ka. Kamu gak usah lebay gitu deh."
Kiraz membela diri, sekarang sepertinya posisi Kiraz terbalik dengan Afka. Kiraz yang dimarahi seperti anak kecil, anaknya yang satu ini memang aneh.

"Ngisi kulkas? susu coklat aku?" Sekarang matanya berbinar binar. Yatuhan Afka berumur 17 tahun dan masih bergantung dengan susu cair rasa coklat dengan merk yang harusnya untuk anak kecil.

"Tenang aja." Kiraz tersenyum.

Afka langsung mencium Mamanya, benar benar seperti anak kecil yang baru mendapatkan apa yang Ia inginkan, Kiraz bahagia.

Suara langkah kaki mendekat ke arah ruang keluarga, menampilkan Reza dengan balutan kemeja yang dasinya entah kemana.

"Jadi, anak bandel ini ngapain lagi?"

"Pacaran terus." Sahut Kiraz.

"Apaan pacaran, ketemu Zeta juga nggak." Boro-boro pacaran, pesannya saja belum dibaca. Batinnya.

"Hah? Zeta yang tempo hari kesini?" Reza memancing – mancing adiknya untuk bercerita lebih jauh.

"Zeta yang Gue kenal cuma dia." Ketus Afka, Ia sekarang dalam mood yang kurang baik ketika mengingat belum bertemu Zeta seharian.

"Ooo, anak Mama udah gede ya." Suara jahil Kiraz membuat Afka menoleh dan memberi pandangan 'maksudnya?'

Mama dan Abangnya saling lirik penuh maksud, Afka masih belum mengerti.

Ketika Afka hendak melangkahkan kaki ke tangga, Ia terdiam.

2 detik...

3 detik...

"Reza Mama. Zeta bukan siapa siapaaaa!" Teriak Afka histeris ketika sadar bahwa sedari tadi Ia kelepasan berbicara.

Mereka terbahak melihat Afka lari dengan muka merah padam.

Afka sudah besar. batin Kiraz dan Reza.

---

Kelasnya gaduh, Zeta memilih membenamkan wajahnya dalam balutan hoodie yang Ia bawa. XI IPA 2 freeclass, wajar kalau kelasnya berubah menjadi venue konser + pasar. Ramai parah.

"Ta, yang lain seneng-seneng. Gak mau ikutan?" Tanya Afka sambil menarik narik hoodie Zeta.

Zeta mengangkat wajahnya dan memperhatikan sekitar.

Di pojok kelas ada segerombolan siswa laki laki yang sedang –entah menonton apa- dengan satu laptop sambil memasang wajah yang, entahlah.

Sedikit ke tengah, ada biang rusuh selain Afka yang bejoget ria diiringi musik dangdut. Sekelilingnya tertawa bebas.

Di bagian lain ada sekelompok perempuan yang sibuk tak lain dan tak bukan, gibah. Zeta memutar matanya.

"Gak. Males." Zeta kembali membenamkan wajahnya. Acuh, Afka kembali bergabung dengan kelompok tengah, ikut berjoget bersama.

"Kenapa kok gak ikutan yang lain?" Suara bariton seseorang mengusiknya, tapi bukan suara Afka.

Zeta sudah siap mencak mencak, namun mengurungkan niatnya.

"Males Ky." Jawab Zeta.

"Perpus? lebih damai." Mereka pun pergi meninggalkan kelas tanpa ada yang peduli, kecuali 2 orang di kelompok berbeda.

Pretty HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang