Sekarang Zeta disini, di depan rumah asri bergaya minimalis. Halamannya ditumbuhi berbagai macam tanaman hias, apalagi sulur anggur yang menjalar diatas jalanan menuju pintu masuk rumah ini.
'Gak takut ada uler masuk rumah apa'
Batin Zeta melantur kemana mana. Kalau kalian ingin tau, sebenarnya Zeta menahan gugupnya sedari tadi.
Pulang
Nggak.
Pulang
Nggak.
Pulang
Nggak.
Pu--
Upss, kelopak bunga matahari yang Zeta petik barusan habis, itu artinya Zeta harus lanjut masuk ke dalam rumah itu.
Zeta masih tidak yakin, bukan takut di usir, bukan. Tapi, Ia takut kalau ditanya alasannya kesini. Ia takut orang yang ada di dalam terganggu atas kehadirannya. Persetan dengan rasa penasarannya yang berlebihan hingga bertanya pada guru di sekolah kemana Afka hari ini.
'Berani pokoknya harus. Nanggung banget gils, udah sampe sini juga'
Pintu berpelitur putih sudah ada di hadapannya sekarang. Tinggal ketuk pintunya lalu masuk, mudah sekali!.
Tok tok tok...
Tiga ketukan pertama, dan belum ada seorang pun membuka pintu dihadapannya.
Tok tok tok...
Ketukan kedua, pintu itu masih belum terbuka dan tidak ada sahutan dari dalam.
Sepi....
'Gak ada orang kali ya. One more again, then u can go back home, Ta'
Oke, sekarang Zeta mengetuk pintunya lagi.
Tok tok tok...
Ketukan terakhir. Sepi.
Then, time to go.
Zeta membalikkan badannya dan hendak pergi dari rumah itu, tapi sepertinya Tuhan tidak ingin usaha Zeta untuk sampai kesini sia-sia.
"Lo siapa?"
Di depannya berdiri sosok laki-laki. -ralat- mungkin pria. Dengan setelan kemeja biru langit yang lengannya di gulung hingga siku, celana bahan hitam juga jas yang Ia sampirkan di bahu.
"Halo, anybody there?" Sekarang orang itu mengibaskan tangannya di depan wajah Zeta.
Zeta mengerjap, bloody hell. Ia tau tampangnya pasti akan sangat super duper konyol ketika terpaku pada uhmm mas mas ganteng di hadapannya ini.
"Umm, earth, mba. Eh sorry, dek."
"Eh, umm. Itu, hmm.. Lo siapa?" Zeta menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal, wajahnya pasti memerah sekarang. Mas mas ganteng di hadapannya ini sepertinya tau kalau Zeta terpaku dengan pesonanya.
"Gak salah? kok Lo nanya gitu?" Kali ini mas mas ganteng di hadapannya memajang wajah heran.
Zeta linglung sendiri, bingung kenapa sikapnya bisa se-memalukan ini.
"Eh iya, itu Aku. Eh ma.. maksudnya saya nyari temen disini" Aziz gagap mungkin akan tersaingi oleh Zeta setelah ini.
"Oh, pasti temennya--
ceklekk.
Pintu yang dari tadi ditunggu tunggu untuk terbuka sekarang benar benar terbuka, menampilkan laki-laki dengan wajah bantal dan rambut acak acakan khas bangun tidur, bahkan matanya masih menyipit. Damn. He looks so cute.