Chapater 7

5.2K 416 0
                                    


Namun dugaan prily salah, bukan chaca yang datang tapi seorang lelaki.

Prilipun tersenyum ramah kepada lelaki itu.

"Kenapa belum pulang ?"tanya pria itu sambil mengunci pintu.

"Tinggal sedikit lagi sketsa ku selesai setelah itu aku pulang" jawab prily dengan perasaan resah.

Pria itu berjalan pelan menghampiri prily dengan senyum yang menakutkan menurut prily. Semakin dekat jantung prily semakin berderap kencang, tubuhnya mulai menegang.

"Apa kau tidak takut sendirian berada di ruangan sunyi seperti ini" tanya pria itu lagi.

Posisinya sekarang berdiri tegak dibelakang kursi yang diduduki prily. Tiba tiba prily merasa ruangan luas ini begitu sempit dan mencekam. Tubuh prily sudah terasa kaku, jangankan berdiri untu mengangkat tangannya saja dia tak berdaya.

"Kenapa kau tidak menjawab ku sayang" tanya pria itu dengan membelai rambut prily lembut.

Prily semakin tak berdaya, bibirnya terkunci dan tangannya hanya meremas kuat pensil lukisnya kuat. Matanya mulai terasa panas berusaha menahan air yang akan tumpah. "Hmmm,,, wangi rambut begitu memabukan sayang, aku sangat menyukai nya" ocehan pria dan sentuhan pria itu semakin membuat prily takut luar biasa hingga air matanya jatuh karna sudah tidak dapat terbendung. Meski air matanya begitu deras tapi tak ada suara isakan, entah hilang kemana suara prily.

Pria itu semakin mendekatkan wajahnya mencium ubun ubun dan menghirup kuat wangi rambut prily. Sedangkan tangannya sudah berada di perut prily, mendekap nya dari belakang.

Pensil lukis yang digenggam prily sudah patah menjadi 2 bagian karna tangan prily. Air matanya semakin deras dan nafasnya mulai tersekat seperti kekurangan oksigen. Tak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa dalam hati agar bayangan nya tak terjadi. Tak memperdulikan dengan prily, pria itu terus mencuimi rambut prily hingga sampai dileher jenjang prily.

BRRAAAKKK

Pintu samping ruangan terbuka keras membuat pria itu melonjak kaget. Dan geram melihat ada orang yang menggangunya.

Tapi tidak dengan prily, meski dia kaget tapi dia tersenyum walau senyum itu tak terlihat karna tertutupi dengan wajah takutnya dan air mata tentu saja. Dalam hati dia tak berhenti bersyukur pada Tuhan karna mengirimkan malaikat penolong untuk nya.

"Apa yang kau lakukan disini" teriak pria itu pada mahasiswa yang muncul mengganggu kesenangan nya.

"Hmm... harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa anda berada disini ? Bukankah harusnya anda mengajar kelas bahasa asing, kenapa berada di ruang lukis ? Apa itu terlihat aneh ?" Jawab Ali santai namun menyorotkan mata iblis.

(Tadaa... sekedar info pria yg dimaksud diatas adalah dosen bahasa inggris di kampus, sedangkan mahasiswa yg muncul tiba tiba itu adalah Ali. Sorry bikin kalian penasarn dn sedikit tegang, biar seru. Hehehhe)

Dosen itu pun glagapan menjawab pertanyaan Ali "egh.. apa urusan mu anak nakal? Kau tak berhak bertanya itu, terserah aku berada di mana ini masih wilayah kampus !".

"Hmm anda benar itu bukan urusan saya. Tapi anda lupa satu hal tuan, ini kampus papa saya itu artinya saya punya kuasa untuk memilih dan membuang dosen yang tak berguna seperti anda Mr. Smit yang terhormat" gertak Ali dengan santai tanpa penekanan.

"Ha ha ha atas dasar apa kau mengeluarkan ku, kau tak punya alasan untuk melakukan itu. Ternyata tidak hanya kelakuan mu saja yang nakal tapi ternyata kau juga anak laki laki yang manja. Lelaki yang hanya bisa berlindung di belakang pantat papanya saja dan menghabiskan harta orang tua. Cuiiihhh... itu sangat memalukan untuk seorang lelaki" geram Mr. Smith.

Sketsa of Love (Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang