Nine - She is?

3.8K 179 11
                                        

"Eh, permisi. Lo yang waktu itu chat sama gu- LO?!!" suara Vina yang begitu kencang mengalihkan setengah dari pengunjung kafe itu. Vina tersenyum malu lalu duduk didepan pria yang ada dihadapannya.

"Lo yang chat sama gue?" tanya Vina. Vian mengangguk. "Gue masih gak percaya," kata Vina. "Percayain lah!" jawab Vian enteng. "Males ah. Mending gue pulang," kata Vina sambil bangkit berdiri. Tapi sayang, tangannya ditahan Vian duluan.

"Pupu?" tanya Vina. Vina langsung terhenti, lalu ia duduk lagi. "Kalau lo beneran Joey, buktiin sekarang," kata Vina. "Bukti?" tanya Vian bingung. Vina mengangguk. Vian terlihat berpikir, lalu wajahnya seketika cerah. Ia mengambil kalung yang tersembunyi di balik kemejanya.

"Ini?" tanya Vian. Vina mengamati benda itu. "Astaga! Lo beneran Joey!" teriak Vina. Setengah dari pengunjung kafe itu langsung menatap Vina lagi, tapi Vina tidak perduli. "Gimana caranya gue tau kalau lo itu Pupu?" tanya Vian.

"Gue Zhevina Putri, Joey. Pupu itu dari Putri," kata Vina sambil menggetok kepala Vian. "Gue aja gak inget kenapa gue bisa manggil lo Joey," sambung Vina. Vian terkikik. "Lo dulu kesusahan nyebut nama gue. Gue Dervian Jonathan. Biasa dipanggil Joe. Tapi loh malah manggil Joey," terang Vian. Wajah Vina memerah.

"Apa kabar?" tanya Vina. "Baik, lo sendiri?" tanya Vian balik. "Seperti yang lo liat," jawab Vina. Vian tersenyum. "Lo bisa nemuin gue juga," kata Vina. "Muka lo udah berubah jauh," kata Vian sambil mengamati wajah Vina.

"Paris gimana?" tanya Vina. Vian tersenyum. Mungkin hari ini senyumnya tidak akan pernah hilang. "Ya gitu. Tambah rame, fashionnya makin bagus," jelas Vian.

Mereka memesan makanan, lalu hanyut dalam persahabatan mereka. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Sudah malam. Gue anter yah," tawar Vian. Vina mengangguk. Vian membukakan pintu mobil untuk Vina. Such a gentleman. "Seat belt?" ingat Vian. Vina mengangguk lagi lalu memasangnya.

"Jadi, Demion itu pacar lo?" tanya Vian. "Lo denger sendiri waktu itu dia ngomong apa, Joey. Dia sahabat gue," kata Vina. "Baguslah!" kata Vian kegirangan. "Kenapa lo?" tanya Vina bingung. "Itu tandanya lo belom ada yang punya, kan? Masih ada kesempatan buat jadi pacar lo," kata Vian senang.

"Kalau misalnya Demion pacar gue gimana?" tanya Vina. "Ya gampang. Singkirin dia, abis itu lo jadi pacar gue," kata Vian sambil tertawa. Vina memukul tangan Vian lalu ia tertawa juga.

"Sudah sampai," kata Vian sambil memasukan rem tangan, lalu ia keluar pintu dan membukakan pintu untuk Vina. "Thanks for tonight, Joey. Gue aja gak bakal nyangka kalau gue bisa ketemu lo lagi," kata Vina sambil memeluk Vian.

"You're welcome, Pupu. See you on Monday!" kata Vian sambil berjalan ke mobilnya. Vina melambaikan tangan lalu memasuki rumahnya.

Pertama kali yang dilihatnya. Gelap gulita. "I'm home!" teriak Vina.

CLEK!

Lampu ruang tamu seketika menyala. Ria, Jeremiah, dan Vino sudah duduk manis di kursi itu. "Itu tadi siapa, Vina?" tanya Jeremiah. "Itu loh! Anak satu komplek dulu! Joey," kata Vina. "Joey?" kali ini Jeremiah yang bingung.

"Jadi dulu ada anak tetangga gitu. Namanya Dervian Jonathan, tapi Vina selalu manggil Joey," terang Ria. Jeremiah hanya ber'o' ria. "Udah kan? Vina tidur yah!" kata Vina sambil berusaha kabur. "No no no. Duduk sini dulu," suruh Jeremiah. Dengan malas Ria duduk di kursi sofa yang kosong.

"Anaknya boleh kok. Baik, cakep, kaya kayaknya," kata Ria menilai. "Mom!" protes Vina. "Satu bulan lagi kita akan ada makan-makan bareng keluarga. Jadi, kalian berdua," kata Ria sambil menunjuk Vina dan Vino. "Kalian harus bawa pasangan," ancam Ria.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang