Semua murid sudah duduk dengan tenang. Bu Ajeng dengan anggun memasuki ruang kelas. Keheningan melanda seluruh isi kelas. Kenapa hening?
"Ehem," bu Ajeng berdehem. "Berdiri!" ucap sang ketua kelas. Kelas itu berdiri semua. "Beri salam!" sambungnya. "Selama pagi, bu!" ucap semua murid. Bu Ajeng mengangguk lalu semua murid kembali duduk.
"Kalian sudah mengerjakan semua tugas kalian?" tanya bu Ajeng. "Sudah, bu!" jawab seluruh isi kelas.
"Oke. Buat yang bener-bener sudah ngerjain atau cuman numpang bilang 'sudah' biar gak dimarahin, saya hargain. Tapi saya hanya ingin merubah sedikit. Saya hanya akan mengambil nilai bernanyi dan bermain musik. Jadi kalian tidak perlu membuat lagu," kata bu Ajeng. Semua murid-murid langsung bersorak, termasuk Vina. Demion hanya tersenyum.
"Yang saya akan nilai adalah kekompakan kalian dengan partner masing-masing dan seberapa menakjubkannya penampilan kalian. Sekarang kalian boleh berdiskusi dengan partner masing-masing," kata bu Ajeng sambil duduk.
Seorang pria bernama Victor atau yang biasa dipanggil Awi mengangkat tangan. Mungkin kalian bertanya kenapa namanya Awi? Well, kalian bisa tanya sendiri sama orangnya atau sahabat-sahabatnya. Gak ada yang tahu kenapa... Misterius (?) Oke. Back to topic.
"Bu, jadi kita harus pake kostum gitu?" tanya Awi. "Kalau kalian mau, silakan. Itu bisa menambah nilai kalian," jawab bu Ajeng. Vina langsung melirik Demion lalu melihatnya dari atas sampai bawah.
"Kenapa?" tanya Demion bingung. "Progress yang baik. Lo udah gak gugup lagi," kata Vina sambil terus memperhatikannya. "Vina? Kamu kenapa?" tanya Demion takut. "Penampilan lo," Vina menggantung kalimatnya. "Terlalu cupu," sambung gadis itu. Jleb banget.
"I think we need a makeover," ucapnya lagi. "Makeover? Emang kita mau nanyi lagu apa sih?" tanya Demion. "Sesuatu yang 'lo' banget," jawab Vina yang bikin Demion penasaran setengah mati, tapi Demion tidak mengacuhkannya. "Oh," hanya itu jawaban Demion.
"Kok lo gak asik banget sih? Ini udah jaman kapan, woi? Harusnya lo maksa-maksa gitu, kek. Lo gimana sih," omel Vina. "Aku gak tahu harus ngapain. Secara, aku bukan cowok-cowok kayak gitu," jawab Demion. Vina menghela nafasnya.
"Fine, Lucky," ucap Vina.
***
"Keep holding on," jawab Vino. Vio menulis sesuatu di kertasnya.
'Kenapa lagu itu?'
"Karena aku berasa cocok aja," jawab Vino lagi. Vio hanya mengangguk-angguk. "Kamu bisakan main violinnya?" tanya Vino. Vio mengangguk lagi. "Oke, sampai disini saja petemuan kita. Sampai jumpa minggu depan," bu Ajeng berdiri dari tempatnya lalu pergi meninggalkan kelas.
"Kamu kenapa ngeliatin aku gitu?" tanya Vino bingung. Vio tersenyum geli lalu menggeleng. "Ayo kasih tau aku, atau..." Vino menggantung kalimatnya. Vio meliriknya dengan tatapan -apa?- "Atau aku bakal kelitikin kamu," ucapnya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Vio mengangkat kedua tangannya tanda menyerah lalu tersenyum. Ia menuliskan sesuatu di kertasnya.
'Kamu keliatan perfect aja. Apa aku gak butuh makeover? Secara aku gak ada apa-apanya dibanding kamu. Pasti nanti nilai kamu lebih tinggi'
"Gak akan lah. Atau kamu mau aku makeover? Aku bisa kok! Aku sering ngeliatin Vina dandan. Mau?" tanya Vino sambil tersenyum.
'Up to you'
***
Ting tong!
"No! Gue yang buka kali ini!" cegah Vino sebelum Vina membuka pintu duluan. "Vio lagi? Dasar sok gentleman. Lo gentleman jejadian gitu kan? Gak seru lo," jawab Vina sambil berjalan ke depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Teen FictionBagaimana kalau kau mempunyai 4 orang teman yang selalu tertawa bahagia setiap kali kalian bertemu. Pasti asik, bukan? Tapi tidak dengan Zhevino, Zhevina, Demion, dan Violet. Mereka boleh tertawa dihadapan temannya masing-masing. Tapi siapa sangka...