Candlelight Dinner
Suasana hening setelah cerita Afka berakhir. Tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membuka suara lalu mengeluarkan sepatah dua patah kata sehingga keheningan bisa pergi.
"Promise me?"
Zeta menoleh, lalu tanpa pikir panjang Ia mengacungkan kelingkingnya.
"Kayak anak SD, dasar bocah!" Cela Afka, namun tetap mengaitkan jari kelingkingnya sambil menampilkan senyumnya. Bebannya terangkat sedikit demi sedikit, ternyata siswa baru ini yang mengangkatnya. Memang takdir tidak ada yang dapat menebaknya.
Perempuan yang Ia tabrak di areal pemakaman adalah perempuan yang sekarang terbaring lemah sambil mengacungkan jari kelingking dan menampilkan senyuman tulusnya. Afka harus berkali kali bersyukur untuk semua yang Ia miliki.
"Zeaf Promise!!!!" Seru Zeta.
Senyuman Afka benar benar mengembang. Ia akan menjaga sepenuh hati yang ada dihadapannya sekarang, lagilagi Ia bersyukur.
---
Delta berdiri paling depan sebagai petunjuk jalan bagi teman-temannya. Wajahnya Ia pasang se cool mungkin untuk menarik perhatian disekitarnya.
Begitu sampai di depan pintu, Ia berhenti. Otomatis teman teman yang ada dibelakangnya pun ikut berhenti.
"Apaan si pake berenti?" Tanya Nesya ketus, Ia buru buru.
Nesya maju kedepan dan hendak membuka kenop pintu yang ditahan oleh Delta.
"Diem semuanya." Seru Delta sambil menempelkan telunjuknya pada bibir, sontak semua yang ada disana terdiam dan tanpa aba aba mereka menajamkan pendengaran masing-masing.
"Zeaf Promise!!!" Teriak seseorang perempuan dari dalam ruangan.
Nesya yang tingkat keponya paling tinggi membuka kenop pintu tersebut, menampilkan Zeta dan Afka yang sedang tersenyum lembut sambil menautkan kelingking mereka.
"CIEEEEE!" Teriak Delta bersamaan dengan teriak teman teman sekelasnya yang ikut menjenguk Zeta.
Mereka berdua menoleh, tampak lah rona merah di pipi keduanya. Hal tersebut tak luput dari perhatian Delta yang lagi lagi berteriak heboh.
"ANJING AFKA PIPINYA MERAH KEK BANCI TAMAN LAWANG." Teriaknya.
Zeta yang tadinya memalingkan wajah dengan reflek menoleh ke arah Afka. Ternyata benar di pipinya terdapat rona merah. Lucu, batin Zeta. Senyumnya terkulum.
"Delta, toa please. Ini lagi jengukin yang sakit." Nesya meliriknya tajam. Delta akhirnya tersenyum canggung. Teman-teman yang lain tertawa melihat tingkah Delta.
"Bully aja abang terus, Sya."Serunya dengan tampang yang Ia buat buat seperti orang yang terluka. Halah drama king Gozen sedang beraksi.
"Gimana keadaan Lo Ze?" Tanya salah seorang teman sekelas mereka.
"Kayak yang Lo liat, baik baik aja nih." Sahut Zeta. Ia senang teman-temannya datang untuk menjenguk.
"Iyalah seneng, liat aja noh pangerannya sampe lupa rumah." Celetuk Delta.
Semuanya pun kembali tertawa. Hingga seorang perawat masuk ke dalam ruangan Zeta untuk mengingatkan bahwa pasien lain butuh ketenangan.
"Lo si berisik." Seru Afka.
"Kalo sepi jadi horror, ini kan rumah sakit, pasti---"
"DELTA GUA GAK MAU DENGER!" Teriak Zeta yang dibalas kekehan semua yang berada di ruangan tersebut.