25. Second

3.6K 318 5
                                    

Citttttt

Brakk braakkkk


"Aliiiiiiii"
Pekikan Mila, Kevin dan Ricky membuat penonton yang dibawah ikut berteriak histeris.

Tak di duga pembalap yang akan di jadikan sasaran Ali ternyata sudah membaca strategi yang akan digunakannya. Sehingga dengan gerakan cepat pembalap itu membanting stir ke kanan tepat saat Ali melaju kencang di sampingnya untuk menyelip. Karna tak memperhitungkan ini Ali pun oleng membuat motornya terbentur tembok beton pembatas sirkuit. Tidak sampai jatuh karna Ali masih bisa menjaga keseimbangan nya. Namun karna itu benturan keras membuat jari kelingking dan manis nya patah.

"Ssshhh"
Ali meringis melihat dua jari kanan nya.

"Ali,,, katakan apa kau terluka !"

Seruan Max di earphone membuat sedikit semangat Ali down. Dia sudah membuat banyak orang cemas karna nya. Ali mencoba menggerakan jarinya lagi sambil menggigit bibir bawah nya menahan nyeri yang teramat sakit. Dia tak ingin Max mendengar rintihan nya.

"Jangan cemas" hanya itu yang bisa dia ucap kan.

"Bocah batu, aku tau kau bohong! Jangan dilanjutkan jika memang tak bisa ! Nyawa mu lebih berarti daripada pertandingan ini !"

Seru Max lagi menasehati Ali. Dia benar, jika Ali kembali mungkin lain kali dia bisa mencoba ikut lagi. Tapi kalau sampai Ali cidera kesempatan kedua tak akan ada lagi.

Tapi kembali lagi pada empunya. Bukan Ali jika dia menyerah begitu saja. Ini hanya dua jari nya yang terluka, kalau dia mundur maka sudah pasti akan mengecewakan semua orang yang mendukung nya. Dia sudah berada di sini, di arena yang dia impikan. Indonesi-Jepang bukan jarak yang bisa ditempuh hanya dengan naik motor. Akan sangat memalukan jika dia pulang ke negara nya dengan tangan kosong. Akan sia2 pula dia melepaskan segala yang dipunya.

"Ini tak boleh terjadi ! Mundur berarti kalah ! Kalah karna dua jari kecil ini cidera ! Itu hal terkonyol ! Aku pasti bisa melewati garis finish pasti !"

Gumam Ali dalam hati, menyemangati dirinya sendiri. Sekali lagi dia melirik kedua jari nya yang cidera tapi sebuah gelang yang mengikat pergelangan tangan nya menyita perhatian nya. Tangan nya yang bebas terulur menyentuh gelang itu, disini lah kekuatan nya.


"Kembalilah dengan utuh jangan sampai ada yang luka"


Pesan Prily saat di bandara terngiang di telinga nya. Mata nya terpejam mengingat bagaimana wajah Prily yang tak rela melepaskan nya pergi.


"Maaf aku tidak bisa menepati janji untuk menjaga diriku. Tapi aku juga tak akan pulang hanya dengan luka ini,, kemenangan ku akan ku berikan padamu"

Gumam Ali dalam hati, semangat dan tekad nya kembali terkumpul. Malah semakin berlipat ganda. Nyeri di jari nya tak lagi ia hiraukan. Di mata nya sekarang hanya ada Prily yang menunggunya di garis finish.

"Max,, aku lanjutkan"

Ucap nya tegas dan penuh keyakinan. Max yang mendengar pun cukup kaget dengan apa yang di ucapkan anak didiknya.


"Kau yakin ?" Ucap Max.


"Ya"

Satu kata untuk menjawab keraguan sang pelatih. Setelah memantapkan hati, suara deru motor Ali kembali meramaikan arena. Hampir semua penonton bersorak memberikan tepuk tangan padanya. Di mata mereka Ali adalah pembalap baru yang pantang menyerah meski tubuh nya sudah cidera. Mila, Kevin dan Ricky ikut berteriak histeris memberi semangat sahabatnya.


Sketsa of Love (Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang